~|Jean, terima kasih|~

7.2K 1.6K 608
                                    

•Jika bisu adalah sebuah kesalahan, bukannya itu menyalahkan ciptaan Tuhan?•

••••|Before you leave|••••

Naya terdiam menatap diri di cermin, berusaha mati-matian untuk berbicara tapi tetap saja tidak bisa. Naya meletakan kedua telunjuk di setiap sudut bibir dan menariknya untuk membuat lengkungan indah.

Naya memang ditakdirkan mandiri sejak kecil agar lebih kuat berjalan menembus badai sendirian. Tidak ada pegangan, kedua tangannya digunakan untuk memeluk tubuhnya sendiri.

Sejak pulang sekolah tadi Naya belum makan, bahkan di sekolah juga ia tak makan apapun, dan sekarang perutnya terasa sangat keroncongan karena lapar. Naya berjalan ke arah pintu membukanya sedikit dan mengintip dari balik pintu.

"Oh mereka lagi makan." Naya membatin saat melihat adik dan orang tuanya tengah makan riang di ruang keluarga.

Naya membuka pintu untuk ikut makan dengan mereka, baru satu langkah keluar dari pintu ibunya sudah berteriak.

"JANGAN KE SINI ANAK SIALAN!"

Naya menghentikan langkahnya dan terdiam sesaat, menatap ayahnya yang terus makan sambil menyuapi Indira dengan tulus dan hal itu yang selalu ingin Naya rasakan, menjadi adiknya.

"MAKAN SETELAH KAMI MAKAN. SAYA MUAK LIAT KAMU!" teriak Nara lagi membuat Naya mengangguk lalu berbalik ke kamarnya.

Jika kedua orangtuanya muak melihat Naya yang seperti ini, apalagi Naya yang menjalankan hidupnya. Itu benar-benar memuakkan, jika mereka tak mau menerima pemberian Tuhan, maka kembalikan saja pada Tuhan, itu adalah opini yang sederhana. Namun, bukannya tuhan tak akan memberikan masalah jika tak ada obatnya?

Pertanyaannya, kapan Naya menemukan obat atas sakit hatinya?

Kapan kehidupannya akan baik-baik saja?

Kapan diterima seutuhnya?

Dan, kapan dianggap ada?

Semuanya hanya menunggu waktu, 18 tahun hidup tapi belum juga ada perubahan. Semuanya masih sama, hambat tanpa rasa sayang dan cinta.

"Aku remaja yang miris, tak menikmati apa itu masa muda dan apa itu masa sekolah yang indah. Bermain dengan teman aku tak pernah merasakan itu, kapan aku seperti mereka?"

Naya mengusap air matanya, menatap diri di cermin menggerakkan tubuh menggunakan bahasa isyarat, 'Kamu pasti bisa, kamu hebat.'

Siapa yang menyemangati diri sendiri dengan tulus? Jawabannya adalah kamu, hanya diri sendiri yang bertahan saat badai, orang lain? Hanya memberikan solusi tanpa melakukan apapun. Sejatinya, yang ada setiap detik adalah diri sendiri, yang membuatmu bangkit adalah diri sendiri. Jadi, cintailah diri sendiri.

Ting

Sebuah pesan membuat Naya terpaku, tidak biasanya Naya mendapatkan pesan dari seseorang. Nama Jeano yang muncul, Naya sesegera mungkin membuka pesan itu dan membacanya.

Jeano

Online

|Tolong rangkum Biologi bab 3-5,
|cepet. Besok terakhir pengumpulan.
|Kalo blm siap bsk, habis Lo sma gue,
|bisu.

19.11

Naya membulatkan matanya, yang benar saja Naya harus merangkum 3 bab sekaligus dalam waktu satu malam? Yang benar saja, Naya bukan Roro Jonggrang yang bisa membuat candi dalam satu malam.

Before you leave [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang