~|not a dream wedding|~

5.6K 1.2K 695
                                    

•Ternyata ini adalah bagian dari mimpi buruk ku•

••••|Before you leave|••••

Jika waktu bisa saja diputar mungkin hari itu Naya akan mengikuti perkataan Naja untuk tidak pergi bersama Jeano, jika saja Naya memiliki tenaga yang kuat mungkin hari itu ia bisa melawan Jeano dengan tenaganya.

Tapi, semua sudah berlalu. Buat apa menyesal, takdirnya sudah bertulis seperti ini.

"Kedua mempelai sudah siap?"

Raut wajah Naya murung dan air matanya jatuh tanpa ia suruh, Jeano yang duduk di sebelahnya hanya memasang wajah bahwa ia memang bersalah. Mungkin awalnya ini adalah sesuai rencana, tapi pada akhirnya Jeano menyesali itu. Naya harus menikah dengan lelaki penyakitan sepertinya.

"Siap." Jeano menjawabnya, meski hatinya terasa nyeri melihat Naya yang semakin terisak dalam tangisnya.

Pernikahan ini hanya dihadiri oleh keluarga kedua mempelai saja, pernikahan secara tertutup. Tidak ada pesta atau semacamnya, karena pernikahan ini tanpa cinta.

Ralat, Naya yang tidak cinta.

"Baiklah kita mulai," ucap penghulu mengulurkan tangannya di depan Jeano yang masih diam.

"Eh iya." Jeano tersentak kaget lalu menerima uluran tangan itu.

Yang tidak hadir di acara itu adalah Naja, entah semenjak kejadian gantung diri itu Naja seolah menjauh dari Naya. Naya merasa ada yang hilang, hampa ketika Naja tak membalas pesannya dan ketika datang ke rumahnya selalu kak Laras yang berbicara bahwa Naja tidak ada di rumah.

"Bismillahirrahmanirrahim, saudara Jeano saya nikahkan dan—"

Naya melepaskan alat pendengarnya, kalimat sakral ini tak ingin ia dengar. Benci dalam hatinya semakin luas, menatap Jeano saja sudah tak ingin. Melihat itu Jeano tersadar akan sesuatu...

Jauh sudah luka yang ia berikan, dan sudah terlalu dalam untuk diperbaiki.

"Saya terima nikah dan kawinnya...."

Dalam satu tarikan nafas Jeano mengucapkannya, lalu kembali menundukkan kepalanya saat kata SAH diucapkan oleh semua yang hadir di sana, kecuali Nara yang masih tak bisa terima dengan pernikahan ini, terlebih saat ia tahu bahwa Jeano memiliki penyakit yang menular.

Hari ini Naya dan Jeano resmi menjadi pasangan suami istri yang sah dalam agama namun ragu dalam hati Naya.

'Aku benci ini.' hatinya menjerit, dirasa semua sudah berakhir Naya bangun dari duduknya dan berlari ke kamarnya tanpa mengucapkan apa-apa. Dari semalam Naya tak berhenti menangis, membayangkan hari ini. Hari yang paling buruk baginya daripada hari di mana ia dilahirkan.

Menikah dengan orang yang sudah banyak memberikan luka sejak pertama masuk SMA dan sekarang takdir mempersatukan keduanya dalam ikatan rumah tangga dan seorang anak yang sedang dikandungnya. Sebenarnya berulang kali sebelum pernikahan ini direncanakan ia sudah terlebih dahulu merencanakan untuk mengugurkan kandungannya. Tapi, Naya masih cukup sadar itu bisa menyakitinya dan menyakiti bayi ini juga.

Bagaimanapun juga bayi ini tidak berdosa bukan? Bayi ini tidak terlibat dalam masalah ini.

Jeano menghela nafas berat dalam hatinya mengucapkan kata maaf yang berulang kali.

Before you leave [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang