~|Berlomba-lomba|~

5.5K 1.2K 816
                                    

•Gue pikir ketakutan ini karena dia sahabat gue, tapi ternyata dia adalah objek favorit di hidup gue•

••••|Before you leave|••••

Hari demi hari sudah berganti, 3 hari Naya menghabiskan waktu di rumah bertiga saja. Setelah hari itu, Julian tak pernah pulang ke rumah. Membangun kehidupan tanpa kepala keluarga tentu sangat berat, Naya mendapatkan kasih sayang, meski keluarga tak lagi utuh.

Ayahnya lebih memilih hidup bersama orang ketiga.

"Gimana kabarnya?"

Naja mengusap bahu Naya dan menatap matanya yang masih terlihat sedih, wajar saja siapa yang akan bisa melupakan kejadian kelam itu dalam waktu singkat. Naya merasa bahwa dirinya bukanlah perempuan sempurna, bukan lagi perawan, dan tak pantas berdiri di samping Naja.

"Menurut kamu aku keliatan baik-baik aja atau enggak?" Naya menghembuskan nafas kecil, rasanya tidak bersemangat saja.

"Lo pasti bakal baik-baik aja, kan? Gue mah yakin sama Lo, Nay. Lo tetap Naya yang gue kenal," ucap Naja meyakinkan Naya agar ia tak lagi murung dan mengingat kejadian itu.

Masuk sekolah memang memiliki risiko yang cukup kuat, apalagi Jeano dan Naya berada di satu kelas yang sama, duduk berdampingan. Melihatnya mungkin saja akan mengingatkannya akan hari itu, hari di mana dirinya hancur bersamaan dengan kehidupan keluarganya yang hancur juga.

"Kalo gak yakin masuk sekolah, lebih baik jangan, Nay."

"Enggak, sekarang kan penting banget buat persiapan kelulusan dan foto ijazah."

Naja mengangguk, "Iya sih, nanti pas istirahat gue langsung ke kelas Lo, boleh kan?"

Tak ada alasan untuk menolak juga, Naya pun tak tahu harus bersikap seperti apa nantinya. Bertemu Jeano saja ia tak siap, benar-benar tidak siap jika harus menatap cowok itu.

"Yuk berangkat."

Naja menggenggam tangan Naya menuju motornya, Naja mungkin tak sekaya Naya, Ayahnya hanya bekerja sebagai pegawai biasa, kakak perempuannya bekerja sebagai guru SD. Hidup tanpa ibu sedari kecil tidak membuatnya menyesal, sebab Ayah dan Laras mengenalkan dunia dengan baik padanya.

"Naya.."

Naya menoleh saat namanya dipanggil, melihat Nara dan Indira berjalan ke arahnya.

"Bunda boleh minta tolong anterin Indi ke sekolahnya gak? Ban motor Bunda bocor, Indi takut telat ke sekolah."

Naya tersenyum lebar saat itu juga, ini pertama kalinya Nara meminta tolong pada Naya dengan baik. Naya menatap Naja untuk meminta tolong padanya, dengan wajah yang begitu imut.

"Ya udah ayo, Indi naik sini." Naja sudah lebih dulu naik ke atas motor, tersenyum ke arah Indira. Naja memang bisa memikat siapapun dengan senyuman manisnya, termasuk Naya.

"Bunda Indi berangkat sama kakak manis ya, dadah~" Indira mencium punggung tangan Nara seperti biasanya, Naya hanya melihat itu dan dengan ragu ikut mengulurkan tangannya malu-malu.

Jika dulu uluran tangannya tak pernah diterima, tapi lain dengan hari ini. Nara menerima uluran tangannya dengan ikhlas, membiarkan Naya mencium punggung tangan ibunya pertama kali setelah sekian lama tak diterima.

Before you leave [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang