~|END|~

8.2K 1.2K 347
                                    

•Kehilangan memang menyakitkan, tapi tanpa kehilangan tak akan ada pelajaran•

••••|Before you leave|••••

Bumi juga tahu seberapa terlukanya aku ketika dia mengambil hal berharga dalam diri seorang wanita, dan sekarang bumi juga tahu seberapa sakitnya ketika aku melahirkan sendirian.

"Tarik nafas panjang, terus hembuskan..."

Aku hanya mengikuti saran dokter, melahirkan bayiku sesuai instruksi yang ia berikan, rasa sakit ini benar-benar membuatku ingin menangis tapi aku melahirkan anak ini tanpa tangis dan haru, kenapa?

Karena seolah rasa sakit selama hidupnya seolah lenyap ketika Jeano meninggalkanku dan anaknya untuk waktu yang panjang dan tidak mungkin kembali.

"Tarik nafas lagi, kepalanya sudah mau keluar."

Aku kembali mengikuti apa yang dokter katakan, pada akhirnya dia hanya menepati sebagian janjinya itupun berbeda dengan kesepakatan awal.

Suara bayi memenuhi satu ruangan ini dan saat itulah aku menangis, ya, melihat bayiku lahir tanpa seorang ayah membuatku hancur.

'Bukankah bayi itu yang ingin kamu sentuh dan kamu peluk?' aku bertanya pada hatiku, pertanyaan yang aku ajukan untuk dia yang mungkin ada di sekelilingku saat ini.

"Bayinya laki-laki."

Bayi yang baru saja lahir dokter bawa untuk dibersihkan, dan aku harus melanjutkan ke tahap selanjutnya. Aku bersedih, ya, ini memang salahku, Allah terlalu baik mendengarkan apa yang aku mau sesuai dengan surat itu.

"Bayinya sedang dibersihkan, kamu hebat."

Dokter memuji diriku, aku tidak bisa membalasnya dengan kata-kata sebab tenggorokanku seolah tercekat karena sakitnya aku menahan tangis.

Pintu terbuka menampakkan wajah Bunda yang tersenyum lebar ke arahku, berserta Indira yang membawakan sebuket bunga matahari kesukaanku.

"Anak Bunda kuat ya, Naya hebat."

Bunda memelukku dengan erat dan saat itu aku menangis kencang, di bahu Bunda aku menumpahkan rasa sakit ini, rasa bersalah dalam diriku.

"Gak apa-apa sayang, kamu masih punya Bunda dan adik kamu."

Ya, setidaknya aku bisa memberikan seluruh kasih sayang ini pada anakku seluruhnya, agar dia tidak merasakan kekurangan kasih sayang. Aku harus menjadi orang tua yang hebat.

"Jangan salahkan diri kamu lagi, ya? Semuanya sudah takdir." Kata-kata Bunda itu sedikit membuatku tenang.

Aku melepaskan pelukan ini ketika ayah hadir di depan pintu bersama perempuan di sebelahnya yang sudah satu bulan menjadi istri barunya, hidupku benar-benar berantakan.

Aku melihat mata Bunda yang seolah berusaha bersikap natural saja, aku masih bisa melihat cinta di mata Bunda sama seperti cinta yang ada di mata Jeano untukku.

"Naya, selamat atas kelahirannya, ya."

Aku mengangguk tanpa senyum ketika istri baru Ayah mengucapkan selamat untukku, bisakah kalian pergi saja dari hadapanku, Bundaku terluka saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Before you leave [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang