~|Kecelakaan|~

5.4K 1.1K 1.5K
                                    

•Saat memasangkannya kembali, bukan berarti itu bertanda kamu pergi, kan?•

••••|Before you leave|••••

"Assalamu'alaikum warahmatullah..."

Uluk salam pertama yang diikuti sang makmum, adalah hal paling tak ternilai harganya di mata sang Imam, yang di mana malam ini menjadi saksi untuk pertama kalinya Jeano menjadi seorang imam.

Jeano kembali bersujud membuat Naya heran ketika bahu lelaki di depannya bergetar hebat, dengan panik Naya bergegas mendekati Jeano yang sepertinya menangis (?).

Naya mengusap pundak Jeano dan ia bangun dari sujudnya. Menatap Naya sebentar lalu langsung memeluk tubuh istrinya dengan erat.

"Terima kasih, terima kasih." Jeano mengatakannya dengan tangis mengharukan.

"Nay seandainya hari ini Allah ambil nyawa gue, gimana? Gue gak bisa jadi imam buat Lo lagi, gue—"

Tangisan Jeano makin keras dan menusuk hati siapapun yang mendengarkan suaranya, Naya hanya diam tanpa melakukan apapun, membiarkan Jeano memeluknya kuat-kuat sembari melihat punggung Jeano yang begitu rapuh.

"Nay, maafin gue..."

Bahu gagahnya dulu kini hanyalah sebuah bangunan yang tengah diambang badai yang mempertahankan bangunannya agar tidak hancur.

"Gimana kalo misalnya gue gak dikasih kesempatan buat lihat anak kita, gue gak pernah bisa tidur nyenyak, Nay, gue takut."

Tanpa sadar Naya menjatuhkan air matanya di pundak Jeano, malam ini sepertinya puncaknya Jeano menahan ketakutannya sendirian.

"Gue malu, Nay, ilmu agama gue sedikit, sedangkan dosa gue terlalu banyak, tapi gue ngerasa sisa hidup gue ini gak bisa bayar semua dosa yang udah gue lakuin. Nay, gue takut mati."

Naya melepaskan pelukannya, menyentuh pipi Jeano dan mengusap air mata cowok itu.

Naya menggeleng, "Jeano, Allah cuma benci dosa tapi gak benci pendosa. Allah punya pintu maaf yang luas, Allah maha baik."

"Gue terlalu buruk, gue terlalu ngekang, gue terlalu banyak minta, ya, Nay? Semuanya terjadi gara-gara gue, tampar gue, Nay!"

Naya mematung ketika Jeano menggenggam tangannya dan menampar pipinya sendiri menggunakan tangan Naya.

"KHA MHU GHI LHA?" |KAMY GILA?|

Jeano menunduk dan memegangi kepalanya, menjambak rambutnya sendiri dengan kuat hingga Naya kewalahan untuk menghentikannya.

Suara tangis keduanya mendominasi ruangan ini, ruangan yang menjadi saksi pecahnya tangis Jeano malam ini, menjadi saksi bahwa ketakutan yang selama ini ia usahakan untuk tidak terlihat ternyata tak bisa lagi ia tahan. Naya adalah salah satu orang yang pasti mau mendengarkan apa yang ia katakan meskipun Naya membencinya, harusnya sedari awal Jeano menyadari bahwa harusnya dari dulu Naya ia jadikan teman bukan malah korbannya.

"Kenapa bukan gue Nay yang dapat cinta Lo? Kenapa gue jatuh cinta dengan gak tau dirinya kayak gini? Kenapa, Nay?"

Tiba-tiba perasaan yang membuat hatinya tak enak menghantam Naya, perasaan yang membuatnya gelisah ketika Jeano menatap matanya dengan lekat.

Before you leave [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang