•Terkadang seseorang harus merasakan sakitnya menempatkan posisi sebagai orang yang dia lukai•
••••|Before you leave|••••
Saat ini Naya tengah makan sendirian di ruang yang memiliki bau khas rumah sakit, ingatkan Naya hanya sendiri, Julian? Entah kemana, mungkin saja sudah pergi bekerja. Sudah terbiasa akan kesendirian, bahkan sejak kecil Naya sudah diasingkan.
Asing.
Satu kata yang bisa menyakiti Naya kapan saja, bagi Naya hanya tuhan yang tidak meninggalkannya saat apapun. Jika kanan-kiri, depan-belakang membencimu, lihatlah ke atas ada Tuhan kamu yang selalu menatapmu.
"Sudah bangun, saatnya ganti infus." Naya menoleh ke arah pintu, suster datang dengan senyuman menyapa pagi Naya dengan kehangatan, berjalan membuka jendela kamar rawat lalu berjalan menggantikan infus.
Naya membalasnya dengan senyuman pula lalu kembali makan, menatap bubur serta sup yang terasa hambar baginya. Dalam benaknya Naya bertanya, apa Bundanya tidak ingin datang menjenguknya? Padahal Naya hanya ingin Nara datang meski hanya sebentar.
"Masih sakit?" Suster menanyakan kondisi Naya.
Naya mengangguk, Naya tidak bisa mengunyah makanan. Saat mulutnya terbuka saja seperti ada suara nyaring di telinganya, itu begitu menyakitkan. Telinga kanannya yang terkena pendarahan kemarin, dan sekarang Naya memakai alat pendengar itu di sebelah kiri.
"Tadi ayah kamu minta saya buat jagain, soalnya dia kerja. Ada yang mau saya ambilkan?"
Naya menggeleng pelan fokusnya masih ke makanan super hambar di depannya, menyantap makanan itu dengan setengah hati. Tangan suster mengusap lembut rambut Naya membuat si pemilik terdiam dan terpaku.
"Makan yang banyak, ya. Biar cepat sembuh, dan pulang deh."
Naya yakin suster ini seumuran dengan bundanya, saat tangannya mendarat di kepala Naya hangat menyentuh hatinya.
"Naya gak mau pulang." Begitulah pikir Naya, Naya hanya tak sanggup untuk bertemu ibunya sekarang. Bayangan kemarin saja masih berputar tanpa henti di kepala Naya.
Mungkin Jeano sedang tertawa Sekarang karena Naya tidak pergi sekolah hari ini, entah apa yang laki-laki itu rencanakan. Naya pikir saat Jeano membantunya saat Aina datang menampar pipinya, saat itu pula Jeano memang laki-laki baik meski berbeda cara menunjukannya. Tapi, semuanya salah, Jeano lebih kejam dari siapa pun.
"Kok ngelamun, habis ya makannya. Kalo ada apa-apa pencet bel nya, ya?" Suster itu membersihkan tempat makan Naya yang sudah habis, Naya membalasnya dengan anggukan lalu menatap luar lewat jendela kamar rawatnya.
Selepas kepergian suster air mata Naya kembali jatuh, sunyi tidak ada yang menanyakan keadaannya saat ini. Bunda, Naya hanya ingin Nara datang menjenguknya, itu saja. Sederhana namun mungkin akan berat bagi Nara untuk melakukannya.
Benar, sejahat jahatnya harimau tidak akan memakan anaknya sendiri. Tapi harimau mungkin pernah memukul anaknya meski tidak memakannya, dimakan akan lebih sedikit rasa sakitnya, daripada dipukul setiap hari jangan menyakiti badan yang mengganggu mental.
Naya turun dari ranjang menarik selang infus bersamanya, berjalan ke arah jendela untuk melihat kondisi luar rumah sakit seperti apa. Ramai, dipenuhi oleh orang-orang sakit serta keluarga yang datang untuk memberikan semangat melawan rasa sakitnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before you leave [END]
Teen Fiction❝Sebelum kamu pergi cuma luka yang kamu kasih, tapi saat kamu hendak pergi cintaku yang kuberi.❞ Katanya anak pertama adalah anak yang paling dinantikan oleh semua pasangan yang baru menikah. Mereka hanya ingin memiliki anak, tapi tidak mau menerima...