•Karma itu nyata, siapa yang jahat maka dia yang kalah•
••••|Before you leave|••••
"Jeano gak masuk lagi ya? Sering banget gak masuk dia sekarang."
Naya yang tadinya asyik melihat hasil fotonya bersama Naja yang dipotret kemarin, kini fokusnya teralihkan karena ucapan teman sekelasnya.
'Udah seminggu gak masuk? Kenapa dia?' Naya memikirkannya sejenak lalu kembali tak peduli, satu Minggu itu Jeano hanya memberikan surat keterangan sakit yang membuat Aina khawatir. Setelah perdebatan malam itu Jeano tak lagi muncul di depan Naya, tentu itu membuat Naya lega.
Hari-hari tanpa Jeano memang sangat menyenangkan, seolah tak ada beban dalam diri Naya yang harus dipanggul olehnya.
Jika ditanya setelah hari itu Ayahnya pulang atau tidak, jawabannya iya. Ayahnya pulang entah apa yang dikatakan Jeano hingga ayahnya pulang saat itu juga. Tapi tetap saja, salah satu rumah dengan orang asing yang sama sekali tidak bicara setelah seminggu berlalu. Bahkan sekarang Julian terang-terangan dalam berselingkuh dan menyakiti hati Nara lebih nyata.
"Woy bisu!"
Naya menolehkan kepalanya ke arah kanan untuk melihat siapa yang memanggilnya, menghela nafas berat namun pelan saat melihat Aina yang berdiri dengan tangan berada di atas meja untuk menahan tubuhnya.
"Udah jebol, ya lo?" Aina tersenyum miring, kalimat ini begitu ambigu dan tentunya Naya paham kemana arah pembicaraan Aina.
Naya tidak menjawab dan malas untuk membahas hari itu, dan tunggu...
'Kenapa dia bisa tahu?' Naya berpikir malam itu yang mengetahui semuanya tidak ada Aina tapi mengapa dia bisa tahu sesuatu hal yang direnggut dan itu tepat pada sasaran.
"Nggak usah bingung gitu lah, lo pasti mikir kan kenapa gue bisa tahu semuanya padahal Lo nggak bilang sama gue," ucap Aina menarik kursi di sebelah Naya dan duduk sambil menumpakkan satu kakinya di antara kaki yang lain.
Naya mengangguk saja daripada berurusan lebih jauh dan Aina marah karena Naya bersikap acuh padanya.
"Karena itu semua rencana gue, keren kan?"
Apanya yang keren? Membuat hidup seseorang hancur dan menderita itu bisa disebut keren? Dasar wanita kurang obat.
Naya tersenyum singkat lalu membuka note dalam ponselnya, menulis balasan dari ucapan Aina yang tak bisa Naya ucapkan secara lisan karena yang mengerti semuanya hanya Naja, tidak dengan orang lain.
Terima kasih ya sudah menabur garam di atas luka yang masih basah, rencana kamu berhasil kok. Aku hancur.
Aina yang baru saja membaca itu mengalihkan tatapannya ke arah Naya yang tidak ada tampang sedih-sedihnya. Merasa kesal bukannya Naya memukulinya atau apa, tapi Naya malah tersenyum manis menatap Aina yang kemarahannya sudah di atas kepala.
"Ya, orang bisu kayak Lo emang harus hancur sih. Beban keluarga aja," ucap Aina cetus.
Naya tak membalas lagi sebentar lagi jam masuk akan berdering, sebentar lagi Naya akan mengadakan Ujian Nasional lalu akan melepas seragam abu-abunya dan akan menghadapi kehidupan diluar pelajar itu seperti apa.
Tepatnya minggu depan Naya beserta angkatannya akan melaksanakan ujian nasional yang akan menentukan lulus atau tidaknya. Mungkin bagi sebagian orang masa SMA adalah masa yang harus dinikmati, namun sepertinya bagi Naya masa SMA adalah masa yang tak harus ia kenal dan yang tak harus dinikmati. Mungkin hanya ada satu-satunya teman yang Naya dapatkan saat masa SMA, yaitu Naja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before you leave [END]
Teen Fiction❝Sebelum kamu pergi cuma luka yang kamu kasih, tapi saat kamu hendak pergi cintaku yang kuberi.❞ Katanya anak pertama adalah anak yang paling dinantikan oleh semua pasangan yang baru menikah. Mereka hanya ingin memiliki anak, tapi tidak mau menerima...