~|Kehancuran sebenarnya|~

6.1K 1.2K 541
                                    

•Jauhi aku, Karena aku lebih kotor daripada sampah•

••••|Before you leave|••••

Naya POV. (Hati-hati banjir air mata)

Mungkin, bumi tak mencatat kapan terakhir kali aku bahagia. Mungkin, bumi terlalu suka melihatku yang rusak dan hancur seperti ini. Benar, harusnya aku tak lahir saja, harusnya aku tak usah berpura-pura baik-baik saja.

Untuk kesekian kalinya aku dibuat jatuh dalam jurang yang orang lain buat untuk menjatuhkan ku. Aku lemah tanpa daya, aku jatuh begitu saja tanpa menerima uluran tangan orang yang memberiku pengertian di awal sebelum akhirnya aku menolak dan jatuh sendirian.

Malam ini aku harus apa? Pada siapa aku kembali, setelah ia hancurkan aku, dia pergi begitu saja dengan kalimat yang menusuk hatiku.

Haruskah aku pulang? Haruskah aku bertemu bunda dengan keadaan seperti ini? Maukah dia mendengar tangis ku, Ayah putrimu sudah hancur, jemput aku....

'Apa aku harus mati mendahului takdirku?'

Sekarang aku tengah berdiri di pinggiran jembatan, menatap air yang deras di bawah sana, menatap langit yang gelap, serta gemuruh suara petir menyaksikan bahwa aku sudah hancur.

Aku menyentuh dadaku yang terasa sesak, memukulnya keras-keras. Aku menjijikkan sekarang, dengan warna kemerahan di leher membuatku tak berani kembali ke rumah. Aku ingin tugasku di dunia ini selesai saja.

'Tuhan, bawa aku pulang ke tempatmu.'

Isak tangis ini hanya aku sendiri yang mendengarnya, jalanan sudah sepi sekarang. Tak peduli ini jam berapa, aku ingin mati sekarang.

'Aku harus apa sekarang?'

Aku duduk sambil memeluk lutut kaki, menenggelamkan wajahku di lipatan tangan. Tidak ada satupun kendaraan yang melintas di sini. Siapapun, tolong aku...

Sudah banyak menelepon kedua orang tuaku, tak ada satupun yang mereka jawab. Mungkin, mereka sudah tidur dengan nyenyak sekarang.

'Apa aku harus mati? Aku hanya akan mempermalukan diri dan keluargaku saja nantinya. Tak ada yang mau mendekatiku, dan tak ada yang mau mendengar pengakuanku. Dia bisa saja membela dirinya dan membiarkan aku disalahkan. Aku tak punya siapa-siapa.'

Aku diam dan teringat bahwa aku memiliki Naja, aku bangun dan segera jalan meninggalkan jembatan ini. Berjalan dengan tertatih, ini begitu menyakitkan. Hal berharga seorang wanita direbut paksa begitu saja, tanpa ku beri izin dia tetap melukaiku dengan kalimat dan perlakuannya.

Aku kira memukuliku saja sudah cukup, tersiksa saja sudah cukup, tapi nyatanya niat baiknya justru adalah tanda-tanda ia akan menghancurkan ku. Tidak ada yang bisa ku percaya.

Zarshh

Suara petir semakin kencang, langkahku kian melemah. Aku melepaskan alat pendengar ini, alat yang tidak ingin ku pakai, harusnya aku melepaskan alat itu saat Jeano berbicara maka aku akan baik-baik saja, mungkin.

'Apa kamu sudah puas, apa sekarang kamu sudah tidur dengan tenang di atas kasur lembut? Aku akan sangat membenci kamu jika kau bisa tidur dengan nyenyak sedangkan kamu baru saja menghancurkan aku.'

Kini aku berjalan menunduk sambil menangis, aku memang lemah. Aku saja benci diri sendiri yang lemah dan tidak bisa apa-apa selain menangis, aku adalah makhluk yang paling lemah.

Ini menyakitkan sungguh, aku tak bisa lagi bertahan.

'Bagaimana jika aku hamil?'

Aku tak mau satu rumah dengan orang itu, orang yang sekarang enggan aku sebut namanya. Aku tak mau menghabiskan semua waktuku bersamanya, orang yang jahat dan brengsek.

Before you leave [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang