•Aku tidak mencintaimu, hanya rasa kasihan yang aku berikan untuk kamu•
••••|Before you leave|••••
"Jadi kondisi bayi dan ibunya gimana?"
"Keduanya sehat, hindari hal-hal stress, ya." Dokter terus menggerakkan alat di atas perut Naya dan melihat ke arah monitor.
Jeano tersenyum haru saat melihat sosok malaikat kecilnya yang tengah bergerak di dalam sana, Jeano berjalan mendekati monitor dan menyentuh layarnya. Hatinya menghangat kala itu, matanya berkaca-kaca.
"Sepertinya masih pasangan baru, ya? Dilihat dari umur istrinya belum usia dua puluh tahun," ucap dokter membuat Jeano merasa bersalah lagi dan lagi.
Melihat itu Naya menyentuh tangan dokter dan mengangguk menanggapinya.
"Pemeriksaan sudah selesai, saya akan berikan hasil USG pertamanya ya, Bu, pak."
Jeano mengangguk dan membantu Naya bangun dari ranjang, di balik maskernya Jeano tersenyum dan tangannya memberanikan diri menyentuh perut buncit Naya.
"Ayah hanya harus bertahan 5 bulan lagi, kan?"
Kalimat itu tentu membuat Naya seketika menghentikan tangan Jeano yang bergerak di perutnya, mata keduanya bertemu dan Naya menggelengkan kepalanya untuk meminta Jeano tidak mengatakan itu.
"Bertahan terus, tidak ada batasan kamu buat bertahan."
Jeano mengangguk, usia kandungan Naya sudah menginjak bulan ke-4 dan selama itu Jeano mulai bisa memahami bahasa isyarat meski tidak lancar, ibaratnya masih mengeja.
"Makasih, Nay."
"Buat apa?"
"Udah mau terima gue dalam hidup Lo, biarin gue sentuh perut ini." Jeano tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit, senyuman itu membuat Naya merasa hatinya ditusuk-tusuk.
Naya mengangguk lalu turun dari ranjang untuk menunggu di depan.
"Tunggu di sini, gue bayar administrasi dulu sama ambil hasil USG nya." Naya mengangguk dan mengikuti apa yang Jeano katakan, menunggu di kursi tunggu melihat ke sekeliling rumah sakit.
Sampailah fokus matanya berhenti ketika melihat keluarga kecil yang bahagia, melihat anak perempuan yang digendong Ayahnya, dan ibunya menggendong bayi kecilnya. Rasanya akan bahagia jika menikah dengan orang yang dicintai.
"Nay, liat ini!" Jeano datang dengan bahagia sembari menunjukkan foto bayi kecil mereka, Naya menatap foto itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak ada raut bahagia melihat fotonya, tidak ada senyuman, dan tidak ada antusias seperti yang Jeano berikan.
"Nggak seneng ya, Nay?" Pundak Jeano yang semula tegak kini melemas, membuang nafas berat lagi-lagi ia merasa sangat bersalah.
"Bukan gitu, aku cuma mikir bagaimana rasanya jika anak yang aku kandung adalah anak dari orang yang aku cintai." Naya mengambil hasil USG itu dari tangan Jeano, "Apa reaksinya sama kayak kamu atau enggak, karena aku ngerasa biasa aja, maaf."
Terbesit rasa sakit di hati Jeano ketika ia berhasil mengartikan apa yang Naya katakan, bagaikan terbang di atas awan lalu jatuh di bukit tanpa pengamanan apapun, sakit.
"Kita pulang, yuk." Jeano mengulurkan tangannya dan bangun lebih dulu untuk membantu Naya yang akhir-akhir ini cepat lelah karena kandungannya kian berjalan dan perutnya semakin membesar.
Naya tidak menerima uluran tangan Jeano, ia berjalan lebih dahulu meninggalkan Jeano yang merubah uluran tangan menjadi sebuah kepalan hampa dan kosong, menunduk sembari menguatkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before you leave [END]
Teen Fiction❝Sebelum kamu pergi cuma luka yang kamu kasih, tapi saat kamu hendak pergi cintaku yang kuberi.❞ Katanya anak pertama adalah anak yang paling dinantikan oleh semua pasangan yang baru menikah. Mereka hanya ingin memiliki anak, tapi tidak mau menerima...