•Benar jangan membuat janji jika kamu berniat pergi dan tak menepati janjinya•
••••|Before you leave|••••
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam tapi Jeano belum juga pulang ke apartemen, Naya mulai khawatir ketika ponsel Jeano tidak dibawa saat pergi tadi.
"Awh..."
Perut Naya mulai tak enak lagi, sebuah tendangan pada perutnya yang diberikan oleh bayi di dalamnya kini rasanya jauh lebih menyakitkan. Naya mengusap perutnya untuk meredakan tendangan itu namun nihil tendangannya terus berkontraksi selama beberapa menit.
Rasanya Naya ingin menangis kali ini, ada rasa menyesakkan dalam hatinya yang tak bisa Naya gambarkan seperti apa bentuknya.
'Kenapa belum pulang juga?' batinnya lagi-lagi melirik ke arah jam dinding yang terus bergerak ke kanan, waktu sudah mau menunjukkan pukul setengah 12, kontraksi yang baru berhenti beberapa menit kini kembali terasa.
Tok tok tok
Ketukan pintu apartemen yang tidak santai Naya dengar, dengan menahan rasa nyeri pada perutnya Naya berjalan menuju pintu sembari memegangi perutnya.
"Nay..."
Naya kaget ketika melihat sosok wanita yang pernah menjadi pacar Naja dulu, Arletta di depannya.
"Gue ke sini mau ngasih kabar kalo cowok yang namanya Jeano ternyata dia suami Lo, ya?"
Benar saja perasaan Naya tak enak lagi, pikirannya berkecamuk padahal Arletta belum menjelaskan apa-apa.
"Khe nha pha?" |Kenapa?|
"Jam setengah delapan tadi ada kecelakaan beruntun dan salah satu korbannya namanya Jeano, gue kebetulan lagi ada di sana waktu itu dan dia dianterin pake mobil gue ke rumah sakit dan—"
Bruk
Naya langsung jatuh ke lantai sekujur tubuhnya lemas seperti tanpa tulang. Arletta kaget dan mengusap bahu cewek di depannya dengan lembut, berusaha menyadarkannya sebab tangis Naya langsung keras dan menyakitkan.
"Nay gue tau ini berat tapi dari tadi dia terus panggil nama Lo, apa Lo sanggup buat pergi ke sana sekarang?"
Dengan kekuatan yang sedikit dan tangis yang dipaksakan mereda Naya bangun dengan sekuat tenaga dan mengangguk, mengunci pintu kamar apartemen dan berjalan dituntun oleh Arletta yang sebenarnya dulu memiliki dendam tersendiri pada perempuan di sampingnya ini.
Arletta membantu Naya naik ke mobilnya dan mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata karena melihat Naya tengah hamil besar.
'Kamu nyuruh aku nunggu kamu pulang, atau aku disuruh temani kamu sampai pulang?'
Naya membuang wajahnya ke arah lain dan menangis sembari menahan Isak tangisnya sendirian, Arletta merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda bulat yang sama seperti Naya pakai.
"Ini, Nay. Punya suami Lo."
Tangis Naya tak dapat ditahan lagi, ia mengambil cincin itu dengan tangan bergetar hebat, cincin itu masih ada sisa darah yang menempel.
Akhirnya setelah beberapa menit mengendarai mobil Arletta menghentikan mobilnya di parkiran dan membantu Naya yang mulai lemas saat kakinya masuk ke dalam rumah sakit.
"Ini Dok, yang namanya Naya."
"Ah iya, jadi beg—"
Naya menerobos masuk ke dalam ruangan itu tanpa mendengarkan apa yang akan dokter katakan, membeku ketika melihat seseorang yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, wajahnya dipenuhi luka yang diakibatkan oleh kaca helm yang hancur dan mengenai wajah Jeano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before you leave [END]
Teen Fiction❝Sebelum kamu pergi cuma luka yang kamu kasih, tapi saat kamu hendak pergi cintaku yang kuberi.❞ Katanya anak pertama adalah anak yang paling dinantikan oleh semua pasangan yang baru menikah. Mereka hanya ingin memiliki anak, tapi tidak mau menerima...