•Aku tau maksudmu untuk berubah, tapi prihal memaafkan sungguh sulit•
••••|Before you leave|••••
"Nay, malam ini boleh gue tidur sama Lo?"
Naya yang baru saja hendak memasukan makanan dalam mulutnya kini tertunda, menatap bingung suaminya yang terlihat tidak berselera untuk makan.
"Gha ahk mha ahu." |Gak mau.|
Jeano mengangguk sudah menyangka jawabannya akan seperti ini, ruangan kembali hening hanya ada suara orang tengah menikmati makanan di depannya dengan berselera, tapi tidak dengan Jeano yang tidak bisa menelan makanannya.
"Nay, Lo masih marah sama gue?"
Naya mengangguk tegas, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi bukan? Lebih baik jujur agar tidak membuat Jeano Bingung sendiri.
"Lo benci gue, Nay?"
Naya mengangguk lagi.
"Lo mau pukuli gue gak, Nay? Supaya gue bisa dapetin maaf dari Lo itu gimana?"
"Bahkan kalo misalnya pukuli kamu dari dulu adalah salah satu cara buat hilangin benci aku sama kamu, udah aku lakuin dari dulu. Kalo misalnya hari itu kamu sadar sama pukulan aku, semua ini gak akan terjadi." Naya bangun dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
Jeano mengikutinya melihat bahu Naya bergetar dan minum air dengan tidak santainya membuat Jeano refleks mendekatinya.
"Pelan-pelan, Nay."
"Kamu minta aku buat tidur sama kamu? Aku gak tau rasa gak Sudi ini kapan hilangnya. Tidur sama orang yang bikin aku gak bisa tidur dengan tenang setiap malam kamu pikir aku baik-baik aja?"
"Tapi, Nay, gue tau gue salah. Tapi gue udah tanggung jawab, Nay. Gue gak lari."
Naya semakin menangis ketika mendengar itu.
"Kalo boleh pilih aku lebih baik kamu gak tanggung jawab dan mendekam di penjara, daripada aku harus menghabiskan sisa hidupku sama pelaku pemerkosaan."
Naya meninggalkan dapur dan dengan cepat masuk ke dalam kamarnya, Jeano mengepalkan tangannya dan memukuli kepalanya dengan keras, sudah berbulan-bulan hidup bersama tapi hubungannya tidak maju melainkan menambah mundur. Seperti ada dinding besar yang membatasinya dengan Naya, yaitu dinding kebencian.
"Gue udah kehilangan arah, Nay, gue udah gak tau harus ngomong apa lagi. Apa yang harus gue lakuin biar Lo mau maafin gue Nay?"
Jeano duduk di depan pintu kamar Naya, merasa putus asa. Tidak ada jawaban dari dalam melainkan hanya sebuah Isak tangis yang membuat Jeano semakin bersalah.
Jika membenci sikap Naya yang seperti ini coba bayangkan berada di posisinya, hidup dengan pelaku pemerkosaan dan dianggap dengan pernikahan semuanya akan selesai begitu saja. Pernahkah kalian berpikir...
Apa mental Naya baik-baik saja?
Apa dia bisa tidur nyenyak?
Apa dia bisa bahagia kedepannya?
Apakah dia sudah melupakan kejadian itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Before you leave [END]
Fiksi Remaja❝Sebelum kamu pergi cuma luka yang kamu kasih, tapi saat kamu hendak pergi cintaku yang kuberi.❞ Katanya anak pertama adalah anak yang paling dinantikan oleh semua pasangan yang baru menikah. Mereka hanya ingin memiliki anak, tapi tidak mau menerima...