•Kadang cinta itu harus dipendam, dan berbohong•
••••|Before you leave|••••
Ini adalah pagi pertama bagi pasangan yang baru menikah kemarin, tidak ada yang istimewa. Tidak ada malam pertama, atau pagi bersama.
Naya sudah bangun dan mandi sejak subuh tadi, melaksanakan Sholat yang sudah menjadi kewajiban dan mandi untuk menyegarkan tubuh dan hatinya.
Naya merapikan pakaiannya ke dalam lemari baju, semalam ia belum sempat untuk merapikan pakaian karena lelah seharian menangis dan menahan rasa sakit pada hatinya.
'Gak enak banget perut aku.' Naya mengusap perutnya yang terasa sedikit nyeri, wajar saja hamil pertama sekaligus hamil muda itu sangat besar risikonya.
Meski begitu Naya tetap melanjutkan merapikan pakaian hingga semuanya rapi, hingga ia terdiam bahwa sebuah bingkai foto satu-satunya yang ia bawa adalah fotonya bersama Naja. Foto yang sempat diambil sebelum semua ini terjadi, dan kak Laras yang memotretnya.
'Aku kangen.' Naya meletakkan foto itu di meja rias kamarnya, menatap foto itu sendu. Setelah mengetahui perasaan masing-masing Naja pergi tanpa pamit dan menghindarinya.
Dirasa lelah karena merapikan kamar Naya pergi keluar untuk mengambil minum, saat hendak berjalan ke dapur Naya melewati kamar Jeano yang masih tertutup.
Hoek hoek
Terdengar suara Jeano yang sedang memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya, meski terdengar Naya berusaha acuh membiarkannya saja dan melanjutkan niatnya untuk minum.
'Yang hamil siapa yang muntah siapa, dasar aneh.' Naya hanya berani berbicara dalam hati, mungkin jika Jeano mengetahui isi hatinya yang sering kali membicarakannya mungkin ia akan kesal.
Naya mengambil air putih dari galon dan meminumnya, mengusap kening yang sudah keluar keringat. Padahal masih pagi Naya sudah merasa sangat lelah, mungkin karena bawaan hamil ia jadi cepat lelah.
Pintu kamar Jeano terbuka menampakkan wajah pucat serta tubuh yang begitu lemah berjalan ke arah dapur juga. Naya yang melihat itu meletakkan gelasnya lalu pergi melewati Jeano begitu saja.
"Wangi banget Nay." Jeano bergumam saat Naya melewatinya tanpa melirik sama sekali.
Jeano tersenyum miris lalu mengambil gelas untuk minum. Gelas khusus untuknya, karena virus bisa menular melalui air liur jadi piring dan gelas Jeano berbeda lagi dan di letakan di tempat yang berbeda dari piring dan gelas yang lainnya.
Selesai minum Jeano langsung mencucinya hingga bersih dan kembali meletakkannya.
"Nay mau makan apa? Biar gue Go-food."
Naya yang sedang duduk di ruang tamu sambil menyalakan televisi melirik sekilas dan kembali menatap televisi padahal ia belum menjawabnya.
"Dikacangin mulu gue, bubur aja kali ya, gimana?" Jeano menggaruk tengkuknya karena Naya tidak menjawab pertanyaannya jadi bingung sendiri.
Naya bangun dan pergi ke kamarnya, Jeano menghela nafas berat lalu duduk di tempat yang tadi sempat diduduki oleh Naya.
Ternyata Naya mengambil ponsel dan buku yang biasa digunakan olehnya untuk berkomunikasi dengan Jeano. Naya membuka lembar dan menunjukkan di depan Jeano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before you leave [END]
Novela Juvenil❝Sebelum kamu pergi cuma luka yang kamu kasih, tapi saat kamu hendak pergi cintaku yang kuberi.❞ Katanya anak pertama adalah anak yang paling dinantikan oleh semua pasangan yang baru menikah. Mereka hanya ingin memiliki anak, tapi tidak mau menerima...