Aku melalui dunia kerjaku yang baru dengan lancar dan tenang. Semua berjalan sewajarnya, sebagai wakil kepala sekolah aku banyak mewakilkan Pak Kepala Sekolah untuk memimpin pertemuan dengan para orang tua atau pun pertemuan dengan guru berserta staff.
Aku melakukan perkerjaanku sesuai porsiku, aku tidak pernah ikut campur untuk sesuatu yang bukan urusanku. Aku merasa nyaman dan menyukai perkerjaanku sebagai Wakil Kepala Sekolah. Ternyata posisi ini lebih membuat aku nyaman dari pada saat menjadi guru dan memberikan pelajaran, aku tidak perlu berhadapan dengan murid - murid yang nakal pada saat aku memberikan pelajaran.
Walaupun terkadang aku rindu untuk menganjarkan murid - murid. Sangat menyenangkan ketika berhadapan dengan murid pintar, sopan dan gampang memahami pelajaran yang aku berikan. Dan aku merasa bangga ketika murid didikkanku mendapatkan nilai yang bagus atau menang dalam sebuah perlombaan.
Dan setelah tiga bulan, tiba - tiba saja pada Pak Kepala memanggilku keruanganya. Ketika aku memasuki ruangan Pak Kepala aku menemukan Wali Kelas 2A berada disana, dan sedang menangis.
" Bu Park ada apa?" Aku bertanya dengan heran setelah duduk disamping Wali Kelas 2A.
Bu Park menatapku dengan mata merah dan berlinang air mata, wanita yang telah lama menjadi guru ini terlihat sangat sedih, " Bu Wakil, murid itu sangat kejam, saya tidak bisa lagi mendidiknya!"
Dahiku berkerut, aku melirik Pak Kepala yang terlihat memijit pelipisnya, " Murid yang mana?" Tanyaku.
" Kim Se Na, dia membentak saya!" Jawab Bu Park, lalu ia kembali raung,
" 30 tahun saya mengajar baru gadis itu yang membentak saya seperti itu, harga diri saya seperti diinjak - injak!"Aku menghela nafas , Kim Se Na, anak itu lagi, wajah dan kelakuannya sangat bertolak belakang. Penampilannya yang sangat rupawan dan lembut sangat berbeda dengan sikapnya yang kasar dan sombong. Dalam tiga bulan ini saja ia telah membuat ulah berkali - kali.
" Saya tidak ingin menjadi Wali Kelas 2A lagi Pak Kepala, saya lebih baik berhenti dari pada harus mendidik anak itu!" Bu Park menatap Pak Kepala dengan penuh harap.
Aku melihat Pak Kepala menjadi bingung, ia mengangguk dan berkata,
" Ya sudah Bu Park, saya akan mempertimbangkannya, sekarang anda bisa kembali dulu ke ruang guru!"Bu Park mengangguk, lalu ia berdiri dan beranjak pergi. Aku menatap sosoknya yang terlihat memprihatinkan hingga menghilang keluar ruangan.
" Jadi bagaimana menurutmu Bu Wakil?"
Pertanyaan Pak Kepala membuat aku menoleh kearahnya, " Kita harus mencari pengganti untuk Wali Kelas 2A, saya merasa kasihan kepada Bu Park, beliau sudah tidak muda lagi, tidak pantas di perlukan seperti itu oleh anak umur 13 tahun!"
Pak Kepala mengangguk, lalu aku menemukan dia menatapku lama.
" Kenapa anda menatap saya seperti itu?" Tanyaku, aku merasa ada yang tidak beres dari arti tatapannya.
Pak Kepala menegakkan punggungnya, lalu berkata, " Jadilah Wali Kelas 2A Bu Wakil!"
Aku membeku sesaat, " Kenapa saya? Saya adalah Wakil Kepala Sekolah, bagaimana bisa saya juga menjadi wali kelas 2A?!" Ujarku heran.
" Hanya sementera, sampai akhir semester ini!"
" Tidak, saya menolak!" Ujarku tegas.
" Ayolah Bu Wakil, anda tahu kita tidak punya guru lain yang bersedia menjadi Wali Kelas 2A. Sedangkan jika merektrut dari luar itu membutuhkan waktu!" Bujuk Pak Kepala.
Aku masih bersikukuh dengan pendirianku, aku sangat tidak ingin berurusan dengan anak itu, entah kenapa aku memiliki firasat yang buruk jika aku berurusan dengan gadis kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HADIR KEMBALI ( HYEYOON )
RomanceMataku membesar membaca nama itu, kaleng beer ditanganku terlepas dan terjatuh ke meja, membasahi lembaran kertas yang sedang aku baca. Jantungku bergemuruh sangat kencang dan tubuhku mendadak merinding. Dadaku terasa sesak dan aku sulit bernafas. D...