Mataku membesar membaca nama itu, kaleng beer ditanganku terlepas dan terjatuh ke meja, membasahi lembaran kertas yang sedang aku baca. Jantungku bergemuruh sangat kencang dan tubuhku mendadak merinding. Dadaku terasa sesak dan aku sulit bernafas.
D...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku melihat diriku sendiri berdiri diatas sebuah gedung tinggi. Aku berteriak menyuruhnya untuk tidak melangkah semakin ketepi. Aku berteriak menyuruhnya berhenti! Dia menoleh sesaat kearahku dengan tatapan matanya kosong, sebelum ia menatap lurus kebawah dan menjatuhkan dirinya.
Aku berteriak histeris. " TIDAAAK!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku terbangun dari tidurku, deru nafasku berpacu, ada air mata yang mengalir diwajahku.
Mimpi itu datang lagi, setelah bertahun - tahun, aku kembali memimpikan hal itu. Kejadian dimasa lalu yang membuat aku terpuruk dan putus asa.
Aku menghela nafasku, mencoba untuk meredam sesak didadaku. Aku memijat pelipisku karena merasa pusing. Kemudian aku menyentuh bantalku yang basah. Setiap kali mimpi itu datang aku pasti akan menangis dalam tidurku dan keesokan harinya aku akan menemukan batalku basah oleh air mataku sendiri.
Masih ingat dalam ingatanku, saat itu, setelah diusir dari rumahnya aku sempat memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupku. Aku berfikir bahwa tidak ada gunanya lagi aku hidup. Hidupku telah hancur.
Jika adikku tidak menelpon saat itu, mungkin saja kejadian didalam mimpi itu benar - benar terjadi.
Hingga saat ini, aku tidak mengerti kenapa aku bisa mengalami hal menyakitkan seperti itu. Dimana letak kesalahanku sebenarnya? Atau apa yang telah aku lakukan sehingga aku bisa mengalami semua itu?
Ponselku berbunyi, menyadarkanku lamunan. Aku meraih ponselku yang terletak disamping bantalku.
" Hmm... Bu Lee!" Aku menjawab telpon dari Yuuna.
" Anda tidak apa - apakan Bu Wakil? Saya sangat mencemaskan anda karena sejak kemarin anda tidak menjawab telpon saya. Apakah terjadi sesuatu?"
Aku tersenyum mendengar nada khawatir dari suara Yuuna. Aku tahu mungkin saja Yuuna memang tulus peduli padaku, namun kenangan dan pengalaman dimasa lalu membuat aku tidak ingin percaya terlalu cepat kepada orang lain.
