14. Keinginan

501 48 59
                                    

Rowoon pov..

" Ayah Sena! Hubungan saya dengan anda hanya sebatas walikelas dengan walimurid, tidak ada yang lainnya. Jadi saya hanya akan menerima ucapan  terimakasih anda. Dan mohon untuk kedepannya, jangan pernah lagi menyebut nama saya seperti itu, karena saya dan anda tidak sedekat itu!" Suara lembutnya membuat aku terdiam.

Aku mendengar dengan sangat jelas setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, namun otakku butuh waktu untuk mencernanya. Dan ketika aku paham maksud wanita ini egoku menolak untuk menerimanya.
Tanpa memperdulikan perkataanya, aku kembali menyebut namanya,
" Hyeyoon-ah...!"

Tut..tut.. tut, aku tahu wanita itu pasti akan menutup telponnya. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kecewaku, mataku menatap layar ponselku yang gelap.

" Bibi, sana Bibi tidur, jangan sampai kesiangan besok pagi!"

Suara Sena mengalihkan perhatianku, putri kecilku itu sangat bersemangat malam ini. Ini masih jam 8 malam dan dia telah menyuruh Bibi pelayan untuk cepat - cepat tidur agar besok pagi bisa bangun lebih pagi untuk mempersiapkan bekal makan siang yang akan ia bawa kesekolah besok.

Aku meletakkan ponselku diatas meja, lalu mengangkat cangkir kopi hitamku dan menyeruputnya. Perkataan wanita tadi ditelpon membuat aku tersenyum jahat. Hanya hubungan walikelas dan walimurid? Konyol sekali.

" Baik Nona, sebentar lagi Bibi tidur!" Bibi Wang yang telah bekerja lama dengan kami membalas perkataan Sena yang terus mendesaknya untuk cepat tidur.

Kopi hitam yang aku minum terasa hambar membuat aku enggan untuk kembali meminumnya. Aku berdiri dari sofa dengan membawa ponselku, aku berjalan mendekati Sena yang terus mengganggu Bibi Wang yang sedang membereskan dapur.

Aku meraih kepala kecil putriku dan mengecup puncak kepalanya, lalu berkata, " Jangan mengganggu Bibi Wang terus Sena, masuklah ke kamar!"

Sena memasang wajah cemberut, " Baik ayah!" lalu dengan langkah gontai ia naik kelantai dua menuju kamarnya.

" Tuan butuh kopi lagi?" Bibi Wang bertanya padaku saat aku akan melangkah pergi dari dapur.

" Tidak, terimakasih Bibi Wang!" Jawabku, lalu aku melangkah menuju ruang kerjaku.

Didalam ruang kerja aku membuka lemari kaca dan mengeluarkan sebotol anggur, lalu menungkan dalam sebuah gelas. Aku membawa gelas itu ke meja kerjaku dan duduk dikursi kerja yang memiliki sandaran tinggi.

Ketika Aku menyesap anggur tersebut, ada perasaan tenang ketika anggur itu membasahi kerongkonganku. Aku bersandar pada sandaran kursi lalu menghela nafas pelan. Aku memejamkan mataku.

' Seokwoo Sunbae!'

Mataku terbuka ketika bayangan masa lalu melintas dipelupuk mataku. Masih sangat jelas didalam ingatkanku saat - saat manis bersama gadis itu. Senyumnya, gelak tawanya, suara lucunya saat memanggilku, wajah cantiknya, mata indahnya, bibir tipisnya dan juga tubuh rampingnya saat berada dipelukanku, semuanya masih jelas terrekam dalam ingatanku.

Aku tahu aku telah melukai perasaanya dan juga meninggalkannya, aku tahu aku telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Karena itulah ketika aku pertama kali bertemu lagi dengannya aku tidak miliki keinginan untuk mengusiknya. Aku hanya ingin tahu kabar dan sedikit informasi mengenai dirinya.

Bagaimana kehidupannya?
Apakah dia telah menikah?
Dengan siapa dia menikah?
Berapakah anaknya?

Tidak butuh lama bagiku untuk mengetahui semua jawaban dari rasa penasaranku. Dia belum menikah, dan bahkan ia tidak memiliki kekasih. Kim Hyeyoon masih sendiri.

Setelah mengetahui semua itu aku menemukan ada sedikit kebahagian yang menyelinap dihatiku, tetapi aku tidak memiliki keinginan untuk membuat ia kembali kepadaku. Sama sekali tidak terpikirkan olehku. Bahkan ketika aku tahu Sena menyukainya, dan juga saat ia datang kerumahku dan membujuk Sena. Keinginan itu belum ada.

HADIR KEMBALI ( HYEYOON )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang