Chapter 3

1.3K 121 13
                                    

.

Berjalan santai bersama angin malam menyapa sekujur tubuh seraya memasukkan kembali ponsel disaku celana. Beberapa menit yang lalu Sunghoon baru saja bartukar kabar dengan Jaeyoon di hadapan taman hotel yang menjadi penginapan mereka untuk dua malam ini.

Sunghoon dan Jiyeon berserta tiga pekerja baru saja tiba pukul setengah enam tadi. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu kurang dari tiga jam malah berakhir empat jam hanya karena terjadi pembaikkan dan menghadapi kemacetan yang lumayan menguras kesabaran.

Sepasang netra Sunghoon menangkap siluet Jungwon yang baru memasuki pintu masuk hotel dengan dua tas tabung disampir dibahu serta tangan yang dapat Sunghoon pastikan berkas yang akan mereka presentasikan besok kepada klien. Jungwon terlihat kepayahan membawanya.

Dengan gesit Sunghoon mempercepatkan langkahnya niat hendak membantu, namun baru saja kaki Sunghoon melepasi pintu masuk mendadak berhenti melihat Jungwon baru saja bertubrakan dengan pria yang sangat Sunghoon kenali.

Pria yang memiliki rahang tajam itu melotot begitu irisnya bertatap dengan milik Jungwon. Bahkan, Jungwon sendiri terlihat kaget membuat tangannya terhenti serta merta dari mengambil berkas berjatuhan dilantai, beberapa detik terdiam dengan tubuh kedua manusia itu mendadak kaku.

Seperti sadar dari tatapan mereka, Jungwon dengan tergesa-gesa mengambil cepat berkas yang berada dilantai dan menepis kasar tangan pria yang ingin membantunya.

Begitu Jungwon ingin berlalu lengannya ditahan, membuat netra Jungwon menajam, kilatan amarah terlihat.

"Tunggu!"

"Lepas!!" Penuh penakanan nada Jungwon mencoba menggerakkan lengannya namun pria itu menahan begitu kuat.

Menyadari situasi dari hadapan, Sunghoon inisiatif mendekat lalu berdehem kuat membuat pria itu terkejut dan tanpa sedar melepaskan lengan Jungwon, tanpa buang waktu langsung saja Jungwon segera berlalu pergi tanpa menoleh sedikitpun, tiap langkah yang diambil terburu-buru.

Pria itu mencoba mengejar jika saja akal waras tidak mengambil alih, menyadari situasi terjadi di antara mereka pasti bukan hal yang bagus buat bertatap muka dengan keadaan seperti ini. Ditambah kehadiran Sunghoon, pasti itu bukan keputusan yang tepat.

Alhasil hanya bisa menatap punggung lebar itu menjauh sehingga menghilang di balik lift. Tatapannya penuh maksud tersirat yang sulit untuk dipahami. 

Menoleh ke samping melihat pria berkulit pucat dengan tubuh tingginya. Pria berbibir tipis itu tersenyum cerah.

"Wow... sepupu lama gak ketemu." Suara beratnya menyapa Sunghoon seraya tangannya menepuk pundak itu.

Balas tersenyum kecil, Sunghoon juga lupa kapan terakhir kali melihat sepupunya ini, mungkin di acara keluarga yang cuma sekadar papasan atau entah di mana. Karena kalau kata bertemu secara manusiawi, duduk berbicara santai atau bertukar kabar itu sudah lama sekali.

Sejak kejadian lima tahun yang lalu membuat hubungan keduanya merenggang.

"Kabar kamu gimana?" Lagi pria itu bertanya mencoba santai kerana suasana terasa canggung.

"Seperti yang kamu lihat, baik-baik aja, 'kan?"

Bahkan, bicara mereka berubah, dari lo-gue jadi ke aku-kamu. Tersangat canggung.

Kekehan semampu di naturalkan, pria itu menepuk sedikit kuat pundak Sunghoon. "Kamu gak keberatan 'kan minum kopi dengan aku sebentar?"

Tangannya menunjuk ke samping tidak jauh dari mereka berdiri di mana terletak ruang santai sekaligus orang-orang yang juga lagi berbincang atau meluangkan waktu sebentar di sana bersama minuman dan dessert.

AFTERMOST || sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang