Chapter 22

842 88 34
                                    

.

Sejujurnya mau dibilang kaget atau tidak sulit diungkapkan namun dalam waktu yang sama seperti sudah bisa menduga jika Jay bisa saja mengetahui hubungan dijalin bersama Jungwon.

Tiada reaksi dari Sunghoon yang membaca pesan itu tanpa arti.

Apakah Sunghoon terlalu santai?

Menyikapi segala hal dalam keadaan tak diburu rasa panik tapi mencoba santai menyelesaikan dengan tenang.

Menyadari satu persatu orang-orang terdekat mulai mengetahui apa yang dilakukan di belakang Jaeyoon.

Begitu membaca pesan dikirim Jay yang tidak lama disusul pesan lain mengatakan tempat dan jam ketemuan.

Hal pertama yang Sunghoon lakukan mengabari Jungwon, memberitahu dan Jungwon sendiri menjelaskan jika Jay sudah mengetahui sejak dari Gwangju tepat pagi hari setelah mereka ketemu tanpa sengaja pada malam hari itu.

Ingin marah Sunghoon mengapa Jungwon tidak memberitahu dari jauh hari lagi kalau Jay sudah mengetahui hubungan mereka namun pada akhirnya cuma mematikan panggilan tanpa menceritakan jika Jay mengajak berjumpa.

Tidak ingin tersulut emosi hingga bisa membawa pergaduhan dengan Jungwon.

Pesan dikirim Jay itu tanpa dibalas, namun mereka sama-sama tahu jika ketemuan itu akan berlangsung.

Sama-sama punya harga diri, jiwa lelaki yang tak ingin terlihat pengecut jelas terpancar tidak mau kalah.

Tepat jam delapan malam Sunghoon keluar dari rumah setelah sedikit sulit meminta ijin pada Jaeyoon yang kali ini banyak pertanyaan terlempar seolah tak ingin dirinya berpergian.

Namun dengan alasan bahwa teman benar-benar butuh bantuan menjadikan Jaeyoon membiarkannya pergi keluar.

Kini di dalam mobil menuju taman sesuai yang dikirim Jay sebuah tempat mereka akan bertemu. Terlihat melaju mobil Sunghoon kendarai bahkan ponsel yang berdering dengan nama Jungwon sebagai pemanggil diindahkan.

Hingga tidak sampai sepuluh menit mobil berhenti tidak jauh dari taman yang sudah terlihat sepi.

Cuma tampak kelibat Jay berdiri tidak jauh dari kursi disediakan di taman dengan remang cahaya jingga menjadi penerangan, tidak ambil waktu lama Sunghoon berjalan menghampiri di mana Jay sendiri sudah berbalik menghadap ke arah Sunghoon siap untuk bersemuka.

Beberapa langkah lagi mendekat, lebih dulu Jay meluru dan melayangkan tinju di rahang Sunghoon, sangat kuat sampai tubuh itu terjatuh.

Belum sempat berdiri Jay sudah membabibu menyerang Sunghoon lagi dengan menduduki perut pria itu dan terus memberi pukulan demi pukulan.

Hingga darah segar di bibir maupun hidung Sunghoon mengalir keluar.

Baru setelahnya Jay berhenti dengan nafas memburu. "Kita adil bukan?" Bertanya diselangi seringai di bibirnya.

Lalu berdiri Jay menyingkir di tubuh Sunghoon yang sesaatnya tanpa diduga sosok Sunghoon juga ikut berdiri dan dengan cepat memberi tumbukan di bibir Jay hingga terhuyung tak stabil menerima pukulan yang cukup kencang sampai pusing sesaat.

Bersama mengusap bibir yang terasa perih, Jay menatap nyalang Sunghoon. "Lo tahu? Dibanding dengan gue dulu, lo lebih brengsek!"

Terkekeh kecil Sunghoon. "Gak usah mau bandingin, kalau lo dan gue di sini sama-sama brengsek."

Mengangguk-angguk kepala. "Iya benar." Sahut Jay bersama nafas terhela berat. "Iya, gue akui itu tapi andai----" kata terakhir begitu ditekan. "Andai gue tahu Jayeoon punya cerita sekejam itu di masa lalunya, pasti gue gak bakal lakuin itu ke dia." Sesaat terasa sesak lagi dadanya.

AFTERMOST || sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang