Epilogue

3K 174 151
                                    

.

Rasa sakit dan penderitaan selalu tak terelakkan untuk kecerdasan yang besar dan hati yang dalam. Orang-orang yang benar-benar hebat pasti memiliki kesedihan yang luar biasa di bumi.

Terkadang kita melihat mereka baik-baik saja namun ada kelukaan besar yang disembunyikan dibalik tawa senda dan senyum secerah matahari.

Bibir terus terukir senyuman indah menyapa setiap pandangan manusia tapi disebalik itu ada kesedihan yang ditutup rapat hanya untuk dirinya.

Aku sedih tapi aku tersenyum itulah hidup seorang insan Shim Jaeyoon.

Menyembunyikan kesakitan dengan senyuman. Kesakitan yang sudah terbiasa baginya dari waktu ke waktu.

Namun kudrat tidak bisa berbohong, batas itu punya waktu. Setegar dan sekuat apapun diri menahan pada akhirnya lelah mengambil alih.

Aku menyembunyikan apa yang kurasakan tapi aku lelah menyimpan ini di kepala ku.

Itu benar-benar terjadi pada Jaeyoon.

Penat, penat, dan penat.

Dia mau berhenti.








Di pagi hari yang mendung kaki panjang Sunghoon menyusuri setiap pusara di keheningan pagi sunyi sepi.

Rasa dingin menyapa sekujur tubuh diindahkan, kaki terus melangkah hingga berhenti pada pusara yang baru saja ditempati dua bulan lalu.

Rumah baru Jaeyoon.

Kaki berlutut membersihkan debu-debu dan daun-daun yang datang hinggap meski setiap hari dikunjungi benda-benda seperti ini tidak bisa luput.

Bunga yang kemarin dibawa diganti dengan bunga baru meletakkan tepat bersebelahan dengan nisan bertuliskan nama seorang Shim Jaeyoon berserta tanggal lahir dan tanggal kematian.

"Aku kangen..."

Jatuh lagi air mata yang menjadi peneman Sunghoon sejak dua bulan ini. Air mata yang tak pernah luput setiap menjejaki kaki di sini. Air mata yang tidak berharga karena begitu sering keluar dan mudah sekali mengalir.

"Kamu lagi apa?"

Setiap hari seperti ini rutin Sunghoon, datang tak kira waktu. Bertanya meski tiada jawaban dan bercerita seolah ada sosok Jaeyoon di sana.

"Kapan kita ketemu lagi?"

Tangan yang mengelus nisan itu terus bertanya dengan air mata mengalir. "Aku pengen ketemu kamu."

Menunduk mendekat pada nisan untuk dicium. "Aku kangen, mau ketemu."

Ada satu rasa sakit yang sering dirasakan yang tidak pernah diketahui. Itu disebabkan oleh ketidakhadiranmu.

Tidak pernah merasakan lagi sosok itu didakapan, menyambutnya pulang ataupun menghantarnya pergi. Bahkan sebelum tidur dan bangun tiada lagi orang itu di sampingnya.

Ini sungguh sakit, terlalu sakit.

Meskipun telah dua bulan berlalu rasa sakit kehilangan tak pernah sembuh malah semakin hari semakin besar seolah utuh tak ingin lepas.

Masih jelas diingatan tepat saat Sunghoon pulang dari apartment Jungwon menjelaskan dan memutuskan hubungan di antar mereka, hari itu sangat Sunghoon ingat karena hari itu dia kehilangan Jaeyoon buat selamanya.

Dipikirkan semua bisa sejalan dengan apa yang direncanakan namun takdir berkata lain karena Jaeyoon memilih tak ingin tetap di sini.

Sewaktu itu begitu tiba di apartment, kediaman mereka, tentu panik melanda Sunghoon melihat tiada Jaeyoon di kamar tepat di ranjang seperti terakhir kali dilihat sebelum pergi keluar.

AFTERMOST || sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang