.
Entah apa yang membuat Jay berbuat sejauh ini. Sejak di Gwangju saat mengetahui perselingkuhan di pikirannya cuma satu, Jaeyoon.
Bagaimana nanti keadaan Jaeyoon jika orang-orang terdekat cuma Sunghoon dan Jungwon tapi kedua orang itu malah berkhianat di belakang.
Tidak terpikir Jay macam mana dengan Jaeyoon, orang yang dipercayai dan paling rapat malah sanggup melakukan pengkhianatan yang tak seharusnya.
Cuma itu dipikirannya.
Ditambah selama ini sejak hampir enam tahun lalu Jay hidup dalam penyesalan atas apa yang dibuat pada Jaeyoon, tiada hari dia berharap dan berdoa yang terbaik bagi Jaeyoon selama ini.
Tapi ternyata sebaliknya, Jungwon ataupun Sunghoon yang marah dan mengamuk padanya dulu malah berbuat lebih kejam darinya.
Ini tidak diterima oleh Jay.
Betapa mudah Sunghoon dan Jungwon permainkan hidup maupun perasaan Jaeyoon dalam satu waktu.
Jika memang Sunghoon berselingkuh tapi dengan orang lain bukan Jungwon mungkin reaksinya tidak separah ini tapi ini Jungwon sahabat Jaeyoon satu-satunya sekaligus orang yang paling rapat setelah Jaeyoon ditempati di panti asuhan dan tidak punya siapa-siapa lagi di dunia.
Ini benar-benar diluar dugaan.
Bagaimana bisa?
Jaeyoon tidak seharusnya mengalami pengkhianatan sekejam ini.
Sungguh hati Jay ikut sakit meski bukan dia di posisi Jaeyoon. Ini tidak adil.
Sebuah harapannya lima tahun lalu untuk kebaikan apapun di hidup Jaeyoon tidak sesuai harapan.
Ini membuat frutrasi hingga tanpa sadar dirinya mengikut naluri hati, beberapa kali ikut mengekori Jaeyoon dalam diam setelah pulang dari Gwangju. Ingin memastikan sendiri jika Jaeyoon baik-baik saja.
Sampai akhirnya memutuskan untuk tidak berdiam diri, Jaeyoon tidak bisa dibiarkan lebih lama di mainkan Sunghoon ataupun Jungwon sendiri.
Sudah sejauh ini dia terlibat. Jay ingin Jaeyoon benar-benar lepas dari belenggu menyakitkan ini.
Kini seawal pagi lagi Jay berdiri di basement tempat tinggal dihuni Jungwon tepatnya di depan bangunan masuk untuk menuju ke arah lift.
Tentu kekagetan menyapa Jungwon yang ingin pergi kerja namun begitu keluar dari lift presensi Jay terlihat tidak jauh berdiri di sana.
Meski sedikit meneguk ludah karena raut wajah Jay yang terlihat sangat tidak bersahabat terkesan penuh amarah.
Terbukti baru saja Jungwon melangkah, Jay lebih dulu meluru mendekat tepat di depannya dengan rahang mengeras.
"Andai tangan gue ini bisa----" tangan kanan Jay terangkat di udara seolah ingin menampar namun berakhir dengan kepalan tangan, frustrasi. "Gue pengen banget nampar lo." Lanjutnya.
Lalu menghela nafas oleh diburu kekesalan yang menjalar diubun-ubun. "Lo gak buta kan lihat Jaeyoon kemarin di sana----" telunjuknya mengarah di tembok dekat bangunan masuk. "Gue tahu lo sadar, Jungwon."
Menelan saliva susah payah Jungwon, mengerjap kaku, penuh gugup.
"Bisa-bisanya lo----" hilang kata-kata Jay. "Lo mau tahu? Kemarin gue ketemu empat mata sama Jayeoon, kita bicara banyak hal, terutama hubungan lo sama Sunghoon yang dia udah tahu lama."
Spontan membulat lebar mata Jungwon. "Ha----"
Laju dipotong Jay. "Dia udah tahu dari awal, kayak lo bilang, pulang dari liburan perusahaan. Dia udah tahu."

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTERMOST || sungjake
Fanfic- kedukaan dan kebahagian silih berganti, terus berulang bagai kaset tak pernah luput - Jaeyoon sedari kecil mengenal bahagia hanya sebentar karena lebih banyak duka mendera hingga membawa kepada trauma. meniti kehidupan berbekal keyakinan jika baha...