.Terperangah.
Satu kata itu melanda Sunghoon saat masuk ke dalam apartment ditempatinya bersama Jaeyoon.
Melihat ruang tengah, meja makan yang terhias serta makanan maupun kue terbiar begitu saja. Dan menarik atensinya adalah kursi yang jatuh di dekat meja dengan ponsel yang tergeletak tak jauh di tempat itu.
Panik.
Cepat langkah Sunghoon masuk ke dalam kamar tidur dengan perasaan takut namun mengendur lega melihat Jaeyoon tertidur di atas kasur.
Perlahan kaki Sunghoon mendekat, mengamati wajah lelah Jaeyoon tapi tidak bisa menafikan jika raut itu memeta sehabis menangis.
Sisa jejak lengket air mata kering di pipi maupun pinggir mata serta wajah yang terlihat pucat samar membuat hati Sunghoon seperti di hantam batu besar.
Apa yang baru saja terjadi?
Itu dipikirannya.
Masih jelas beberapa waktu lalu tadi tepatnya di apartment Jungwon saat dia memastikan pria itu tertidur nyaman. Baru tersadar ponsel yang di letak semberono di ranjang dan betapa kaget melihat ponsel itu masih terhubung.
Namun tiada suara apapun di sebrang, hanya sunyi sepi, total kosong.
Mengundang khawatir Sunghoon, yang memutuskan panggilan dan mencoba menelepon Jaeyoon kembali namun tidak kunjung bersambut.
Di saat panik seperti itu baru terpikirkan sosok ibu Jungwon.
Lantas menelepon si ibu pakai ponsel Jungwon sendiri, mengabari keadaan sang anak sesuai apa yang terjadi di kantor tadi jika Jungwon sakit dan dia cuma bantu mengantar pulang.
Begitu ibu Jungwon mengatakan akan datang segara dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantu, secepatnya Sunghoon berlalu dari sana.
Tidak memikirkan apapun lagi soal Jungwon dipikirannya cuma Jaeyoon.
Selama perjalanan diselimuti kegelisahan diburu rasa panik dan semakin tak tenang saat tiba melihat keadaan rumah serta kondisi Jaeyoon.
Ada apa?
Sunghoon dibuat tertanya-tanya.
Apa Jaeyoon mendengar perbualannya dengan Jungwon dan memutuskan tidak jadi datang?
Terus, apa Jaeyoon mengalami kambuh lagi sampai terlihat pucat mukanya?
Atau Jaeyoon menangis menduga jika dia dan Jungwon ada hubungan?
Banyak yang bermain di pikiran Sunghoon saat ini.
Namun dibanding itu rasa khawatir akan keadaan Jaeyoon mendominasi.
Tidak bisa melihat Jaeyoon sakit meski badan itu tidak panas tapi wajah pucat walaupun samar serta jejak air mata. Cukup membuat Sunghoon gulana.
Perlahan tubuh tingginya duduk di lantai tepat di pinggir ranjang, mengambil satu tangan Jaeyoon untuk di genggam lembut.
"Maaf, aku minta maaf." Gumamnya, merasa bersalah atas semuanya terutama ulang tahun keempat mereka yang tidak dapat diraikan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Kedua netra lurus menatap tepat wajah tidur Jaeyoon yang memeta lelah.
Hingga tanpa sadar Sunghoon ikut ketiduran dari terus menatap Jaeyoon terus menerus, kepalanya bersandar beralaskan lengannya di kasur masih dengan satu tangan menggenggam pelan tangan milik Jaeyoon.
Penat fisik luar maupun dalam, sehari dipakai untuk berkerja dan harus mengalami situasi seperti ini cukup melelahkan batin Sunghoon.
Tahu-tahu begitu tersadar dari tidur yang entah berapa lama itu, terganggu oleh tangan Jaeyoon di genggaman terasa bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTERMOST || sungjake
Fanfic- kedukaan dan kebahagian silih berganti, terus berulang bagai kaset tak pernah luput - Jaeyoon sedari kecil mengenal bahagia hanya sebentar karena lebih banyak duka mendera hingga membawa kepada trauma. meniti kehidupan berbekal keyakinan jika baha...