26

1.2K 73 0
                                    

Jangan lupa klik 🌟🌟

'Kita akan kebal dengan rasa sakit seiring berjalannya waktu'


*Happy Reading*

2 jam sudah berlalu tetapi belum ada tanda-tanda seorang Dokter maupun perawat yang keluar dari ruangan Ara dan Rafa.

"Ran," panggil lelaki yang berlari ke arah Kiran.

"Gimana keadaan mereka?" Tanyanya panik.

"Gak tau," lirih Kiran yang masih duduk di lantai.

Lelaki yang baru saja datang bersama teman-temannya dan orang tuanya ialah, Bima dkk beserta orang tua Bima.

Pintu ruangan terbuka. Seorang Dokter keluar dengan menghembuskan nafas lelah.

"Gimana Dok keadaan mereka?" Tanya Tante Siska.

"Luka yang dialami Rafa cukup parah, dengan berat hati saya menyampaikan jika kaki Rafa harus diambutasi. Karena besi yang terlalu berat menimpanya membuat ia mengalami koma." Jelas Dokter Boy yang membuat Tante Siska seketika lemas.

"Kalau Ara mengalami kanker hati stadium 4, dengan berat hati saya mengatakan jika Ara mengalami koma. Saya akan melakukan semaksimal mungkin agar mereka bisa pulih dan melewati masa kritisnya." Jelasnya lagi yang membuat Tante Siska pingsan dan langsung dibawa Om Bram ke ruangan lain.

"Hikss ... Hikss." Isakan tangis terdengar dari seorang gadis yang tak lain ialah Kiran.

"Mereka pasti kuat," ucap Bima menenangkan sembari memeluk Kiran.

Sedangkan ketiga lelaki lainnya ralat keempat kini menatap tak percaya ke arah pintu ruangan Ara dan Rafa dirawat. Nevan dan Bian izin untuk masuk menemui Ara dan Rafa.

Hal yang pertama kali mereka lihat ialah selang dimana-mana, wajah Ara yang pucat pasi dan Rafa yang luka dimana-mana beserta kaki yang sudah hilang akibat tertimpa besi.

"Ra, yang kuat yah." Lirih Nevan sembari menggenggam tangan Ara.

"Jangan lama-lama tidurnya." Lirih Bian sembari menggenggam tangan Ara yang satunya.

Tak terasa buliran air mata jatuh dari mata mereka, suara isakan kecil terdengar di setiap sudut ruangan.

"Van, tolong jaga Ara yah." Ujar Bian tiba-tiba.

"Gue memang cinta sama dia tapi gue akan relain dia buat lo, karena dia cintanya sama lo bukan sama gue. Pesan gue jangan buat dia sedih apa lagi sampai lo sakiti dia." Ucap Bian lagi.

"Gue pasti akan jagain dia," tegas Nevan.

Bian berpindah ke arah Rafa dan mengelus rambut Rafa pelan.

"Lo ituh seorang Adek paling hebat yang pernah gue temui, harus kuat bro, Kakak lo butuh kasih sayang lo." Ucap Bian lalu pergi dari ruangan itu.

Sekarang hanya ada Nevan diruangan itu. Tangan masih menggenggam tangan Ara. Tetapi matanya mengarah ke Rafa.

"Fa, gue ngucapin banyak makasih karena lo selalu jagain Aranya gue. Gue bangga sama lo." Lirihnya dengan senyum tipis.

Gone [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang