28

1.3K 74 0
                                    


Jangan lupa klik 🌟🌟

'Dunia hanya sementara, akhirat selama-lamanya'

*Happy Reading*

Sinar mentari menyapa bumi dengan sinar yang cukup terang, di ruangan tempat kedua Kakak beradik itu dirawat, mereka sedang menampilkan wajah sedih. Setelah Kiran, Bian, Nevan dkk selesai menerima raport, mereka langsung bergegas ke Rumah Sakit karena hari ini operasi akan segera berlangsung.

"Apa gak ada cara lain Dok?" Tanya Papa Ara yang entah keberapa kali kepada Dokter Boy.

Gelengan kepala dari Dokter Boy dan Reja membuat Papa Ara menatap sedih ke arah putra bungsunya.

"Fa, Papa salut sama kamu. Maafin Papa yah nak, Papa sayang kamu." Lirih Papa Ara sembari mencium puncak kepala Rafa.

"Nak, maafin Mama yah. Mama belum bisa jadi Mama yang baik buat kamu dan Kakak mu, Mama sayang kamu sayang." Lirih Mama dengan isakan tangis.

"Dok ruangan operasi sudah siap," ucap perawat yang baru saja masuk.

"Baik," ucap Dokter Boy.

"Fa, gue sayang sama lo." Ucap Reyhan dengan mata berkaca-kaca.

Brankar Ara dan Rafa mulai di dorong menuju ruangan operasi. Mama dan Papa Ara sudah menangis tersedu-sedu, Reyhan memandang kosong ke arah ruangan operasi, Tante Siska terisak di dalam dekapan Om Bram, Nevan dkk beserta Bian kini terduduk lemas di lantai rumah sakit. sedangkan Kiran, gadis itu merasa bersalah karena mengetahui jika Rafa yang ingin mendonorkan hatinya buat Ara.

Mereka sama sekali tidak tau jika Rafa lah yang menginginkan ini semua terjadi. Dokter Reja memberi tau jika Rafa sudah menghembuskan nafas terakhirnya tadi pagi atas permintaan Rafa. Dokter Boy, Reja dan Kiran memutuskan untuk mengabulkan keinginan bocah itu.

•••

Di dalam ruangan operasi, kini sedang terjadi percakapan serius antara pasien dan Dokter.

"Kamu yakin?" Tanya Dokter Boy lagi.

"Sangat yakin." Tegas Rafa.

"Tolong kasih ini ke Kak Ara, kalau dia udah sadar dan tau kalau aku yang donorin." Pinta Rafa sembari memberi surat kepada Reja.

"Mulai sekarang Dok," ucap Rafa dengan senyuman nya sembari melihat ke arah Ara.

Operasi kini sedang berlangsung, semua berdoa agar operasi berjalan dengan lancar.

Nafas Rafa kini terputus-putus, sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya, ia mengucapkan kalimat sayang untuk Ara.

"A...Aku sa...yang Kak...ak."

Titttttttttttttt

Suara nyaring berasal dari monitor detak jantung bersamaan dengan air mata menetes dari mata Ara yang masih tertutup.

"Innalilahi wa innailaihi rojiun, pukul 11 lewat 5 menit." Ucap Dokter Boy.


Para Dokter maupun perawat sempat terhenti akibat hilangnya salah satu nyawa dari pasien mereka dan melihat air mata yang keluar dari mata pasien yang satunya lagi.

Gone [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang