limabelas

1.2K 96 1
                                    


Kita bisa menulis seribu kata perpisahan. Tapi yang kita rasakan hanya satu, yaitu kehilangan.

*Happy Reading*

Deg

"Oma, Opa." lirih Ara saat melihat karangan bunga bertulisan

Turut Berdukacita Atas Meninggalnya
Abimanyu
&
Sekar

"Ra-" belum sempat Bian melanjutkan perkataannya, Ara sudah lebih dulu membuka pintu mobil dan berlari memasuki rumah Oma dan Opa nya yang saat ini ramai.

Saat memasuki pintu rumah, yang pertama kali ia lihat, dua orang yang sangat dicintai dan disayangi nya terkulai lemas tak berdaya dengan beberapa luka di daerah wajah mereka yang tak lain Oma dan Opa.

"Oma, Opa!" teriak Ara membuat seluruh mata menatap ke arahnya.

"Oma, jangan tinggalin Ara." lirihnya sambil menggoyangkan badan sang Oma.

"Opa, bangun Opa bangun." lirihnya sambil menggoyangkan badan sang Opa.

"Ara," panggil wanita yang berada di sampingnya yang tak lain ialah Tante Siska.

"Tan, Om, Bim, Fa, ini semua cuma mimpi kan?" tanyanya dengan air mata yang sudah membanjiri pipi mulusnya.

Diam
Mereka semua diam tanpa mau menjawab perkataan Ara. Air mata yang menetes dari mata mereka telah membuktikan kalau ini bukan mimpi.

"Aku mohon bangun!" teriaknya sambil terus memukul badan Oma dan Opa nya yang kaku di depan matanya.

"Ara," panggil seseorang.

"Bang Rey." pecah sudah tangisnya.
Rey yang datang bersama Papa dan Mamanya langsung berlari memeluk tubuh adiknya yang saat ini rapuh.

"Abang, ini cuma mimpikan? Oma sama Opa gak mungkin pergi karena hari ini hari ulang tahun aku, mereka gak boleh pergi ninggalin aku." tangisnya di dalam dekapan laki-laki yang tak lain Reyhan Abangnya.

"Ikhlasin yah dek." lirihnya sambil terus mengusap punggung belakang Adiknya.

Brukk
Ara jatuh pingsan di dalam dekapan Rey, membuat semua orang lantas panik.

Berlari secepatnya ke kamar dan meletakkan Adiknya dengan perlahan di atas kasur, sambil terus menatap wajahnya yang lelah, setetes air mata jatuh dari mata Rey, ia teringat dengan tawa dan binar bahagia dari wajah Adiknya dulu tetapi semua telah sirna, tak ada lagi tawa lepas dari bibir merah mudanya dan tak ada lagi binar bahagia dari wajahnya. 

Gelap
semuanya gelap, hidup adiknya tak bewarna. Semua ini salah nya, Papa dan Mama yang lebih mementingkannya membuat Adiknya kehilangan kasih sayang dari orang tuanya, dan sekarang Opa dan Oma pergi untuk selamanya meninggalkan sejuta kenangan di dalam hidupnya.

"Bang Rey," panggil seseorang.

"Fa, maafin gue." tangisnya pecah saat melihat Adik laki-laki nya, biarlah orang mau berkata apa melihatnya menangis di dalam dekapan Adiknya.

"Bukan salah lo." ucap Rafa sambil mengusap pungung badan Abangnya.

"Oma, Opa." gumam Ara yang saat ini membuka matanya perlahan.

"Yuk ke bawah, Oma sama Opa mau diantar ke tempat peristirahatan terakhirnya." ucap Rafa mencoba memberi senyuman kepada dua orang di depannya yang sama-sama rapuh.

Dia memang anak terakhir, tapi bukan berarti jika dirinya anak terakhir dia akan dimanja.

Berjalan sambil dipegang oleh abangnya yang berada disebelah kanan dan adiknya berada disebelah kiri.
Sesampainya di bawah semuanya sudah berkumpul disana ada teman-temanya keluarga nya dan para tetangganya. Semua sudah siap tinggal menunggu berangkat.

Menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, kini mereka sampai di tempat pemakaman yang tak jauh dari rumah.
Air mata kian menetes saat melihat Oma dan Opa nya teleh dikuburkan di tempat peristirahatan terakhir mereka. Setelah membaca doa, masing-masing dari mereka meninggalkan tempat pemakaman.

"Pulang yuk Ra," ajak Tante Siska.

Saat berjalan meninggalkan tempat pemakaman, Ara berbalik dan menatap gundukan tanah yang bertulisan Abimanyu&Sekar.

"Yuk sayang." ucap Tante Siska sambil terus menarik Ara berjalan pergi untuk pulang.

Yang dilakukan Ara sedari tadi hanya duduk melamun melihat keluar jendela mobil. Saat sampai di rumah pun Ara tidak bicara apa-apa, ia langsung pergi ke kamar yang berada di dekat tangga yaitu kamar Opa dan Oma.

Melihat sekeliling dan menemukan kotak hadiah di atas meja rias Oma nya, tanpa menunggu Ara segera membuka kotak itu. Sebuah kalung bewarna putih berbentuk love yang ketika dibuka ada sebuah poto Oma dan Opa nya. Tetapi netra nya melihat sebuat kertas yang berisi :

Happy Birthday anak cantik, suka kan hadiah nya?

Maaf sayang karena Oma dan Opa tidak memberikan langsung hadiah nya. Gadis cantik gak boleh sedih, ingat perkataan Oma kan? kalau sesuatu terjadi, kamu gak boleh sedih berlarut-larut.

Maaf kan Oma dan Opa yang tidak bisa menemani mu sampai kamu lulus sekolah, maafkan Oma dan Opa yang pergi deluan. Tapi percayalah, Oma dan Opa selalu berada di hati kamu.

Jangan sedih lagi yah anak cantik, nanti Oma sama Opa ikutan sedih loh ...

Dari Oma dan Opa
Untuk
Ara, cucu kesayangan Oma&Opa

"Ara sayang Oma sama Opa." lirih nya sambil memakai kalung pemberian Oma dan Opa nya.


To Be Continued

Gone [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang