27

1.3K 73 0
                                    

Jangan lupa klik 🌟🌟

'Jika memilih ditinggalkan atau meninggalkan, aku akan memilih meninggalkan.
Karena
Meninggalkan hanya sakit sekali saja, tetapi ditinggalkan akan dirasakan sakit seumur hidup'

*Happy Reading*

Brakk

"Ra," ucapnya lelaki yang baru saja masuk dengan mendobrak pintu.

"Bocah bangun donk, jangan bikin gue khawatir." Lirih lelaki yang baru saja datang sembari memeluk tubuh kaku Ara.

"Reja," panggil Reyhan yang membuat lelaki bernama Reja melihat ke arahnya.

Saat Reja akan berjalan ke arah Reyhan, seseorang membuka pintu ruangan membuat ia melihat ke arah pintu.

Bugh

Lelaki paruh baya terjatuh akibat serangan mendadak dari Reja.

"Lo orangtua yang gak guna, gara-gara lo Aranya gue jadi gini, gara-gara lo!" Teriak Reja dengan muka memerah. Sedangkan yang lain hanya terdiam melihat apa yang Dokter Reja lakukan kepada Papa Ara.

"Maaf," lirih Papa sembari menunduk meratapi kebodohannya selama ini kepada anak-anaknya.

"Kalau bukan mikiran Ara, sekarang juga udah gue abasin lo!" Teriak Reja dengan murka.

"Reja!" Teriak lelaki paruh baya dengan setelan baju Dokter nya.

"Mau belain dia, silahkan Pa!" Teriaknya sembari berjalan keluar ruangan dengan menutup pintu dengan keras.

"Maafin anakku, dia terlalu sayang sama Ara makanya begitu sikapnya sama kamu." Ucap Dokter Boy kepada Papa Ara.

"Aku bersyukur karena Ara dilindungi oleh orang yang sayang sama dia, contohnya anakmu." Ucap Papa dengan senyum tipis.

"Aku mau periksa Ara dan Rafa dulu, kalian bisa keluar." Ujar Dokter Boy yang diangguki mereka.

•••

Seminggu sudah berlalu, tetapi belum ada tanda-tanda bahwa mereka akan terbangun dari tidur panjangnya.

Diruangan bernuansa putih, hanya terdapat Reja dan Kiran.

"Ra, lo kapan bangunnya sih." Ucap Kiran yang sedang duduk disamping brankar Ara.

"Tau gak Ra, besok pembagian rapot, gue yakin nilai lo tinggi." Ujarnya lagi.

"Ehh, tuh tangan si Rafa kok gerak-gerak Dok." Ucap Kiran antusias saat melihat Rafa menggerakkan tangannya dan mata yang mencoba untuk terbuka.

Dokter Reja langsung berlari kearah Rafa. Mata yang tadinya tertutup kini terbuka sedikit demi sedikit. Kelopak mata yang terbuka sempurna, membuat Kiran menjerit bahagia.

"Minum dulu Fa." ucap Dokter Reja sembari membantu Rafa minum.

"Kaki gue kemana?" Tanyanya dengan suara lemah.

"Kenapa kaki gue gak adak?" Tanyanya lagi. Baik Kiran maupun Dokter Reja hanya diam menatap prihatin ke arah Rafa.

"Kaki kamu terpaksa diamputasi akibat beban berat yang menimpanya." Jelas Dokter Reja yang membuat Rafa tersenyum miris. Netranya menatap ke samping dan seketika terkejut saat melihat Kakak kesayangannya tertidur dengan wajah pucat.

Gone [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang