60. Intuition

89 10 15
                                    

November 2020

Shaheer menurunkan ponselnya setelah membaca pesan yang baru masuk.

" Baby? What are you doing?" Suara dari belakang Shaheer.

Shaheer memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
Tersenyum canggung menggeleng.
" Ah..bukan apa-apa.." singkatnya.

" Are you sure?" wanita di sebelah Shaheer tidak yakin.

" Oh.. Actually.. perutku agak sakit.."
Shaheer memegang perutnya.

" What? What's happened? Kamu habis makan apa?" Wanita itu memegang perut Shaheer khawatir.

" Sepertinya kari tadi sore terlalu pedas. Perutku rasanya baru mulai mencerna pedasnya. Dan ya.." Shaheer mengedikkan bahunya.

" Benarkah? Aku akan cari obat dulu dan akan aku buatkan teh hangat.." Ruhi berdiri dari sofa nyamannya.

" Ah thanks Babe.. Aku..aku harus ke kamar mandi dulu..." Shaheer bangun dari duduknya juga mengecup pipi Ruhi lalu bergegas menuju kamarnya.
Di kamarnya terdapat kamar mandi juga.

Shaheer mengeluarkan ponselnya dari kantung celana.
Membalas pesan yang baru di dapatnya beberapa menit lalu.

Shaheer ; Andri!. Thanks for inform me.
Terus.. gimana keadaan Ayu sekarang?

Terlihat pesan langsung di terima.
Dan Andri langsung mengetik jawaban.

Andri ; she's being isolated now.
Dia udah sekitar 3 hari sejak positif covid kemarin.

Shaheer ; so?

Andri ; so what? 😅

Shaheer ; so.. sekarang Ayu sama siapa?

Andri ; ' siapa' bagaimana? What do you mean exactly? 😅

Shaheer ; Andri! I'm serious.🙄
Siapa yang temani Ayu?

Andri ; let me ask you first.
Are you gonna be here?

Shaheer ; I'm sorry Andri..

Andri ; don't be sorry to me.

Shaheer ; I'm so sorry Andri... ☹️I can't.

Andri ; you know Shah.. I'm so disappointed to you..☹️

Shaheer ; Andri.. I'm really really sorry...
You know for sure how much I love Ayu...

Andri ; but your decision now...
It's hurting Ayu..

Shaheer terpaku menatap laman chatnya.
Shaheer mengangkat kepalanya menahan air mata.
Ya . Keputusannya ini menyakiti dirinya sendiri dan orang yang paling dia sayang.

Tapi... Terkadang takdir berkata memang harus sakit seperti ini.

Shaheer meraup kasar wajahnya.
Menghela nafas berat tegas.
Mengetik balasan ke Andri.

Shaheer ; I know it.
I knew it for sure.
Even I hate myself for doing this.
But.. I can't do anything..
Andri.. please trust me.
Ayu still the one I love.

Andri ; I can't believe you done this.

Shaheer ; Ok Andri.
Surat-surat cerai aku sudah aku kirim lewat email.
Aku juga kirim ke Sanjana untuk mempermudah dokumentasi

Shaheer terhenti mengetik sejenak.
Menarik nafas dalam-dalam lalu lanjut mengetik.

Shaheer ; Dokumentasi untuk proses perceraian Aku dan Ayu.
Semoga urusan Ayu bisa lebih mudah setelah ini.
Terakhir..
Tolong jaga Ayu..

Tok tok tok tok..

Suara ketukan dari balik pintu.

" Ya?" Shaheer dari dalam kamar mandi mematikan ponselnya.

" Baby.. are you ok? Should I come in? Apa kamu baik-baik saja didalam?" Suara Ruhi dari luar.

" I.. I'm good. Aku sebentar lagi keluar.. "

" Oh ok.. Apa perlu aku panggil dokter?"

" No! Tidak perlu Babe... Aku.. sudah lebih baik.. Kurasa cukup minum teh hangat akan membuatku lebih baik lagi.."

" Ok.. kalau begitu.. Baby.."

" Hm?"

" Jangan lama-lama ya.. Nanti kamu kedinginan di dalam.."

" It's ok.. Aku sebentar lagi keluar.."

" Alright then.. aku tunggu.."
Tak lama suara langkah Ruhi menjauhi kamar mandi tempat Shaheer berada.

Ponsel di tangan Shaheer tergenggam erat.
Ponsel ini ponsel alternatif pribadi dulu menghubungi Ayu dan beberapa orang dekat.
Ruhi tidak tahu.
Ruhi yang kini bersama Shaheer.

----

my point of viewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang