Esok hari.
Di meja makan.Shaheer beserta Ayah Ibu dan Ifrah makan sarapan bersama.
Ifrah melirik tajam Shaheer dari kursinya selama makan.
Shaheer mengalihkan pandangannya enggan bertemu tatapan tajam Ifrah.
"Apa ada sesuatu terjadi?
Kenapa Ibu merasa kalian sedang bertengkar?"
Ibunda Shaheer dan Ifrah akhirnya mendapati kecanggungan antara Ifrah dan Shaheer.Shaheer menggeleng santai.
"Ah Maa...kami baik baik saja.
iya kan,Ifrah?"
Shaheer menoleh ke Ifrah meminta dukungannya.
Dia enggan membuat Ibunya khawatir.Ifrah mendengus kecil.
"Yeah Maa...kami baik baik saja.
Seandainya semua memang baik seperti dulu..""Apa maksudmu Ifrah?dulu?
baik seperti dulu bagaimana?"
Ibunda mereka kini mendorong mereka untuk menjelaskan.Shaheer memutar bola matanya ke atas tidak percaya.
"Ugh..baiklah.."
Shaheer menatap ibunya tersenyum kecil.
"Maa..aku..aku dan Ayu..kami mencoba memperbaiki hubungan kami kembali.."
Shaheer memulai penjelasan tentang sebab kegusaran Ifrah.
Shaheer menoleh ke Ifrah.
"Dan sepertinya Ifrah berat menerima Ayu.."Ibunda Shaheer menunduk sejenak lalu mengarahkan pandangannya ke suaminya.
Mr Nawaz menatap Shaheer dan Ifrah serius.
Berpikir sejenak.
Melihat tatapan istrinya dan mengangguk mengerti.
"Ok..Ayah rasa kita harus memutuskan bersama."Shaheer masih diam menunggu bagaimana kedua orangtuanya menanggapi pernyataannya tadi.
"Paa dan Maa sudah membicarakan ini dan keputusan kami masih sama.
Ifrah..kamu harus mengerti.
Dan Shaheer..Paa dan Maa harap kamu siap menerima konsekuensi dan bisa membuktikan kepada semua kalau keputusan kamu adalah yang terbaik.
Jadi..Paa dan Maa sudah dari awal.
akan mendukung keputusan Shaheer.
Ifrah..kamu harus lebih dewasa menerima..."Ifrah bangkit dari duduknya.
"Ah.. jadi begitu..
apa pendapat Ifrah tidak penting?
Kak Shaheer itu Kakak Ifrah juga.
Ifrah ada hak untuk mendapat ipar terbaik untuk Kakak Ifrah.."Ibunda Shaheer menghampiri Ifrah dan memeluknya.
Mengelus lembut rambut Ifrah yang panjang.
"Ifrah anakku.
Apa Ibu tidak punya hak?
Apa kamu sadar kalau Kak Shaheer adalah anak laki laki satu satunya di keluarga kita?
Saat kakak kamu sedih,bagaimana Ibu tidak ikut sedih?Dia anak laki laki Ibu...""Tapi Maa..."
"Kalau ada orang pertama yang berhak protes.
adalah Maa...
tapi Maa tahu pasti kakak kamu.
Kakak kamu juga tahu pasti pilihannya.
Kamu bisa mendukungnya juga kan?
sama seperti Maa dan Paa saat ini?"Ifrah mendorong pelan Ibunya.
Mengangguk menarik nafas berat.
"Maaf Maa..."
Ifrah berlalu pergi meninggalkan meja makan."Biarkan saja.." ucap Mr Nawaz.