Breakfast in Bed

7.9K 1.4K 96
                                    

Aku terbangun dengan panik karena ketukan di pintu depanku. Jarang banget aku dibangunin orang, dimanapun. Dengan mata baru terbuka setengah dan kepala pening, aku berjalan ke pintu dan membukanya.

"Wakey, wakey, sleepy head! Aku minjem kompor yak."
Yang berdiri di depanku adalah...Armie. Bawa barang besar dan plastik. Aku memicingkan mata dan melihat jam dinding, baru jam 7 pagi astaga... Ia membuka pintu dan masuk dengan riang gembira.

"Mie, aku baru bangun..." setelah mengunci pintu, aku beringsut kembali ke kasur, menjatuhkan diri dan menarik selimutku lagi.

"Ya sip. Tidurlah lagi sana." ia menjawab dari pojokan dapurku.

Aku memejamkan mata kembali.

***

Saat aku bangun beneran, aroma butter yang lezat sudah memenuhi ruangan. Aku duduk di kasur, pakai kacamata, dan kaget lihat sosok kurus tinggi di depan oven. Dipta dan Kiky bukan cowok-cowok dapur, bahkan aku dan Nina juga bukan cewek yang masak sih.

Lalu aku ingat kalau itu Armie.
Dengan celemek, bandana, lengan baju tersingkap, celana longgar abu-abu dan sarung tangan oven merah. He looks very...
Do I dare to say hot?

Aku buru-buru mengenyahkan pikiran aneh, bangkit dan masuk kamar mandi. Setelah pipis, sikat gigi dan cuci muka, aku menyadari kalau aku... Deg-deg'an! Despite all those pervy things my friends been accusing me, I'm still a very nice girl, well, with naughty minds sometimes... But my point is...I never had any guy in my apartment before.
Apalagi yang ujug-ujug bawa oven tangkring trus masak-masak gini.

Aku keluar dan jalan ke dapur, yang cuma berjarak 4 langkah dari kamar mandi. Armie menyodorkan gelas di tangannya tanpa melihat, masih ngintipin jendela oven.
"Rise and shine." ucapnya basa-basi.
"Bikin apa sih, Mie?" aku penasaran juga jadinya, ikut mengintip.

"Croissant." jawabnya, gantian melihat jam tangan dan termometer di oven.
"Wow, canggih."
Yes, sarapan gratis. Semoga gak gagal.

"Sana dikit, Ya. Aku mau angkat sekarang, dia udah oke kayaknya..." Armie meraih pinggangku dan membuatku bergeser menjauh. Dia lalu balik ke depan oven, sementara aku...blushing, dong! Aaaaa!
Aku sering dikucek-kucek rambutnya, ditepok, dirangkul di bahu, dicubit pipi sama teman-temanku, tapi merasakan tangannya Armie yang besar dan panas (gara-gara dia nongs depan oven), di pinggangku barusan, aku langsung berasa jablay merinding disko. Astaga. Ini gak banget sih. Aku buru-buru duduk di depan meja makan kecilku. Minum dari gelas barusan sambil kipas-kipas menghilangkan gerah. Gerah di kepala terutama.
Ooooh. Chamomile tea. Me likey.

Armie mematikan kompor dan mengeluarkan croissant dari dalam oven ke baki besar yang gak pernah kulihat sebelumnya. Punyanya dia, tentu saja. Ia membawanya ke meja di hadapanku. Belasan croissant, dalam bentuk bulan sabit, berwarna keemasan dan berkilau cantik. Wanginya enak banget, bikin lapar mendadak.

"Looking good." komentarku, sementara Armie pergi lagi, kali ini ke meja dekat dapur. Ia kembali membawa beberapa toples kecil berisi selai. Lanjut ke kulkas, balik lagi dengan tupperware kecil.

"Tunggu sebentar, nanti kalau udah hangat kita kasih dia olesan selai, atau isi pakai cream cheese. Habis itu baru kita cobain." Armie menambahkan, sebelum menatapku dan berkata, "You gotta go back to bed."

"Ha?" Gimana? Aku udah bangun, udah cuci muka dan keliatan gak beler-beler amat, lho, padahal...

"I'm serving you breakfast in bed. Go back to bed." ulangnya serius.

Whoa. Okay, Sir.

***

So. This is it.
Yang sering diceritain dan diliatin di buku katalognya Ikea. Breakfast in bed! It's pretty cool, actually.

Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang