Aku terbangun gara-gara wajahku kena sesuatu yang basah. Membuka mata dengan malas, baru sadar aku ketiduran di atas tikar kotak-kotak, di bawah naungan pohon. Tunggu dulu, kenapa basah?
Aku duduk dan menyadari Armie juga ketiduran di sebelahku. Tadi habis makan siang, main frisbee sambil nunggu pancingan, trus tidur-tiduran sambil cerita gak jelas... Dan ketiduran karena mataharinya bikin ngantuk, masih ada sisa-sisa jet lag, plus aku capek banget abis jalan jauh.Sekarang langitnya betul-betul gelap, dengan awan mendung menggelayut di langit. Tetesan barusan...hujan!
"Mie, Mie. Bangun. Hujan." aku mengguncang Armie, yang segera bangkit dengan panik.
Kami beres-beres dengan cepat. Dalam sepuluh menit, semua barang udah masuk ransel dan kami sama-sama pakai jas hujan."Ya, kayaknya bakalan dingin dan licin. Kamu pegangan aku ya. Kalau basah pun gakpapa. Nanti kita bisa ganti baju di mobil." Armie berkata sambil merapikan hoodie jas hujanku. Mau gak mau aku deg-degan juga jadinya. Jalannya bakalan curam, dan aku tentu lebih jago tanjakan ketimbang turun dalam kondisi hujan.
Bawaan kami lumayan, aku bawa ranselku, sementara Armie bawa ransel lebih besar dan coolbox. Saat kami jalan pulang, mendadak kabut dan gerimis mulai turun. Meski udah pakai jas hujan, tetap saja aku kaget saat air mulai mengaliri badanku. Sesuai instruksi, aku pegangan dan jalan secepat mungkin. But it's hard. Aku berkali-kali nyaris jatuh, apalagi gak lama kemudian, hujan makin deras sampai akhirnya berasa seperti badai kecil dengan tambahan angin yang bunyinya berisik di antara pepohonan.
It's really scary, to be honest. Never been outside in this kind of weather before. Apalagi di gunung! Aku mengingat perjalanan pergi barusan, yang jalan kakinya aja...mungkin sejam lebih. Itu dalam kondisi cerah ceria. Ini, jam 4 sore lewat, kondisi hujan badai dan langit mirip maghrib... Ya ampun aku sejujurnya panik ngeri gak bisa buru-buru nyampe mobil sebelum gelap! Nanti kami nyasar di hutan! Makanan udah abis! Aku gak bakalan survive...
"AAAAARGHHH!"
Aku kepleset dan jatuh, tangan Armie lepas dari genggamanku, sementara aku merosot dari bukit tanpa bisa menahan... Dengan panik aku terguling-guling berusaha menggapai apapun, tapi sialnya baru berhenti saat badanku masuk ke genangan air yang dangkal. Air merembes masuk ke balik jas hujan, lewat lubang-lubang di lengan dan kaki."Eya! Kamu gak papa?" Armie tergopoh-gopoh datang, berseru demi menandingi suara deru angin dan hujan.
Aku mengecek tubuhku, gak ada bagian yang sakit-sakit banget, cuma kaget aja kayaknya.
"Gak papa!" aku mengacungkan jempol."Oke. Ayo berdiri pelan-pelan ya. Kita gak lama sampai di parkiran kok..." Armie berjongkok membantuku bangkit. Lalu kami kembali berjalan menembus hujan.
Yang rasanya...lama banget. Tapi akhirnya kami kembali ke danau besar, lalu menyusuri jalan beraspal menuju parkiran."Oke, kamu masuk, ganti baju kering. Aku simpan barang di bagasi ya. Kalau udah selesai, klakson aja." ia memberiku kunci mobilnya.
Aku mengangguk sambil menggigil.
Dengan cepat aku masuk ke bagian belakang mobil, membuka semua pakaian dan sepatuku, lap badan pakai handuk kecil, ganti baju kering, dan gak lama setelah aku tekan klakson, Armie masuk juga ke balik kursi pengemudi.
Hujan dahsyat banget, kaos lengan panjangnya juga ternyata basah pas jas hujan Armie dibuka. Dengan satu gerakan super smooth, ia melepas kaosnya, membuatku memekik kaget gak tertahan."Huh? Kenapa, Eya?" tanyanya, berhenti mendadak. Dia topless. Bikin aku malu ke-gap lagi thirsty. Tapi di sisi lain, bikin aku ngerasa super lucky bisa lihat lengannya yang berotot dan dada bidang dan perut kencang rata...
NERIA STOP LO MAU KAWIN AMA ORANG."Nope." aku buru-buru mengalihkan pandang dan mencari-cari jaket kering. Dalam keadaan kedinginan abis kehujanan dan kecebur kali, bisa-bisanya masih ngeceng cowok muda macam tante-tante... Oh wait, yang kulakukan sekarang ini emang udah masuk kategori tante girang, ya gak sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Plot Twist
ChickLitMeskipun dikategorikan sebagai single happy person, sebetulnya Neria juga menginginkan apa yang dimiliki oleh sahabat-sahabatnya: rumah, suami, anak...keluarga. Neri lalu bertemu dengan dua lelaki dari masa lalu: Dharma dan Avant. Tapi, tidak semuda...