Shooting Stars

5.6K 1.2K 153
                                    

I got a cute birthday celebration with Avant's family! Aku dapat pancake besar pagi-pagi, trus diajakin piknik di danau gak jauh dari rumah. Mamanya Avant emang sebisa mungkin gak boleh terpapar orang-orang banyak dulu sih. Jadi kami cari tempat paling sepi, duduk-duduk sambil ngemil. Avant dan Papanya bawa teropong mengamati burung dan mencatat di buku khusus. Aku dan Mamanya ngobrol-ngobrol, dia ngajarin aku paper craft, semacam bikin model 3D berbagai jenis bunga. It sounds boring but actually, very lively.

"Mamah suka banget bikin kartu ucapan, dulu pas belum sakit pernah usaha bikin-bikin parcel gituuuu. Pas di Indonesia juga, malah sampai punya pegawai banyak. Tau-tau Apanpan harus pindah, akhirnya menetap di sini deh. Kadang masih juga bikin-bikin dijual di Etsy, tapi sekarang lagi malesssss..."

Pantesan anaknya piawai banget bikin gift box. Emaknya bisa bikin flower wreath sambil ngerumpi!

Dia juga nanya banyak soal keluargaku, dan akhirnya kami video call geng Bandung, yang kebetulan gara-gara Covid jadinya ngumpul semua di rumah orangtuaku.

Aku mengenalkan Avant dan Mama-Papanya, dan semua orang nampak super berbahagia. Ya wajar sih ya, 34 tahun baru pertama kali nongs sama orangtua cowok, mungkin cuma aku. Kayaknya anak jaman now dari SMA pun udah liburan bareng keluarga pacar. Aku mana pernaaaaah!

Day ends quickly when you're having fun. Setelah makan malam, Avant membawakanku jaket dan boots karet Mamanya dan mengajakku keluar.
Ia menggandeng tanganku saat kami jalan menembus hutan kecil gak jauh dari halaman belakang. Jangan salah, hutannya punya jalan setapak dengan lampu biar gak spooky.

"I've promised myself you'll see better sky." ia berkata, saat akhirnya kami tiba di tepian hutan, dan di depanku terhampar semacan padang rumput luaaaaaas yang memang sering kulihat sepanjang jalan. Whoaaa!

Pemandangan padang rumput malam hari aja, sudah cukup bikin aku terkagum-kagum.
"Look up!" Avant merangkulku dari belakang, berbisik dan membuatku menengadah...

Langit malam yang cerah seolah menampilkan ribuan bintang di atas kepala kami! Tanpa polusi dan gedung pencakar langit, semua terlihat jernih dan berkelip jelas.
Cantik banget!

Selama kami hidup bareng-bareng, aku menyadari kalau Avant tuh tipikal cowok yang kalau lagi pusing-pusing soal kerjaan, dia bakalan keluar, memperhatikan langit beberapa saat, dan masuk lagi dengan mood jauh lebih baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama kami hidup bareng-bareng, aku menyadari kalau Avant tuh tipikal cowok yang kalau lagi pusing-pusing soal kerjaan, dia bakalan keluar, memperhatikan langit beberapa saat, dan masuk lagi dengan mood jauh lebih baik. I have no idea how or why, karena dia kadang cuma ke area tangga darurat yang nyempil doang, lihat awan di kota yang mendungnya abadi.

"Vant."
"Mm-hmm..."
"What's on your mind?"
"Like, right now?"

It's the closest he's ever been. Avant memelukku dari belakang, kedua lengan melingkari pinggangku, dan pipinya menempel di kepalaku.
Aku takut kalau aku bergerak, dia bakalan tau-tau kabur.

"It's important to look at the sky."
"And why is that? Are you into astronomy now? Oh no, you'll talk about quantum physics!"

Ia tertawa.
It's perfect. A very handsome man, radiant sky full of stars, and his beautiful voice laughing.

"It helps me remember how small we really are, like a supermicro dust compared to the stars. But at the same time, makes me realize that we're a part of this amazing universe. It helps me balancing and soothe things on my mind. Really help me calm."

Those words. Never thought I'd be so turned on because of words.

"Are you calm now?" tanyaku lagi.
Dia tertawa, kali ini aku merasakan kegugupan di sana, "No, not really." jujurnya. Ia melepas pelukannya dan mengajakku duduk di rumput.
Oh no. What did I do wrong?

"I got a gift, but it's a very simple one. Aku jadi sedikit nervous." ia berkata sambil memasukkan tangan ke dalam saku coat panjangnya.

"Hari ini udah nyenengin banget, Vant. I thought today is my gift!"

"Bukan. The plan is ruined by Covid-19. What's left is..." ia mengeluarkan sebuah kotak kecil. Oh no. Mendadak aku yang panik sekarang.
Avant memandang wajahku sejenak, dan membukanya.

It's a ring. It looks normal. Nothing sparkle. OKAY GOOD.

"Seumur hidupku lihat langit malam-malam, aku gak pernah lihat bintang jatuh. I kept looking, cause I have this one big secret wish. Then I realized, it was you. You're my shooting star, Neria Ilsa. Aku selalu berharap bisa punya seseorang yang bisa menerima aku apa adanya. Someone who gets me instantly, laugh with me, share her days with me, one who'll have this endless conversations about everything, with good heart and beautiful soul."

Aku mengingatkan diri untuk bernapas.

Avant mengeluarkan cincin dari kotaknya.
"Aku cari ini sejak balik ke UK beberapa minggu lalu. Got this since I got back to Jakarta. It's made from a meteorite, a real shooting star."

How. Cool. Is. This!
Avant meraih tangan kiriku.

"My parents love you. And I think your parents will love me too. I don't believe in marriage, I think we've married already these past few weeks. And I want to do that for the rest of our life. It'll be nice to have you as my legal wife. Would you marry me, Neria Ilsa?"

WHAT?
IS THIS SERIOUS?
Aku bengong banget mendengar kata-kata Avant. Is he for real?

Aku berusaha berpikir cepat.
Aku mengingat keseharian kami di London yang... Well, it's flawless. He's perfect. He's nice and cool and very mature. He spoiled me. Took a good care of me. He loves me. He's basically everything I'm dreaming of, all this time!

"You're my shooting star too." jawabku, "Yes. I'll marry you."

Avant tersenyum lebar dan menyelipkan cincin ke jari tanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Avant tersenyum lebar dan menyelipkan cincin ke jari tanganku. And it fits. Ia menarikku ke pelukannya.

"We'll get you real diamonds tomorrow."
"I like this one better."
"Isn't it looked too simple?"
"Gak semua orang mesti tahu kalau ini terbuat dari bintang jatuh. I'm happy with this."

Avant menatapku lama-lama.
And I can't help it.
Aku meraih wajahnya dan mencium bibirnya sekilas. I need to do that. Ia terlihat kaget saat aku menjauhkan wajahku darinya. Tapi untungnya ekspresinya bukan yang...jijik atau males. Aku bisa ngerasa bersalah banget kalau dia gituuuu, huaaaa.

"That's new." Avant berkomentar sambil tersenyum.
"Get used to it. I'll do that everyday." jawabku sok cuek. Padahal jantungku berdebar gak karuan, dan batinku bersorak sorai karena akhirnyaaaaa aku berhasil cium Avant!

Ia menempelkan keningnya di keningku.
"You're my favorite new routine already, Neria Ilsa."

He's not kissing me
But it feels like he did.
It feels like he kissed my soul.
And that is the moment I surrender.

Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang