Mingguku diawali dengan meeting project baru yang bikin kepala panas, disusul kerja kelompok penuh kerusuhan bersama tim, dan pe-er yang sukses bikin begadang melulu.
Puncaknya adalah hari ini! Rabu, aku masih di kantor tengah malam. Habis jemput Gea dan anter ke rumah Dipta. Ya gimana, di jalan pulang tiba-tiba temen kerja telpon, ada yang error. Huhu.
Sebetulnya, kami kerja terbagi dalam shift. Well, at least teman-temanku. Programmer memang rata-rata manusia jenis nokturnal yang bawaannya bangun malam. Sebagai supervisor, aku harus hidup di dua alam. Harus bisa bangun di siang hari untuk kasih laporan ke orang-orang normal, harus bisa juga kasih arahan di malam hari sebelum teman-temanku mulai ngerjain sesuatu. Tiap kali aku naik pangkat, dijamin tipes. Load kerja lebih banyak, bikin badanku kadang menyerah, trus baru deh aku adjusting.
Gak baik sih begini.
Yang ngomelin aku, beneran semua orang, kecuali orangtuaku. Mereka udah merasa terwakilkan sama dua saudara kandung dan sahabat-sahabatku yang kalau lagi kasih petuah ujug-ujug jadi rapper.AI-Tech, seperti namanya, berfokus pada Artificial Intelligence. Kedengarannya sangat science fiction, tapi ini udah umum banget dan salah satu alasan kenapa perusahaan ini bisa sampai punya kantor di SCBD, dengan gaji lumayan dan karyawan ratusan orang adalah karena AI digunakan di banyak hal normal sehari-hari. Yang paling umum? Bot untuk jawab-jawab pertanyaan standar kalau lagi menghubungi CS, terutama via chat.
AI-Tech mengembangkan berbagai jenis AI untuk berbagai jenis kebutuhan, seperti jadi admin sosmed, tukang balesin e-mail, digital assistant semacam Siri dan Google Now dan Alexa, rekomendasi produk kalau lagi belanja di marketplace, mobile banking, peta... Banyak.Nah, untuk proyek terbaru AI-Tech dan Garde, bapak Avant nan jenius pengen bikin AI yang terintegrasi dalam sistem keamanan. AI yang bisa mendeteksi biometrik seseorang dan memutuskan apakah dia orang yang bisa akses data atau enggak. Well, kalau punya hape canggih, mirip dengan face recognition dan touchscreen lock gitu lho. Tapi, mengingat data yang diakses masuk kategori super classified, maka screeningnya harus lebih ketat lagi. Kebayang?
Membuat AI pintar, tentu tidak semudah itu, Fergusoooo... Kenapa sampai sekarang kita masih harus ngeklik kotak-kotak gambar yang ada lampu jalannya atau mobilnya atau badaknya pas mau masuk akun di website, ya karena...manusia masih jauh lebih pintar daripada komputer! Kita tuh diberkati dengan akal yang bikin kita mikir dengan mudah. Kepintaran manusia juga variatif banget, ada yang jagonya nyepik cewek, nipuin orang, nge-hack website, bahkan jadi politisi, selain pintar-pintar standar yang cocok untuk jadi suri tauladan.
Bikin AI pintar, butuh data, dana dan usaha besar. Aku bisa sampai besok ngobrolin FPGA, CPU, GPU, supercomputer segala macam. Seru deh. Tapi intinya, repot, cyin. Prosesnya panjang, nama-nama kegiatannya belibet, dan ngerjainnya lebih susye lagi. Bikin korslet.
Aku udah nyaris korslet nyari di mana bagian error, saat telponku bergetar-getar. Nyaris gak ketauan, karena seperti programmer lainnya, aku menyumpal telinga dengan headphone berisi ambience sounds demi konsentrasi konstan kalau lagi ngurus algoritma.
Armie.
Profile picture-nya dia di whatsapp muncul, ganteng dan mencerahkan malam setelah sekian lama aku memandangi layar berisi huruf-huruf."Hoi, Mie."
"Kamu udah di rumah?"
"Belum. Masih di kantor, kenapa?"
"Aku disuruh Dipta ngecek. Dia bilang kamu pulang dari rumahnya jam 9 malam, dan sampai sekarang belum ngabarin..."Oh. Iya. Sepanjang jalan ke kantor aku mikirin kerjaan sih, lupa kabarin Dipta. Tapi biasan
"Masih ngantor aku."
"Sama siapa aja? Banyakan?"
"6, 7 orang..."
"Oke."
Trus udah. Ditutup aja telponnya. Halah. Aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plot Twist
ChickLitMeskipun dikategorikan sebagai single happy person, sebetulnya Neria juga menginginkan apa yang dimiliki oleh sahabat-sahabatnya: rumah, suami, anak...keluarga. Neri lalu bertemu dengan dua lelaki dari masa lalu: Dharma dan Avant. Tapi, tidak semuda...