Before 34

5.7K 1.2K 64
                                    

Pada 23 Maret, UK menetapkan kalau orang-orang gak boleh lagi berkegiatan di luar. Kantor-kantor tutup, toko-toko tutup kecuali yang jual groceries, dan semua event dibatalkan. Beberapa jalur public transport di-cancel, dan akhirnya Garde pun full kerja dari rumah semuanya. Malah ada banyak apartemen yang ikutan lock down mandiri alias ngunci semua penghuninya di dalam, hanya bisa keluar ambil belanjaan online.

Apartemen Avant enggak sih, untungnya. Kami masih bisa keluar-keluar untuk belanja makanan dan keperluan sehari-hari. We need our daily walk after a very long day at home.
WFH bikin Avant super stressed-out. Dia bisa kerja dari mana aja sebetulnya, tapi ngerasa gak produktif duduk di sofanya dan kasih kerjaan ke orang-orang.
Another darker side of Mr. Perfect.

Aku memutuskan untuk ngajakin dia santai-santai. I mean, come on. Nothing is working in the whole country, so why should we? Di hari keempat pengumuman PM soal lockdown bayangan, aku akhirnya ajakin dia balik ke Surrey. Pas Avant siap-siap mau protes, aku bilang ini adalah birthday trip yang aku pengen. And it works.

Sepanjang jalan, karena bawa mobil sendiri, aku berhasil meyakinkan Avant untuk berhenti ngurusin Garde dulu. Jadi mulai besok, semuanya dipegang sama Direktur Operasional mereka, namanya Jacques. Kelakuannya mirip Jaka, tapi dia juga sama efisiennya. Gak ada gunanya Avant panik dan malah ngerusuhin orang-orang sekitarnya. Yang mesti didahulukan adalah karyawannya, dan Jacques ngerti banget, bisa kasih keputusan-keputusan strategis. Di jam makan malam, Avant mengintip ponselnya dan ngangguk-ngangguk sendiri, dan akhirnya berbisik, "Jacques bilang, kita tetap WFH dan aku boleh fokus sama China aja dulu. Lainnya dia yang urus. Termasuk AI-Tech."
Habis itu dia kembali ceria.

Mamanya Avant jauh lebih baik ketimbang pertama kali kami ketemu. Dia seperti ibu-ibu yang khawatir anaknya kumpul kebo sama orang, tapi senang gara-gara Avant akhirnya ada temen gitu lho.

"Eh, jadi kalian berdua teh ini serius?"
Nah kan. Ditanyain langsung setelah selesai makan.

Papanya langsung mencubit lengan Mamanya dengan ekspresi "Udah-seh-gausah-rempong!"

"Serius lah." Avant menjawab sambil menahan tawa.

"Segera aja atuh. Ai orangtua kamu udah tau belum?"
Aku menggelengkan kepala.

"Haduh. Bahaya. Panpan, balik sana ke Indonesia, cepetan ngobrol sama bapanya Neria. Langsung aja lah. Mamah gak tenang kamu sama anak orang tapi gak jelas statusnya gini. Kalau di Tasik mah, udah diarak kalian berdua teh, haduuuh..."

"Kalem. Aa gak pernah dan gak akan aneh-aneh sama orang, terutama sama Neria. Okeeeeey?"
Nah ini bener sih. Aku mengangguk kali ini.

"Engga, ah. Kalau mau serius nunggu apa lagi coba. Mamah juga yakin, Neria pengennya mah gak lama-lama. Ya Neng ya?" Mama Avant nanya padaku. Waduh.
Aku cuma bisa haha-hihi.

"Situasinya masih gini, Covid-nya lagi serem. Aa balik ke Indonesia sendiri, Mama Papa gak ikut, keluarganya dia juga mana percaya kali."

Mamanya terlihat mikir-mikir.
"Pokoknya Mamah doain dan usahain deh, ada jalannya. Kaliannya juga harus niat atuh, biar dimudahkan dilancarkan. Gak baik tinggal berduaan lama-lama belum nikah! Yah?!"

Obrolan-obrolan absurd dalam hidupku, hampir semuanya dipersembahkan oleh Avant.

***

"Sorry about the rush."
Aku dan Avant lagi duduk di meja luar, dengan laptop masing-masing, lagi sama-sama buat rencana kerjaan selama WFH, saat tiba-tiba Papanya Avant muncul.

"What rush?" Avant mengerutkan kening.
"Mama."
"Gak masalah, Oom." jawabku segera. Ini normal banget sih. Coba ibuku yang tau, wuaaaah, drama pasti. Bukan cuma ditegur suruh kawin dengan kasual macam ini.

Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang