Surprises & Forgiveness

8.1K 1.2K 100
                                    

Fuck.
Aku bangun dan menyadari kalau...
I fucked up. Kurasakan tubuh hangat Armie di belakangku, memelukku rapat, satu tangan di pinggang. It's only 2 am, aku memicingkan mata melihat jam digital di meja samping.

How? How? How? How?
Aku melepas diri dari pelukan Armie dan bangkit duduk.

Yesterday was crazy.
Pelan-pelan aku merekonstruksi ulang kejadian di hari keduaku pulang. Fishing trip gagal, kehujanan nyungsep kali, ke-gap Avant, lihat Dipta dihajar, dan...kontrol diriku terhadap Armie yang mendadak bubar jalan saat ia kelihatan super badass di sofaku semalam.

Ini aku tuh balik buat dilamar trus kawin. I got my whole perfect-plan of being Avant's wife, living in posh London, working the peak of my career.
And yet, I fucked up.
Abis itu terus apa?

It's obvious I can't marry Avant. Ini masuk kategori selingkuh, kelas berat malah. Aku mesti bilang sih sama dia, minta maaf.

Lalu aku mesti ngapain sama Armie? I'm the one who initiates stuff last night. It's all on me. Instead of being mature and sent him home, I end up let him spend the night.

Mana lagi cuti pula.
Aku tuh gak bisa mikir jernih kalau gak ada kerjaan!

"Eya, kamu ngapain?" suara berat dengan nada ngantuknya Armie membuatku kaget. Aku duduk di meja makanku dalam gelap, mikir sambil setengah melamun.

"I'm thinking." jawabku.
"Right. Sini, Ya. Aku pelukin sambil kamu mikir."

Aku kepikir untuk menolak, tapi entah kenapa malah bangkit dan jalan balik ke tempat tidur. Membiarkan diriku dipeluk lengan hangat Armie, dan menikmati ciuman-ciuman kecilnya di leherku. Dasar perempuan gak bisa nahan nafsu.

"Did you do this too with him?" ia bertanya.
"Hmm? Avant? No."
"I thought you live together."
"Yes."
"And share a room?"
"We share a big bed."
"Are you sure you're marrying him, Ya?"

I thought I was.
"Mie, I'm cheating on him with you. It's ruining everything I've had: my career, my life in UK, a very nice person who's marrying me this month..." lalu aku menambahkan, "And I also lose my dignity."

Armie menyelipkan rambutku yang berantakan ke belakang telinga. Dia paham, aku tahu.
"Are you regreting it?"

"No." aku tuh gak bisa akting jadi paling malas bohong.

"Kamu mau aku bantuin mikir ngomong apa ke Avant besok, atau mau aku pelukin tidur aja?"
Armie looks really good, smells really nice, and feels really warm.

"Pilihannya cuma dua ya?" aku gak bisa menahan godain. Kegalauanku sekejap sirna, meski sebagian diriku mengutuki kelakuanku yang gak banget malam ini. Tentu saja aku menyelusup ke pelukan Armie. Lagi. Ia memelukku erat-erat

"Ya, you'll have your career back, and your old life, and this not-very-nice-but-desperately-in-love person who'll be gladly marrying you this month. There's nothing to worry about." bisiknya di telingaku.
Kalaupun Armie cuma bercanda, dia tetap bikin aku tersenyum.

***

Tapi saat hari betul-betul terang, aku benar-benar panik. Armie harus ngurusin ArMeals dari subuh, dan baru akan pulang siang menjelang sore. Jadi aku mandi, panasin mobil, pergi ke tempat Nina ngagetin dia dengan modus kirim paket, yang ternyata jauh abis.
Di Bogor. Lalu aku menyesal sok-sok'an mau nyamperin dia. Berbulan-bulan gak nyetir, mendadak mesti dihadapkan dengan lalu lintas Jaksel-Depok-Bogor...hooooooolyshit banget lah.

Nyampe rumah Nina dan suaminya si eks-duda-anak-banyak, aku udah lepek lemes kucel dan kehilangan spirit bikin surprise.
Jadi sementara dia teriak histeris lompat-lompat yang reality show alay materials banget, aku cuma bisa melambaikan tangan, mirip orang uji nyali nyerah.

Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang