Undefining Something Fine

7.7K 1.4K 112
                                    

I never want any man to be source of my happiness. People should be happy with themselves first, every single time, since it's a choice in life.

Kayaknya ini deh alasan kenapa aku masih bisa betah sendirian sampai sekarang.
Aku tuh bukannya gak pernah pacaran sampai umurku segini, woooo, maaf... Aku punya beberapa pacar serius, agak serius, liat-aja-nanti dan banyak gebetan sebelum-sebelumnya, dengan masa berlaku mulai 6 bulan sampai ada juga yang 3-4 tahun! I fell in love fast, but then it gets colder. Cowok-cowok yang kukenal, biasanya naksir aku karena mikirnya aku tuh misterius...padahal emang gak peka, mandiri dan males ribet. Menurut Kiky, kesannya jadi misterius, padahal emang kelakuan normalku sama orang-orang umum memang berjarak. Sementara itu, aku kalau udah naksir orang, cenderung all out. Boys tend to freak out about it, and I tried to change myself for them when I was younger.

Tapi kemudian aku mikir... Gimana ceritanya aku bisa dapat pasangan yang bisa nerima aku apa adanya, sampai tua, kalau akunya aja masih berusaha jadi orang lain terus?

Sejak itu, aku gak lagi segampang dulu dekat sama orang. Kalau ada yang pdkt, dibanding ngedate berdua, aku biasanya ajakin ketemu sama Dipta, Nina atau Kiky, trus begitu cowok-cowok itu liat aku di habitat asli, dengan kelakuan normalku... Langsung pada kabur! Ha! Atauuu, tiga sahabatku itu akan kasih aku insight soal si calon gebetan.
Sejauh ini, udah hampir 2 tahun aku gak berpacar serius. Kalau jalan-jalan doang sama cowok random sih lumayan lah, cuma yaaa itulah, gak berlanjut. Usaha aja aku mah.

Tapi yaaa. I don't think girls need man that bad. Kalau kata tante Cher: Men is a luxury, not a necessity. I think it fits my life perfectly.

***

"Kamu makan siang apa?"
"Oh. Aku makan...udang tepung pakai saus asam manis, tumis brokoli, dan terong balado. Buatan tetanggaku yang kayaknya harus coba audisi Master Chef Indonesia."

Armie tertawa senang di telepon. Jam 1 siang, dan aku lagi makan bareng tim AI-Tech di foodcourtnya Pacific Place. I'm the only one with a lunchbox. Tadinya temen-temen kantorku ngeledekin, tapi begitu aku kasih liat profile pic nya, semua kagum. Apalagi Jaka, yang udah terlanjur jatuh cinta kayaknya sama Armie dan pasta microwave semalam.

"Terimakasih Armie, sudah buatin makanan. Hari ini aku yang traktir ya." aku berkata. Dia bayarin dan bikinin aku banyak makanan sejak kami ketemu lagi.

"Asyiiiik... Oke sip. Kita ke Kintan Buffet ya!"
"Boleeeeeh..."
"Enggak lah, Ya. Aku bercanda. I'm cooking something good."

Sebelumnya aku gak pernah juga punya gebetan yang bisa masak sendiri. Acara nge-date ama cowok pada umumnya adalah nonton, makan, nongkrong, kadang-kadang main bowling, liat live music atau kegiatan lain yang...itu-itu aja sih, sebenarnya.
Tunggu, tunggu. Did I just say gebetan?

"Oke. You owe me food anyway."
"Kamu bawa jaket kan? Dan pakai sneakers?"
"Yaaaap."

Armie secara spesifik minta aku pakai sepatu yang enak buat jalan kaki dan jaket hangat yang tebal. Aku lagi pengen kaget, jadi aku gak tanya-tanya.

"Good. So, I'll see you this evening?"
"Sure!"

Aku menutup telepon diiringi tatapan kepo teman-temanku.
"Ner, bukannya kapan itu gue liat lo sama Pak Boss Akuisisi?" tanya AE kami.
"Lo gak tau aja. Gue diajakin makan untuk diskusi NLP." jawabku setengah jujur.
Semua orang heboh seketika.

"Ya elah, ngobrolin NLP ama lo mah, modal popmie di pantry juga bisa yeeee." Jaka berkomentar asal.

"Gue pengen bikin content di Youtube lagi deh, Ner, tapiiiii..." kali ini Lila dari tim marketing buka suara. Sejak punya Youtube channel yang isinya tutorial-tutorial soal programming dan semacamnya, AI-Tech memang jadi lebih populer. Buktinya, lumayan banyak anak kuliah yanh daftar untuk magang sekarang. Idenya Lila adalah...wawancara Avant.

Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang