Part 23

93.2K 13.5K 4.3K
                                    

FOLLOW sebelum membaca biar gak ada part error nantinya-!

Kalau masih error, caranya :
- Hapus cerita ini dari perpustakaan kamu terlebih dahulu.
- Cari akun authornya lalu follow.
- Setelah follow baru tambahkan kembali cerita My Best Enemy ke perpustakaan kalian-!

Jangan lupa Vote + Komen❗


.

***

"Perasaan gue ... ke lo."

___________________________________________

Pandangan Zeva terkunci. Perkataan Zidan sukses membuat jantung nya berdebar kencang sepersekian detik, otak lemotnya pun mulai mencerna sedikit demi sedikit.

Sebenarnya, Zeva menyadari perubahan yang terjadi pada Zidan akhir-akhir ini. Zidan yang dulu ogah-ogahan jika digombali oleh dirinya, sekarang tiba-tiba berubah sedikit posesif tanpa alasan yang ia ketahui.

Zeva mengalihkan pandangannya, menggigit bibir bagian dalam nya, matanya juga berkedip beberapa kali, serta kepalanya pun ikut bergerak tanpa ia sadari, menandakan bahwa dirinya sedang gugup.

"Zev?"

"Iya kenapa?" balas Zeva cepat, spontan.

Zeva memalingkan kepalanya menunduk ke sisi kiri, berlawanan arah dengan posisi Zidan di sebelah kanannya.

"Ini mulut kenapa spontan gitu, sih," gerutunya sambil memukul bibirnya.

Zidan terkekeh. Menurutnya Zeva sangat lucu kalau sedang salah tingkah. "Kenapa, sih?" tanyanya.

"Ha? Apanya?" Zeva membalas tatapan Zidan, tapi tak bisa, ia kembali memalingkan wajahnya. Rasanya jika pandangan mereka bertemu, ucapan ambigu Zidan kembali memenuhi otaknya.

"Lo kenapa, sih? Salting?" ucap Zidan disusul kekehan nya.

"A-apaan? Ha.ha.ha." Zeva tertawa sumbang. "Salting? Emang kenapa harus salting? Gue ga papa, tuh." Mencoba menutupi kegugupannya, Zeva mengikat rambutnya asal.

"Masa?" pancing Zidan.

"Ga usah PD! Coba yang ngomong gitu, Manurios, baru gue salting. Kalau lo? Mau ngomong apapun tetap sama tuh," elak Zeva.

Zidan berdecih. Dulu dirinya paling gengsian, kenapa sekarang malah Zeva yang gengsian?

"Lo ngerti maksud perkataan gue tadi, gak?"

"Ngerti lah, lo pikir gue selemot apaan."

"Apa, coba?"

"S-sebenarnya..." Zeva menggantungkan ucapannya, "sebenarnya perasaan lo itu, maksudnya ga sabar pengen nabok gue, kan?"

Zidan menopang dagunya menggunakan tangan kanannya, menatap lurus ke arah Zeva sambil tersenyum. "Masaa?"

"I-iya, kan emang!"

"Kalau maksud nya bukan itu, gimana?" ucap Zidan dengan senyumannya.

MY BEST ENEMY ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang