Part 39

96K 12.6K 6.6K
                                    


FOLLOW sebelum membaca biar gak ada part error nantinya-!

Kalau masih error, caranya :
- Hapus cerita ini dari perpustakaan kamu terlebih dahulu.
- Cari akun authornya lalu follow.
- Setelah follow baru tambahkan kembali cerita My Best Enemy ke perpustakaan kalian-!

Jangan lupa Vote + Komen❗

Jangan lupa Vote + Komen❗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ಠ ͜ʖ ಠ

.

***

"Sudah berapa lama kalian pacaran?"

Zidan dan Zeva terdiam, duduk di pinggiran ranjang. Sedangkan Rena, ia duduk di kursi meja hias Zeva dengan kaki disilangkan dan tak lupa sapu ijuk di tangannya.

Tuk!

Lutut Zeva diketuk pelan menggunakan sapu ijuk nya.

"Ga sakit," gumam Zeva.

"Jawab!"

"Belum ada seminggu," jawab Zeva dengan bibir sedikit manyun.

"Belum ada seminggu aja, kalian sudah berani berbuat mesum di kamar! Bagaimana kalau sebulan? Setahun? Sewindu? Seabad?" Rena bersedekap dada.

"Au, deh. Belum pacaran aja Jidan udah berani nyosor," gumam Zeva lagi.

"Sst!" Zidan menyenggol kaki Zeva. "Jangan cepu!" bisiknya.

"Udah ngapain aja, kalian?" Keduanya terdiam. Zeva menggigit jarinya, gugup.

"Pegangan tangan doang, Mah" ucap Zeva.

"Pegangan tangan? Terus yang tadi di atas kasur itu, apa? Main batu bekel?" sarkas Rena.

Oh, ayolah. Zeva itu satu-satunya cucu perempuan dari ibunya, wajar saja jika banyak yang khawatir ia salah pergaulan -walaupun sebenarnya, Zeva adalah pengaruh buruknya- terlebih lagi, Zidan sudah dewasa.

"Y-ya... Pelukan juga, Mah," ringis Zeva.

"Lumatan nya ga disebutin?" bisik Zidan dengan nada menggoda di telinga Zeva.

Plak
Tuk

Zidan meringis. Kakinya dipukul Rena, pipinya ditampar pelan oleh Zeva.

"Kalian ga tau, setan itu selalu menjadi yang ke tiga kalau di tempat sepi," ucap Rena.

"Brarti setannya, Mama, dong," sahut Zeva.
"Kan, mama datang pas kita lagi berduaan."

MY BEST ENEMY ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang