Part 7

124K 15.5K 1.4K
                                    

Cerita ini baru saja di-revisi. FOLLOW sebelum membaca biar gak ada part error nantinya-!

Kalau masih error, caranya :
- Hapus cerita ini dari perpustakaan kamu terlebih dahulu.
- Cari akun authornya lalu follow.
- Setelah follow baru tambahkan kembali cerita My Best Enemy ke perpustakaan kalian-!

***


Sekolah, 06.35 wib.

"Turun."

Zidan membukakan pintu mobil untuk Zeva. Sedangkan Zeva hanya diam ditempat sambil melihat Zidan dengan tampang polosnya.

"Apa lihat-lihat?"

Zeva menyengir, memperhatikan gigi rapinya. "Hehe, lo gak mau gendong gue, gitu?"

Tuk

"Aww!" Keningnya ia usap dengan pelan. "Kok dijitak, sih?!"

"Turun cepetan. Hukuman Lo masih berlaku ya, jangan mentang-mentang kaki lo lagi sakit. Terus dijadiin alasan biar gak ngerjain hukuman," kata Zidan, tidak santai.

"Boro-boro nyapu, jalan aja susah." Zeva memanyunkan bibirnya. Kakinya ia gerakkan pelan, hendak menyentuh tanah. Namun, rasanya masih sedikit ngilu. "Bantuin nih, jalannya."

Zidan yang dimintai bantuan, menghela napas jengah. Cowok itu menoleh ke arah kedua temannya sedari tadi diam memperhatikan interaksi dirinya dan Zeva. "Lan, bantuin Zeva ke kelas," perintah nya.

Alan cengo. Menunjuk dirinya sendiri. "Loh, kok gue?"

"Lo kan babu," sahut Xavier, mengulum bibirnya menahan tawa.

"Sialan."

"Itu nama Lo."

"Bacot lo, Sapira." Alan menendang kaki Xavier. Kemudian, berjalan mendekati Zeva lalu menundukkan tubuhnya.

"Cepetan, Njep."

Zeva menggeleng. "Gamau! Gue mau nya digendong Zidan." Pandangannya beralih ke Zidan yang sama sekali tidak peduli dengan keadaan nya.

"Zidan ...." Zeva merentangkan kedua tangannya ke arah pria itu. "Gue aduin ke bunda--"

Zidan memutar bola matanya malas. "Mulai deh." Ia menggeser tubuh Alan, menjadi dirinya yang berjongkok di depan Zeva.

"Lagian kaki gue sakit juga gara-gara lo. Kemarin harusnya lo nangkep gue, bukan malah ngehindar," tutur Zeva.

"Ya, salah lo juga, lah. Udah tau gak bisa manjat. Malah nekat."

"Gue bisa manjat, turunnya aja yang ga bisa!"

"Terserah lo." Zidan mendongakkan kepalanya."Cepetan naik!" desisnya, agar gadis di belakangnya segera naik ke atas punggungnya.

"Gue mau nya digendong ala-ala gitu, Zidannn. Yang kayak kemarin."

"Banyak mau nya ni anak," gumam Zidan dengan kesal. Bangkit dari posisi nya, ialalu menyelipkan tangannya dibawah lutut Zeva sambil melotot.

MY BEST ENEMY ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang