"hyung! kenapa lama sekali?!" haechan dengan buru-buru mengambil tasnya, dan memakan roti yang masih berada dalam mulutnya.
"ckk...sabar haechan ini hyung sedang mengambil sepatu dulu".
"hyung lama! nanti keburu siang hyung!".
Dari arah kamar, seseorang keluar menenteng sebuah tas dan sudah berpakaian rapi menggunakan setelan hitam serta kemeja berwarna putih di dalamnya.
"apa changbin hyung berdandan? kenapa rapi sekali?".
"kau ini cerewet sekali, ini sudah pakaian yang pas. Memangnya kau ingin hyung berpakaian seperti apa?".
"hmmm...tidak ada. Itu terserah hyung saja, aku tidak tau kenapa felix bisa menyukaimu hyung".
Changbin mengusak rambut milik haechan.
"tentu saja karena aku tampan, kau saja yang tidak tau".
"weekkk...apa perlu kuambilkan cermin hyung?".
"sudahlah, sebaiknya kita berangkat. Bukankah kau ingin cepat pergi ke sana".
Dengan senyum yang lebar, haechan menarik tangan changbin untuk keluar dari rumah mereka, berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah. Mereka berangkat.
⭕⭕⭕
"hyung apa kau membawa stok darah? aku sangat haus".
"ambil saja di tasku, hyung sudah membawa beberapa".
Dengan cepat haechan langsung meraih tas milik changbin yang berada di kursi belakang, membuka bagian yang paling besar. Hyungnya memang sangat pengertian.
Haechan menancapkan sedotan pada pack kota yang dia pegang. Disedotnya cairan merah kental itu sampai melewati tenggorokannya yang terasa kering.
"cepat habiskan minumanmu kita akan segera sampai".
"aku baru saja minum hyung, santai sedikit".
Changbin membelokkan mobilnya, memasuki sebuah parkiran gedung yang sangat besar. Memarkirkannya di sana bersama mobil-mobil yang lain juga.
Mereka berdua turun, changbin menghampiri sang adik. Merapikan rambut haechan yang mencuat beberapa helai ke atas, menepuk sedikit kemejanya agar tidak terlalu kusut.
"apa kau siap adik kecilku?".
"aku siap hyung, dan aku bukan adik kecil. Aku sudah besar".
Changbin tersenyum, adiknya memang sudah besar. Dia tarik pelan pergelangan tangan sang adik untuk segera memasuki gedung tujuan mereka.
Satu persatu kaki mereka menaiki anak tangga di sana, menautkan tangan mereka masing-masing untuk bergandengan tangan hingga sampai ke dalam gedung.
Mereka menelusuri lorong di sana, mencari ruangan yang mereka cari hingga mata mereka berdua menangkap sebuah tembok bertuliskan Block-D.
Tapak kaki mereka langkahkan ke sana, berdiri pada sebuah rak-rak kaca yang sudah berjejer rapi.
Mereka berdiri tepat di sebuah kotak kaca yang di dalamnya tersimpan guci kecil dan foto dua orang yang mereka cintai.
"daddy, baba, haechan datang" ucapnya dengan nada yang sedikit bergetar.
Changbin menepuk pelan pundak sang adik.
"maaf haechan datang terlambat untuk melihat kalian, sekali lagi maafkan haechan daddy. Maaf baba..hiks"
"itu tidak apa haechan, bukankah sekarang kau sudah datang kemari. Daddy dan baba pasti paham akan hal itu".
KAMU SEDANG MEMBACA
[03][pt.1] Pure Blood Vampire
Fanfiction[ COMPLETED ] [Vampire] [Fantasy] "takdirmu bisa menjadi pelindung dan kekuatanmu, atau bahkan dia bisa jadi penghancurmu. Itu tergantung bagaimana kau menyikapinya" "bagaimana aku akan mengenali takdirku?" "kau akan tau nanti saat waktunya tiba, ta...