Haechan tidak tau, kenapa sekarang dia menangis. Mungkin hatinya sakit melihat mark dan mina melakukan hal yang begitu...ah sudahlah, atau mungkin dia yang terlalu berharap. Ciuman yang mark berikan kemarin padanya mungkin hanya kesalahpahaman.
Mark mungkin hanya memberikannya ciuman ringan itu untuk penenang, karena pada hari itu dia sangat ketakutan di serang oleh seorang vampire.
"hiks...hiks" sebuah isakan kecil lolos dari bibir haechan.
Kini haechan sedang berada di belakang vila keluarga vernon, menyembunyikan kepalanya diantara lutut yang ditekuk. Berayun sendirian merasakan dinginnya besi ayunan yang sedang dia duduki.
"haechan?" ada suara yang memanggilnya.
Haechan menegakkan kepalanya melihat siapa yang datang menemuinya, dia berharap mark yang datang, semoga. Tapi harapannya pupus saat melihat siapa yang tengah berdiri di depannya kini.
"eric? kenapa kemari?".
"aku melihatmu tadi berlari menuju pintu belakang, jadi aku mengikutimu. Apa kau sedang menangis?" eric memperhatikan wajah haechan yang masih basah karena air mata.
Haechan diam, eric pun ikut diam, masih memperhatikan wajah haechan yang basah dan berkilau terkena cahaya lampu taman.
Tanpa persetujuan, eric mendudukkan dirinya di sebelah haechan, mengelus punggunya pelan agar merasa lebih tenang.
"kau kenapa? kenapa menangis?".
Haechan hanya menggeleng tidak menjawab, karena merasa tidak enak, eric menarik tubuh haechan membawanya dalam satu pelukan, berharap haechan berhenti menangis.
Masih tidak ada respon, hanya isakan kecil yang terdengar.
"aku tidak tau alasanmu menangis, tapi kumohon berhentilah. Kau tau? akupun sakit melihatmu seperti ini. Berhentilah haechan" ucap eric selembut mungkin
Eric tersenyum, ternyata kini haechan membalas pelukannya, mengeratkan dekapannya, tidak apa jika kemejanya basah. Dia merasa senang, setidaknya dia sudah satu langkah lebih dekat dengan haechan.
"mau kuantar pulang saja? kurasa kau sudah tidak nyaman berada di sini" dan haechan hanya mengangguk setuju.
⭕⭕⭕
Eric memasuki ruang tengah dimana acara sedang berlangsung, sedangkan haechan sudah menunggu di dekat gerbang utama.
"vernon".
"ya ada apa ric?".
"boleh kupinjam motormu? aku akan mengantar haechan ke rumahnya, dia merasa tidak enak badan" ucapnya.
Vernon langsung mengangguk, memberitaukan bahwa motornya berada di garasi serta kunci motor sudah berada di sana.
Karena sudah mendapatkan persetujuan dari vernon, akhirnya eric melangkah menuju garasi, dia berhenti untuk sesaat. Dapat dia lihat di lantai dua mark sedang kelimpungan mencari haechan yang kini akan pulang bersamanya.
"kita lihat mark siapa yang akan mendapatkan haechan, kurasa obat itu bekerja dengan baik" dan eric berlalu pergi untuk mengantar haechan pulang ke rumahnya.
Dalam perjalanan pulang haechan hanya diam memeluk pinggang eric yang sedang membonceng dirinya. Sedangkan eric tidak bisa melepas senyumannya.
Angin malam setidaknya membuat pikiran haechan sedikit tenang, dia masih bingung dengan perasaannya, tentang perhatian yang diberikan mark padanya.
Hingga akhirnya mereka berdua sudah sampai.
Eric memberhentikan motornya di sebuah rumah bercat abu-abu. Setelah bertanya pada renjun alamat rumah mereka tadi sebelum pergi, walau mendapat sedikit bentakkan dari renjun, akhirnya dia memberikan alamat rumahnya karena khawatir mendengar haechan merasa tidak enak badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[03][pt.1] Pure Blood Vampire
Fanfiction[ COMPLETED ] [Vampire] [Fantasy] "takdirmu bisa menjadi pelindung dan kekuatanmu, atau bahkan dia bisa jadi penghancurmu. Itu tergantung bagaimana kau menyikapinya" "bagaimana aku akan mengenali takdirku?" "kau akan tau nanti saat waktunya tiba, ta...