Haechan berjalan menuju toilet karena panggilan alam yang dia alami, beberapa menit setelah urusan alamnya selesai haechan pergi ke arah wastafel untuk membasuh tangannya.
Tiba-tiba saja suasana terasa sangat sepi, ditambah suhu ruangan yang menjadi sangat dingin.
Dengan terburu-buru haechan membasuh tangannya, dia mengambil tisu guna mengeringkan tangannya yang basah, baru saja haechan hendak berbalik tiba-tiba saja tubuhnya terdorong ke arah tembok.
"aakkhh" haechan tersentak.
Pipinya yang tembam bersentuhan langsung dengan dinginnya tembok, matanya ditutup telapak tangan yang cukup besar dan tangan haechan ditahan dengan gerakan mengunci di belakang tubuhnya.
"sungguh aroma yang manis dan candu chanie" bisiknya dekat dengan telinga haechan.
"si...si...siapa kau?" haechan bertanya dengan suara bergetar.
"kau akan tau nanti chanie, untuk sekarang kau tidak perlu tau".
Haechan sangat ketakutan karena orang itu mulai menjilati lehernya, hidungnya ditempelkan mengendus dalam aroma tubuh haechan.
Diciumnya dan dihisap dengan kuat leher haechan yang berwarna tan, menciptakan sebuah kiss mark yang tercetak di sana.
"ssshh...kumohon ja...ngan" suara haechan tertahan dan tersedat.
Orang itu tidak mendengar haechan, dia tersenyum puas dengan tanda yang dia buat di leher haechan.
"boleh aku mencicipi darahmu chanie, aku akan bersedia menjadi yang pertama merasakannya" dia terkekeh.
Kini tangannya dia pindahkan untuk membekap bibir haechan agar tidak bersuara, dasi haechan dilonggarkan serta dua kancing kemeja bagian atas dilepaskan.
Dia kembali mengendus leher haechan, dijilatnya secara sensual, taring muncul dari sela gigi orang itu, dan yang terjadi berikutnya adalah taring itu berhasil menancap pada leher haechan.
"hmmm...hmmm" suara haechan terendam dalam bekapan tangan orang itu.
Darah mengalir dari lubang yang dibuat taring orang itu, rasa dingin haechan rasakan mengalir disetiap aliran nadinya, rasanya menyakitkan sekali bagi haechan.
Mark POV
"changbin, kau pergi ke lab bahasa saja kurasa felix berada di sana aku bisa merasakan keberadaannya, dan aku akan mencari haechan" perintahku pada changbin.
Changbin mengangguk, dan kami berdua berpisah di lorong gedung B, kutajamkan indra penciumanku dan indra pendengaranku.
Saat aku akan pergi ke arah perpustakaan, aku mencium bau darah yang sangat familiar bagiku.
"bukankah ini bau darah haechan?".
Aku berbalik arah, menuju arah toilet yang berada di lantai dua gedung, dan benar saja baunya semakin keras tercium.
Setelah sampai di sana, betapa terkejutnya aku mendapati pemandangan seperti ini. Tubuh haechan terduduk lemas bersandar pada tembok toilet.
Bajunya berantakan dengan kancing kemeja atas yang terbuka, kemejanya kini berubah seperempatnya menjadi merah karena bekas darah yang mengalir.
Dadaku terasa sakit menyaksikan pemandangan seperti ini, aku berjalan mendekati haechan, mataku seketika memincing saat kulihat sebuah kiss mark di leher jenjangnya.
"bangsat! sialan! akan kupatahkan leher bedebah itu" aku sudah tidak bisa menahan emosiku.
"hyung" matanya terbuka sedikit.
Aku dekatkan diriku lagi untuk membantunya, namun haechan meringkuk, dia takut melihatku, dia menangis, bibirnya yang pucat bergetar.
"PERGI! JANGAN KEMARI! JANGAN LUKAI AKU!" haechan berteriak histeris memukul-mukul kepalanya.
"EOMMA! RENJUN HYUNG! NANA! tolong aku...tolong aku".
Sungguh aku tidak tahan melihatnya, kudekap tubuhnya yang bergetar dalam pelukanku.
"akkhh! sakit" haechan kembali berteriak kini ditambah ringisan juga.
Aku merasakannya lagi, tubuhku serasa terbakar, ini karena aku bersentuhan dengan haechan.
"apa karena haechan ketakutan padaku? dia belum sepenuhnya percaya padaku, itulah kenapa tubuhnya menolakku".
Aku menghiraukan rasa sakit ditubuhku, semoga ini akan hilang dengan sendirinya.
"haechan tenanglah, ini aku mark, lihatlah aku, aku tidak akan menyakitimu" kuusap punggungnya pelan.
"mark hyung? tolong aku, aku takut" haechan mengeratkan pelukannya, rasa berdebar, marah kini melingkupiku.
"ya ini aku, jangan takut aku sudah ada disini bersamamu haechan, maafkan aku. Renjun dan yang lainnya akan kesini menyusul, tunggulah sebentar baru kita pulang".
Darah haechan benar-benar membuatku tergoda, aromanya sangat manis seperti madu dan vanila.
"SIAL! kemana renjun dan yang lain jika seperti ini aku tidak akan tahan".
Akhirnya aku mengigit bibirku sendiri hingga berdarah, jika tidak seperti ini maka secara tidak sadar aku akan menyakiti haechan.
"HAECHAN!" itu suara renjun.
"DISINI" teriakku menyahut panggilan renjun.
Aku bisa melihat betapa terkejutnya dan paniknya renjun serta jaemin melihat situasi ini, dan yang lain hanya melongo di belakang mereka berdua.
Renjun dan jaemin langsung membawa tubuh haechan ke dalam salah satu bilik toilet, mungkin untuk membersihkan badannya.
Setelah beberapa menit haechan sudah berganti menggunakan hoodie yang dikenakan jaemin tadi.
"mark hyung, bisakah kau hantar kami pulang ke rumah?" tanyanya jaemin.
"tentu saja, tanpa kalian suruhpun aku akan mengantarkan kalian pulang".
Aku kemudian mengambil alih tubuh haechan menggendongnya bridal style, agar tubuhnya terasa nyaman. Rasa sakit itu menghilang, mungkin haechan sudah lebih tenang.
Saat kami akan sampai di pintu keluar gedung menuju parkiran, kami kembali terkejut. Di sana sudah berdiri changbin dengan felix yang berada digendongannya, dapat kulihat felix juga dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Tbc🌻
salam dwaekki🐽🐰┏(^0^)┛
KAMU SEDANG MEMBACA
[03][pt.1] Pure Blood Vampire
Fanfiction[ COMPLETED ] [Vampire] [Fantasy] "takdirmu bisa menjadi pelindung dan kekuatanmu, atau bahkan dia bisa jadi penghancurmu. Itu tergantung bagaimana kau menyikapinya" "bagaimana aku akan mengenali takdirku?" "kau akan tau nanti saat waktunya tiba, ta...