"takdirmu bisa menjadi pelindung dan kekuatanmu, atau bahkan dia bisa jadi penghancurmu. Itu tergantung bagaimana kau menyikapinya".
"bagaimana aku akan mengenali takdirku?".
"kau akan tau nanti saat waktunya tiba, tapi bukan hanya kau yang akan ingin memilikinya kau harus tetap waspada".
"maksudmu? ada orang lain yang mencarinya juga?".
"ya mereka satu kubu, tapi dengan tujuan yang berbeda. Berhati-hatilah kau harus meyakinkannya untuk berada didekatmu...ah sepertinya tidak perlu" laki-laki itu tersenyum.
"kenapa?"
"kau akan jatuh hati padanya"
(di sisi lain)
"dia sudah bangun"
"siapa ayah?"
"pemilik darah dewi yang dapat menyembuhkanku, aku bisa merasakannya dia telah kembali, dan kau harus membawanya padaku".
"bagaimana caraku mengenalinya ayah?"
"aku sudah mengajarimu menajamkan penciumanmu, aroma darahnya berbeda kau akan tau nanti"
Di dalam kelas
Setelah mengantar haechan ke kelas, renjun dan jaemin pergi ke gedung A.
Haechan merasa terasingkan, perasaanya dia sering bersekolah, kenapa rasanya kali ini berbeda seperti perasaan asing.
"hai" sapa seorang di bangku samping haechan.
"ha..ai" jawabnya terbata.
"bukannya kau tadi yang berbaris di sampingku? apa kau sudah baik-baik saja?" tanyanya.
"aku baik-baik saja, aku hanya merasa pusing saja tadi"
"ah begitu...ow ya lee felix panggil saja felix" diulurkannya tangan mengajak haechan berkenalan.
Haechan tersenyum, ternyata ada orang yang bisa diajak mengobrol dan ternyata mau berkenalan dengannya.
Laki-laki manis dengan senyum cerah dan freckles di wajahnya.
Di kantin
Seperti yang dikatakan renjun, dia datang ke kelas haechan untuk menjemput dongsaeng nya itu dengan jaemin.
Mereka duduk pada bangku kosong yang disediakan di kantin. Kantin tempat vampire dan manusia berbaur. Hanya kelas saja yang dibedakan.
Renjun, jaemin, jihoon, haechan, dan felix duduk bersama menyantap makanan masing-masing.
Renjun, jaemin, dan jihoon memakan makannya tentu saja ditemani sekantung darah sebagai minumannya.
"apa darah rasanya enak?" tanya felix.
"apa kau mau coba ini kuberikan sedikit" jawab jaemin.
"tidak hyung, aku hanya bertanya tidak ingin mencicipinya. Baunya saja seperti besi yang di las".
Semua orang tertawa mendengar penuturan felix, memang benar bagi manusia bau darah itu seperti bau besi.
Tiba-tiba saja suasana kantin menjadi agak sepi, dapat dilihat dari arah pintu masuk. Para pengawas atau murid pilihan dari golongan A memasuki kantin.
Mereka memisahkan diri duduk di bangku berbeda, karena mereka berada di kelas yang berbeda tentu saja memiliki teman masing-masing.
"ah...renjun hyung bersabarlah sebentar lagi tiang listrikmu akan datang" tiba-tiba saja jaemin berbicara.
"maksudmu?"
Belum saja jaemin menjawab, bahu renjun dirangkul oleh seseorang tiba-tiba.
"hai injuni sayang" sapa seorang.
"yakk..apa yang kau lakukan padaku, lepaskan tanganmu apa kau tau ini sangat berat" marahnya renjun pada seseorang yang seenaknya merangkulnya.
"kau saja yang kecil, mungil, mini, imut tapi aku suka" balasnya tidak takut.
Tanpa menunggu renjun menghabiskan makanannya laki-laki itu menarik renjun pergi dari sana menuju tempat pembelian makanan.
"guanlin!!! yakk..lepaskan aku"
Laki-laki yang bernama guanlin itu hanya tersenyum, dia tidak memperdulikan renjun yang sudah mengeluarkan segala umpatan dari bibir mungilnya.
"jika kau mengumpat lagi, akan kucium kau di depan semua orang".
Renjun tentu saja langsung diam, jika melawan juga percuma, tenaganya akan kalah dengan manusia tiang satu ini.
"nana...siapa itu?" tanya haechan
"dia itu guanlin salah satu vampire golongan A keturunan china, dia salah satu yang naik di atas panggung tadi chanie apa kau tidak melihatnya?" jihoon menjawab lebih dulu.
"bagaimana dia bisa melihatnya sedangkan dia saja sedang kesakitan, saat kutanya haechan hanya menjawab baik-baik saja" jawabnya felix.
Nana menghentikan kunyahannya, dia berfokus pada haechan yang kini sedang tersenyum ke arahnya.
"renjun hyung bilang kalau ada apa-apa panggil kami, kalau ada yang sakit beri tahu kami chanie" ditatapnya haechan.
"ya nana maafkan aku, tadi kan kita sedang berbaris bagaimana aku bisa memanggil kalian berdua".
"maafkan aku chanie aku hanya khawatir"
"tidak apa-apa nana jika itu memang tidak bisa kutahan aku akan memanggil kalian"
"tenang saja nana hyung jika dia tidak mau aku bersedia menjitak kepalanya" itu felix yang menjawab.
Jaemin senang haechan mempunyai teman yang perhatian setidaknya ada yang mengawasi haechan jika dia tidak di dekat haechan
Jaemin berdiri membereskan makannya, pergi ke stan kantong darah, dia merasa haus.
Haechan POV
"aku sudah selesai dengan makananku" ucapku pada jihoon hyung dan felix.
Berniat menaruh piring makan dan gelas di tempatnya, tiba-tiba saja nafasku terasa berat. Ini lebih sakit rasanya dari yang tadi aku rasakan di aula.
Kepalaku seolah berputar, pandanganku memudar. Kuremas kemejaku untuk menyalurkan sakitku.
Kupukul dadaku dengan keras, berniat mengurangi sakitnya tapi tidak berdampak apa-apa.
"injun/nana hyung!!!" dapat kudengar jihoon hyung dan felix berteriak.
Aku sudah tidak tahan, aku merasa tubuhku jatuh ke depan, namun bukan lantai dingin yang kurasakan tapi aku mendarat di punggung seseorang.
"siapa?" ucapku rilih, dan semuanya gelap.
Normal POV
"injun/nana hyung!!!" teriak jihoon dan felix.
Dengan refleks mereka berdua langsung memutar tubuh mereka melihat ke arah haechan.
Tepat di sana dilihatnya haechan sedang memukul-mukul dadanya merasakan sakit.
Baru saja mereka akan berlari ke arah haechan tiba-tiba saja seseorang sudah berjongkok di depan haechan.
Haechan jatuh ke atas punggung laki-laki itu, tanpa pikir panjang laki-laki itu langsung saja berlari membawa tubuh haechan ke arah uks.
"tidak mungkin..." monolog jaemin.
Jaemin tau dia adalah salah satu namja yang ditakdirkan akan bertemu dengan haechan. Dapat dilihat senyum namja itu saat membawa tubuh haechan pergi.
Pada nyatanya haechan akan tetap bertemu dengan takdirnya.
Tbc🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
[03][pt.1] Pure Blood Vampire
Fanfiction[ COMPLETED ] [Vampire] [Fantasy] "takdirmu bisa menjadi pelindung dan kekuatanmu, atau bahkan dia bisa jadi penghancurmu. Itu tergantung bagaimana kau menyikapinya" "bagaimana aku akan mengenali takdirku?" "kau akan tau nanti saat waktunya tiba, ta...