Season 1 | Badboy

31.6K 684 2
                                    

Suara keributan dengan santer terdengar, para murid dengan cepat berlarian menuju rooftop untuk menyaksikan perkelahian antara Devan Baskara Mahendra dengan Alex Putra Arjuna.

Perkelahian semakin sengit, suara bogeman dari Devan dan Alex juga santer terdengar. Tidak ada yang berani melerai perkelahian tersebut, mereka hanya asik menonton pertarungan itu menyaksikan kedua Badboy sekolah saling jual beli serangan.

"ANJING LO!" Maki Alex, Sebuah pukulan berhasil mendarat ke pipi seorang Devan, sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah.

Tak terima dengan itu, Devan pun dengan cepat melayangkan sebuah bogeman ke arah perut Alex. Kontan Ia pun tersungkur, tak hanya sampai disitu Devan juga memukul Alex berkali-kali.

Tak ada perlawanan, Devan menenteng kerah seragam Alex dan memojokannya ke arah sudut tembok.

"BANG...SAT LO!" Cerca Alex menahan sakit.

"LAIN KALI, KALO LO MAU JADI SOK JAGOAN CARI LAWAN YANG SEPADAN!" Sentak Devan. Beberapa detik setelahnya, Devan membanting tubuh Alex ke lantai dengan kasar. Tanpa merasa bersalah, Devan meninggalkan Alex yang terluka parah.

🌺🌺🌺

Di kelas,

Netta setengah berlari menghampiri seorang perempuan yang sedang asik mengerjakan tugas.

"Van, buruan ke UKS gua perlu bantuan!" Titah Netta.

"Bentar Ta, sedikit lagi. Tugas Nia lagi banyak." Perempuan itu masih asik dengan buku catatannya.

Netta menghela napas panjang, tanpa berpikir lagi perempuan itu menarik tangan Vania dan menggandengnya menuju ruangan UKS.

"Ih Netta, padahal cuma sedikit lagi lho." Dengus Vania kesal.

"Bukan gitu, gue gak ada yang bantuin ngurus anak yang tadi abis berantem."

"Hah? Tadi ada yang berantem?" Vania menghentikan langkah kakinya.

Netta berdecak. "Ck, Iya. Ayo buruan!" Perempuan itu terus menarik tangan Vania.

"Ta...tapi siapa?"

"Udah gak usah banyak tanya, ntar juga lo tau." Netta sengaja tidak memberitahu Vania kalau yang baru saja berkelahi adalah Devan. Kalau saja Vania tahu dia orangnya, perempuan itu pasti tidak akan mau.

Vania memajukan bibirnya kesal. Beginilah nasib menjadi ketua dari eskul PMR. Harus siap siaga ketika ada keadaan darurat walaupun terkadang hal tersebut tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.

Sesampainya di depan ruangan UKS, dengan cepat Vania dan Netta mengurusi kedua siswa yang tadi berkelahi.

"Gue urus Alex, dan Lo urus Devan." Ujar Netta.

Vania mengernyitkan dahinya. Ah, lelaki itu lagi. Sepertinya hari lelaki itu kurang afdol kalau tidak berkelahi.

Tanpa membuang waktu, Vania mengambil kotak P3K dan menghampiri Devan yang tengah duduk di sebuah kursi.

"AWW! Bisa pelan-pelan gak sih?" Pekik Devan saat Vania mengoleskan alkohol ke luka yang ada di bibir Devan.

"Gak," ucap Vania kesal.

"Kalo gak ikhlas mending gak usah. Sini gue bisa sendiri!" Devan berusaha mengambil kapas yang ada di tangan Vania. Tapi, dengan cepat Vania menjauhkan benda tersebut dari hadapan Devan.

"Gara-gara kamu, tugas Nia jadi gak selesai." Keluh Vania.

"Terus masalahnya buat gue apa?"

"Au ah, kamu gak bosen apa tiap hari berantem terus. Capek aku ngurusinnya tau!"

Devan berdecak "Ck, kan gue udah bilang, gue bisa ngobatin lukanya sendiri."

"Bodoamat!" Nampaknya Vania sangat sebal dengan Devan.

Mendengar itu, Devan dengan paksa mengambil kapas yang ada di tangan Vania. Tapi, perempuan itu terus menerus tidak mau memberikannya. Sampai, dengan kuat Devan menarik tangan Vania hingga tubuh perempuan itu jatuh ke arahnya. Jarak wajah mereka amatlah tipis, sampai mereka berdua bisa merasakan hembusan napas dari yang ada di hadapannya.

Satu detik,

Dua detik,

Tiga detik,

Mereka masih terdiam dan mematung dengan posisi yang sedekat ini. Sampai, akhirnya Vania sadar dan menempelkan kapas tadi ke arah bibir Devan dengan kasar.

"AWW!"

"Jangan modus kamu Devan." tukas Vania.

"Lah siapa juga yang modus. Lo yang jatuh ke badan gue!" Jawab Devan

"Au ah." Dengan kesal, Vania mengambil sebuah plaster dan menempelkannya ke luka yang ada di sudut bibir Devan.

Tanpa sepatah katapun, Vania segera meninggalkan Devan dan membiarkannya sendirian.

Devan yang melihat hal tersebut hanya terkekeh pelan. "Lucu juga tuh anak," ucapnya.

🍁🍁🍁

Jam istirahat tiba, gerombolan murid pun memenuhi kantin hingga terkesan berdesakan.

Syukurlah Vania dan Netta sampai terlebih dahulu ketimbang yang lain. Kalau tidak, mereka berdua akan tidak kebagian tempat.

"Ta, kamu liat deh Arfan. Lagi diem aja ganteng, apalagi dia senyum ya." ucap Vania melirik lelaki yang sedang duduk di pojok kantin.

Netta berdecak. "Jangan kebanyakan halu lo Van." Saking ngefansnya Vania sama Arfan si ketos, kadang membuat perempuan itu suka halu.

"Ih Netta, Nia gak halu, tapi Nia cuma lagi ngebayangin tiba-tiba Nia dijodohin sama Arfan." Vania tersenyum. "Pasti hidup Nia bakal bahagia banget," sambungnya.

"Jangan ngayal ketinggian deh Van." Netta menjeda. "Kali aja Lo malah dijodohin sama Devan." Netta terkekeh.

"Amit-amit deh." ekspresi Vania langsung berubah. Spontan Netta semakin geli tertawa. Ia tahu betul kalau Vania amat tidak suka dengan lelaki itu.

"Gak boleh gitu, kalau beneran gimana? Lagian Devan ganteng juga kan?"

"Ganteng apaan, udah nakal suka cari masalah lagi!" Vania menjeda. "Udah ah Ta, jangan bahas dia. Nia benci sama dia!"

Netta masih terkekeh. "Benci-benci, kalau jatuh cinta sama dia mau apa lo?"

"Itu gak akan pernah Ta." Dengus Vania.

Drrrt...Drrrt....

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.

Mamah ;
Vania, nanti pulang cepat ya sayang. Ada yang Mamah sama Papah mau bicarain.

Me : Ada apa memangnya Mah?

Mamah;
Nanti juga kamu tau.

Vania mengernyitkan dahi. Ada apa ini? Tidak biasanya mereka bersikap seperti ini.

🍀🍀🍀

Sesuai apa yang diperintahkan, Vania pulang dengan cepat.

"Assalamulaikum. Nia pulang," ujarnya saat memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam." Ucap Anya dan Tristan bersamaan. Ya, mereka berdua adalah orangtua Vania.

"Sini sayang, ada yang Papah dan Mamah omongin." Titah Tristan. Vania pun mengangguk.

Perempuan itupun duduk di sofa yang berhadapan dengan Tristan dan Anya.

"Ada apa ya Mah, Pah?" Tanya Vania. Ia begitu deg-degan sekarang. Firasatnya menunjukan hal yang buruk akan terjadi.

"Kami akan menjodohkan kamu Nia."

Vania melotot. "Apa dijodohkan?" Tukasnya.

Terimakasih sudah mau berkunjung, jangan lupa kasih bintang ya.

Publish : 27 Januari 2021

Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang