15. DVNM | Penculikan

6.9K 239 1
                                    

Perlahan Vania membuka mata, kepalanya juga pusing sekarang. Ia benar-benar terkejut saat mengetahui tubuhnya yang terikat di sebuah kursi dengan mulut dan hidung yang tersumpal kain. Dan yang membuat dirinya semakin takut, ia tidak tahu dimana sekarang berada.

"HMM...HMM..." Vania berusaha berteriak dan memberontak. Ia pun sedikit kesulitan untuk bernapas.

Vania terus-menerus berontak, berusaha melepaskan jeratan tali yang cukup membuatnya sakit.

Derap langkah kaki terdengar menghampirinya. Kontan hal itu semakin membuat Perempuan itu panik, Vania semakin keras berusaha melepaskan ikatan itu. Tapi, bukannya melonggar, tali tersebut justru semakin membuatnya merasa kesakitan.

"Lo gak bakal bisa Van,"

Vania terkesiap. Bayangan siluet seorang lelaki itu samar-samar terlihat. Tapi, anehnya ia cukup familiar dengan suaranya.

Laki-laki itu mendekat. Spontan hal itu membuat jantung Vania berdegab kencang karena ketakutan.

"HMM...HMM...HMM..."

Semakin lama, lelaki itu semakin mendekat.Perlahan tapi pasti, wajah lelaki itu semakin terlihat jelas. Sesaat setelahnya Vania melotot, tak percaya dengan siapa yang ada di hadapannya.

Lelaki itu menyamakan tingginya dengan Vania. Dan tangannya secara kasar melepaskan kain yang menutupi mulut serta hidung Vania.

"Apa? lo masih gak percaya ini gue?" Lelaki itu tersenyum sinis.

"Apa yang kamu mau dari Nia Hah? Memangnya Nia salah apa sama kamu?" Napas Vania masih tersengal-sengal. Beberapa tetes air mata mulai jatuh membasahi pipi Vania.

Lelaki itu menaikan bahunya. "Tapi, kalo dilihat-lihat lo itu cantik juga ya Van, pantes si Bangsat mau sama lo."

"Nia Mohon...hiks...hiks... Lepasin Nia. Nia minta maaf...hiks...hiks... kalau Nia...hiks...hiks punya salah sama kamu."

Alex menggelengkan kepalanya. "Lo gak salah. Pacar lo yang salah."

Ya, lelaki itu adalah Alex Putra Arjuna. Perlahan, Alex mengusap pipi Vania dengan lembut, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah perempuan di hadapannya.

Seulas senyum yang terlihat menyeramkan terbit dari sudut bibir Alex.

"Senyum dong, gak usah takut." Alex menjeda. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Vania sampai lelaki itu dapat merasakan napas perempuan di depannya. Tanpa ragu, Lelaki itu menempelkan bibirnya tepat di atas bibir Vania.

Vania berontak sebisanya. Tapi, sayang. Usahanya gagal. Kini, Alex sudah berhasil mengambil first kissnya.

Jantung perempuan itu bagaikan merosot, masih tidak percaya dengan apa yang Alex lakukan padanya. Tangis Vania pecah, merasa dirinya benar-benar kotor sekarang.

...

"Lo aja yang bangunin Yo."

"Gak." Geo mengelak. "Gue tanya lo mau gak?"

Fakhri menggeleng pelan. "Gue takut diamuk sama Devan Yo."

Geo berdecak. "Tuh kan lo tau."

"Tenang kawan-kawanku yang anunya kecil. Biar Ajit aja yang bangunin Dedev." Sambar Ajit.

"Anu apaan?" Fakhri ambigu.

Mendengar itu, Geo hanya memutar bola matanya. Fakhri ini kelewat oon atau kelewat polos sih?

"Riri, Riri. Maksud Gue itu nyali. Bukan kont"

"Masih pagi woy! Udah Jit buruan!" Sentak Geo. Kalau tidak segera disudahi. Percakapan ini akan meluber kemana-mana.

Ajit mengangguk. Perlahan ia menghampiri Devan yang masih pulas tertidur di sofa.

"Van..." Ajit mengguncang tubuh Devan. Ah, lelaki ini tidurnya benar-benar seperti bangke.

"Dedev bangun."

"Dedev."

"Devan"

Merasa tidak membuahkan hasil Ajit berinisiatif untuk berteriak di telinga Devan. Akan tetapi, belum rencana itu terlaksana. Secara mengejutkan Devan Justru menarik tubuh Ajit ke dalam pelukannya.

Spontan, hal tersebut membuat Fakhri dan Geo tidak habis pikir. What the...

"Mmm... Lo jangan berisik Van, atau gue cium." Ucap Devan. Rupanya ia menganggap Ajit adalah Vania.

Masih dengan menutup mata, Devan perlahan menciumi aroma rambut Ajit. "Van, lo gak keramas ya. Kok rambut lo bau sih."

"Dedev,"

Devan membuka matanya saat mendengar suara tersebut.

"HUAAAAAAAAA!"

Devan segera mendorong tubuh Ajit hingga terpental dari sofa. Sekilas lelaki itu menoleh ke arah Geo dan Fakhri yang menahan tawa saat melihatnya.

"Aduhhhhh... Pantat Gue." Keluh Ajit menngusap-usap pantatnya yang membentur lantai.

Kepalang malu, Devan segera meraih jaket jeansnya dan berjalan atau lebih tepatnya setengah berlari meninggalkan ruangan basecampnya.

Fakhri menghampiri Ajit, membantunya untuk berdiri.

"Gimana rasanya dipeluk Dedev?" Fakhri meledek Ajit.

Lagi-lagi, Geo memutar bola matanya. Sepertinya hanya ia yang waras di sini.

"Apaan! Sakit nih pantat gue." Ajit menjeda. "Tapi, kok jantung gue deg-degan ya Ri, pas dipeluk Devan."

Fahkri mengerutkan kedua alisnya. "Jangan-jangan lo...."

Alhamdulillah bisa up, walau cuma part pendek. Makasih ya sudah mau mampir.

Publish : 05 March 2021



Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang