MwD | Nettarfan

3.9K 156 10
                                    

Sebelumnya Mau makasih banget udah sampai 50k reader. Masih gak nyangka aja Ya Allah.

BTW kalian tahu MwD darimana?

Tadinya aku mau hiatus. Tapi, cukup banyak yang antusias nungguin. Jadi, aku lanjutin deh.

BTW, coba tebak Mimin Cowok atau Cewek?

.....

Netta benar-benar terlihat gelisah. Menunggu kabar dari suster sama sekali tidak bisa membuatnya tenang.

Arfan menghela napas. "Gua yakin, Mamah lo gak apa-apa Ta."

Netta menggeleng. "Gua takut Fan, Gua cuma punya Mamah di dunia ini. Gua gak mau kehil---"

"Lo jangan ngomong kayak gitu. Lo masih punya gua Ta. Jangan lo simpen semuanya sendirian. "

Netta hanya diam. Berusaha menahan tangisnya.

Melihat hal tersebut, tanpa aba-aba Arfan langsung mendekapnya. Membawa Netta dalam pelukannya.

Seketika tangis yang tertahankan tersebut pecah. Netta tidak bisa menyembunyikan itu lagi. Ia hanya punya sosok Mamah dalam hidupnya. Hal lain mungkin masih bisa tahan. Tapi, untuk yang berkaitan dengan Mamahnya, Netta mendadak rapuh.

"Gua tau lo orang yang kuat Ta nyembunyiin semuanya dan bersikap biasa-biasa aja. Tapi, sekuat-kuatnya lo, lo juga butuh sekadar temen cerita."

"Jangan pendem semuanya sendiri Ta. Ada gua Ta. Gua siap denger semuanya."

Netta masih menangis. Entah mengapa Netta merasa bebannya mendadak meringan saat Arfan memeluknya. Netta tidak bisa menyangkal bahwa Arfan adalah sosok yang mampu menjadi healing baginya.

Perlahan, tangan Arfan beranjak. Berusaha mengusap rambut dari Netta. Sumpah demi apapun, ia sangat merasa bersalah dengan kejadian tempo hari. Ia tidak seharusnya berkata seperti itu pada Netta.

Akhirnya Arfan sadar, orang yang paling terlihat kuat tak lain adalah orang yang paling rapuh.

"Kalian keluarganya Ibu Marni?" Tanya seorang Suster.

Dengan cepat, Netta melepaskan dekapan Arfan.

"I...iya Sus."

Suster itu tersenyum. "Oke, Ibu Marni sudah sadar. Dia hanya jatuh. Dan secara keseluruhan tidak ada cedera ataupun luka yang serius."

"Alhamdulillah. Saya boleh masuk Sus?"

Suster itu mengangguk. "Iya boleh."

Tanpa menunggu lama, Netta segera masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Mah." Netta langsung menubruk Marni yang terbaring dengan selang infus di salah satu tangannya.

Marni tersenyum. "Mamah gak apa-apa. Kamu tenang ya."

Netta menggeleng. "Gimana Netta bisa tenang. Dunia Tata gak akan baik-baik aja kalau Mamah lagi kenapa-napa."

"Mamah cuma jatoh. Gak apa-apa kok."

"Netta gak mau kehilangan Mamah. Cuma Mamah yang Tata punya. Tata mohon, jangan   tinggalin Tata."

Airmata Marni mendadak mengalir. "Mamah gak akan tinggalin Tata. Bagi Mamah Tata adalah hidup Mamah. Mamah juga gak akan bisa hidup kalau tanpa Tata."

Kejadian berpisahnya Marni dengan Wira, mantan suaminya benar-benar membuat Tata terpukul. Mungkin Tata bisa hidup tanpa Ayah, tapi ia tidak bisa hidup tanpa sosok Mamah. Sosok yang kini merangkap sebagai Ibu dan Ayah, sosok yang selalu memastikan ia baik-baik saja, serta sosok seorang teman yang mau mengerti dan tempat Tata berbagi segalanya. Baik suka ataupun Duka.

Pintu ruangan terketuk. Sedetik setelahnya Arfan muncul sambil menenteng beberapa bungkus makanan.

Marni menatap Arfan dengan tatapan bingung.

"Sa...saya Arfan Bu, temannya Netta."

"Sebetulnya bukan temen sih Bu," Arfan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Lebih ke arah pacar, tapi gak dianggep."

Netta melotot. Apa-apaan sih si Arfan.

Marni langsung tertawa. "Iya-iya, Ibu tahu kok. Tata juga sering cerita. Kalau dia suka sama Papan-Papan gitu. Ternyata namanya Arfan."

Wajah Netta memerah. "Mamah ih."

.....

"Lo apa-apaan sih bilang kayak gitu ke Mamah gue. Pake ngaku-ngaku pacar lagi!"

Arfan menaikan sebelah alisnya. "Bukannya kita emang pacaran?"

"Jadian juga enggak." Jawab Tata dengan entengnya.

"Oh, mau jadian? Tadikan gua udah nembak lo."

"Kan gua gak terima. Lagian gua juga udah gak suka sama lo!"

Arfan tahu Netta berbohong. Cewek emang gitu ya, gengsinya ketinggian.

"Masa sih? Tadi pas gua peluk. Kok lo kayak gak bisa nolak."

Jleb! Netta spechless.

"Ya... Gu...Gue"

"Udah jangan alesan. Gak pacaran juga gak apa-apa. Gua gak bisa maksain itu."

"Tapi, Masih bisa temenan juga kan" sambungnya

Ucapan Arfan tersebut mendadak bikin Netta kaget. Netta kira Arfan bakal bersikukuh membujuknya untuk jadi pacarnya. Tapi rupanya jadi temen juga gak apa-apa. Jujur, kok Netta nyesek ya.

Situasi mendadak jadi absurd.

"Udah malem juga. Gua balik dulu ya Ta."

Netta mengangguk. Padahal ia masih ingin sekadar duduk bareng Arfan.

"F...Fan?"

Arfan menoleh. "Ya."

"Gu...Gue mau kok ja...jadi-"

Arfan tersenyum. "Gak perlu dipaksain juga Ta."

"Mulai detik ini gua mutusin buat jadi temen lo aja. Gak lebih Ta."

Apa kabar? Hampir sebulan gak update

Publish : 26 September 2021


Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang