MwD | Dari Hati

3.8K 159 12
                                    

"Gua gak nyangka Fan, lu nakal juga kalo pacaran." Ledek Ajit kepada Arfan yang tengah fokus memboncengi dirinya. Oh iya, ngomong-ngomong Arfan lagi nganterin Ajit pulang.

Arfan menghela napas. "Itu semua gak seperti yang lo kira Jit."

"Alah ngeles mulu lo! Ternyata ketos gua ini gak beda ama anak yang keluar-masuk BK. Tau gitu kemaren gua nyalonin jadi ketua Osis tuh."

Wkwkwk apa yang bakal terjadi ya kalau Ajit jadi ketua Osis?

"Terserah."

Ajit tersenyum. "Ngambeknya lo ama si Netta sama Njir!"

"Dahlah lu udah cocok banget dah ama si Tata."

"Ya tapi, walau cocok juga gak harus modusin si Tata mulu kali. Dia udah hancur dari kecil karena broken home. Jangan lu nambah-nambahin juga. Gua kasian kalo Tata tiba-tiba putus sekolah, dan ujung-ujungnya jualan pop es."

Arfan merungut. Itu lagi yang Ajit bahas.

"Gak lah. Gua juga ngerti kali. Hidup Tata udah menderita kehilangan sosok Ayah Jit."

"Jadi, lo udah tau kan apa yang mesti lo lakuin buat bahagiain Tata?" Tanya Ajit.

Spontan Arfan mengangguk. "Iya. Gua mesti jadi sosok pendamping yang baik buat dia. Selalu ngayomi dia, selalu jadi pundak buat dia. Dan selalu berusaha bahagiain dia. Bener kan?"

Ajit tertegun. "Bukan Njir! Bukan gitu."

Arfan mendadak bingung. "Lah terus?"

"Nikahin Emaknya lah Fan. Otomatis kan si Tata punya Ayah. Dan gak kekurangan kasih sayang orangtua lagi."

"Gila lo."

"Eh Fan, lu kenal gak ama anak perempuan kelas sebelas yang cantik itu?"

Dahi Arfan mengerut. "Yang mana?"

"Itu yang senyumnya manis. Sama Rambutnya pendek."

"Gua gak tau yang mana."

"Itu yang suka ke bawa tas ungu. Masa lo gak tau."

Arfan menghela napas. "Gua gak tau. Yang bawa tas ungu banyak Jit."

Arfan menjeda "Besok-besok kalau ketemu dia. Ajak kenalan, biar tahu namanya."

"Udah pernah Fan. Anaknya misterius banget. Pas gua tanya namanya katanya namanya Indah. Tapi, gua masih penasaran seindah sih apa namanya? Sampe dia gak mau bilang nama aslinya."

"Dahlah."

.....

"Kalau Nia gak lolos gimana Van?"

Spontan Devan menoleh ke arah Vania. Ia tahu benar Vania sedang overthinking sekarang.

"Belum dicoba belum tahu Yang. Intinya besok jawab aja sebisa kamu. Aku yakin kok Yang, kamu bisa dapat skor UTBK yang bagus."

Vania menggeleng. "Tapi, Nia gak yakin. Walau Nia udah belajar siang malem. Tetep aja Nia ngerasa belum siap buat besok."

Seulas senyum tertarik dari bibir Devan. Perlahan, tangannya menarik kepala Vania. Merebahkannya pada pundak Devan.

"Kalau gak lulus di Negeri, masih ada swasta Yang."

"Tapi di swasta biayanya mahal Van. Nia gak mau membebani kamu terus." Sanggah Vania. Walaupun sekarang Devan sudah berstatus sebagai suaminya. Tetap saja, Vania akan merasa tidak enak dengan hal tersebut.

"Kata siapa? Tabungan aku lebih dari cukup buat biayain kita berdua kuliah di swasta."

Devan memberi jeda.

"Intinya jangan mikir yang macam-macam dulu. Fokus buat besok aja. Aku 100% yakin kamu bisa lulus di Negeri."

"Aku aja yakin sama kamu. Masa kamu gak yakin sama diri sendiri?"

Ucapan Devan benar-benar membuat Vania jauh lebih tenang. Sekarang Devan benar-benar menjadi support sistem Vania. Ia bukan lagi Devan yang dulu. Lelaki yang absurd, suka berkelahi, dan suka mabuk-mabukan. Tapi, merupakan sosok lelaki yang perhatian, walau kadang suka overprotectiv padanya.

Vania menghela napas. "Jujur, Nia merasa beruntung banget punya suami kayak kamu Van."

Devan terhenyak mendegarnya.

"Walau kamu suka konyol, sering modus, belum lagi suka mesum. Tapi, kamu benar-benar menjadi sosok lelaki yang terbaik menurut Nia."

"Selalu ngejaga Nia, selalu dukung apapun yang Nia lakuin. Dan selalu nenangin Nia kalau Nia sedang Down."

Tak terasa Airmata mulai menetes di pipi Vania.

"Maaf, kalau selama ini Nia sering ngeraguin kamu. Kadang Nia lebih percaya omongan orang lain, dari pada kamu. Padahal, dari sekian banyak hal yang terjadi kamu berusaha untuk jujur. Tapi, Nia justru sulit percaya sama kamu."

"Nia sadar sekarang Van. Gak perduli seburuk apapun masalalu kamu. Yang terpenting bagi Nia adalah kamu yang sekarang. Kamu yang udah mau berubah demi Nia. Kamu yang tadinya perokok dan suka mabuk-mabukkan, mendadak berhenti melakukan itu semua demi Nia."

"Nia tahu itu gak mudah. Tapi, kamu berusaha buat ninggalin hal itu demi Nia."

Devan ikut terharu. "Aku selalu percaya ucapan kamu. Lelaki itu bisa berubah hanya karena perempuan. Kamu perempuan baik Vania. Aku gak mungkin terus-terusan stag di diri aku yang dulu. Aku juga selalu ingin menjadi sosok yang lebih baik lagi. Karena perempuan sebaik kamu tidak akan cocok dengan lelaki seburuk aku. Untuk itu, aku selalu berusaha berubah. Karena aku tahu perempuan baik itu hanya untuk lelaki yang baik. Aku gak mau kehilangan kamu juga Nia."

"Kamu udah ngembaliin kehidupan aku yang dulu. Kamu yang udah berhasil nyembuhin luka-luka aku. Dan, aku benar-benar gak bisa berpikir kalau hidupku tanpa kamu itu harus apa dan bagaimana lagi."

"Makasih untuk mau mencintai aku yang buruk ini Agatha Vania Kirana."

Tamat
.
.
.
.
.

.
.
.
Tapi boong.

Nanti bakal ada kejutan kok. Banyak lagi.

Mau sad ending atau happy ending?

Publish : 10 Okrober 2021




Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang