12. DVNM | Arfan,

6.2K 275 3
                                    

Pak Dito membawa Devan serta Ajit menuju ke lapangan yang penuh dengan murid-murid yang sedang berbaris menunggu upacara.

"Berdiri kamu! Hormat sama bendera sampai upacara selesai!" Bentak Pak Dito. Jujur demi apapun, ia paling tidak suka dengan anak yang seperti ini.

Kontan semua mata murid-murid yang ada di sana fokus kepada dua anak itu. Begitupun Vania.

Apa-apaan sih Devan? Ucapnya dalam hati.

Pandangannya tak bisa berpaling dari lelaki itu, sampai tanpa sengaja ia menabrak Renata yang sedang membawa obat merah.

Cairan berwarna merah kecoklatan itupun tumpah mengotori baju seragam Vania.

"HAH? Ma...Maaf Van, gu...gue gak sengaja." Renata meminta maaf.

"E-eh, gak kok Ren. Ini salah Nia. Nia yang jalannya gak liat-liat."

"Ada apa?" Tanya seorang lelaki menghampiri mereka berdua. Itu Arfan, ketua osis SMA Garuda.

"I...ini Fan, tadi Vania gak sengaja nabrak gue. Dan obat merahnya tumpah ke bajunya." Renata menjelaskan.

Arfan ber-oh-ria. Dengan sigap ia melepaskan almameter yang ia pakai. Dan memakaikannya kepada Vania.

Deg!

Detak jantung Vania mendadak tidak stabil saat mendapatkan perhatian dari Arfan.

"Ma...Makasih ya Fan, nanti pulang sekolah Nia balikin kok."

Arfan tersenyum. Kontan gingsul serta lesung pipinya pun terlihat.

"Santai aja Van." Ucap Arfan sambil menepuk pundak Vania dengan pelan.

Detik berikutnya, Lelaki berkulit putih bersih itu meninggalkan mereka berdua. Vania masih bingung, detak jantungnya benar-benar tidak terkontrol saat lelaki itu berada di dekatnya. Belum lagi saat dia melihat senyuman Arfan yang begitu manis.

Sadar Vania sadar, status kamu sekarang adalah sudah menjadi istri seseorang. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju ruang UKS.

Tanpa Vania duga, ternyata ada sepasang mata yang sedari tadi juga memperhatikannya. Ada rasa marah dari hati pemilik sepasang mata itu.

⚘⚘⚘

Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Vania.

Devan;
Gua tunggu di warung tadi.

Dengan cepat Vania meresponnya.

Me;
Iya Van, tunggu sebentar ya. Ini Nia baru keluar gerbang.

Devan;
Buruan!

Vania menghembuskan napas panjang.

Me;
Iya-iya.

Vania berjalan, atau lebih tepatnya setengah berlari menuju keluar gerbang sekolah.

"Vania," Vania menoleh saat mendengar suara bariton tersebut. Ya Tuhan, itu Arfan. Arfan berjalan bersama dengan Netta.

"I...Iya Fan," Vania terkesiap. "Oh Iya Fan sebentar," perempuan itu melepaskan Almamater Arfan yang seharian ini ia gunakam.

"Bukan itu,"

Vania terkejut. "Lalu?"

Arfan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sebenernya," Arfan menjeda.

Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang