MwD | Kado untuk Devan

5.5K 186 23
                                    

Langit mendung menyapa. Bulir-bulir gerimis sedari tadi turun. Tapi, tidak menciptakan hujan yang deras.

Di dalam mobil, Vania membuka ponselnya. Ada satu pesan masuk di sana.

Netta ;
Yah Van, tadi gua abis cek aplikasi Tokosedia, sama Shobee. Tapi, gak ada kayak ya yang lo pengen. Ada satu yang mirip di Ladadah, tapi pengirimannya pasti lama.

Me;
Yah. Gimana ya, padahal Nia pengen banget beliin itu buat hadiah Devan ulangtahun.

Netta ;
Sebentar deh biar gue cek di Bukabapak atau Dlidli.crot Kali aja ada.

Beberapa menit kemudian...

Netta ;
Ada nih di Bukabapak. Mirip banget sama yang lo pengen. Kirim aja foto-fotonya, biar langsung dipesen.

Me;
Okay.

Netta;
Gua pake ekspedisi Gosrek. Biar sehari sampe.

Me;
Makasih Ta, unch makin tayang deh

Setelah mengirim semua file foto ke Netta. Vania tersenyum lebar. ia bisa menarik napas lega. Akhirnya ia sudah punya hadiah ulangtahun untuk Devan. Sebetulnya ulangtahun Devan hari ini. Tapi, demi apapun Vania baru tahu tadi pagi. Itu pun karena ia tak sengaja melihat KTP Devan.

Ia menatap ke arah Devan yang tengah fokus menyetir. Vania benar-benar kagum padanya. Bagaimana tidak? Ketika bangun tidur semua perlengkapan testnya hari ini sudah ia siapkan. Belum lagi sarapan yang telah Devan masak sendiri untuk dirinya. Ketika ditanya, ternyata Devan sudah bangun sejak jam 3 pagi. Ia melakukan ini semua hanya karena tidak ingin Vania telat mengikuti UTBK.

Pada intinya Vania benar-benar meleleh dibuatnya.

Beberapa saat setelahnya, Mobil yang Devan kendarai terparkir di sebuah halaman sekolah. Mereka sudah sampai pada tujuannya.

Perlahan Devan melepaskan sabuk pengaman. Begitu juga dengan Vania. Baru saja Devan ingin membuka pintu mobil pabrikan Jepang itu. Secara tiba-tiba Vania memeluknya dengan pelukan yang begitu erat.

Tanpa ragu, Devan segera membalasnya.

"Makasih ya buat semuanya. Kamu benar-benar anugerah dari Tuhan buat hidup Nia, Van" Ucap Vania

Devan mengangguk. Mereka masih dalam posisi memeluk satu sama lain. Pelukan itu bertahan cukup lama. Entahlah Devan bingung kenapa hari ini Vania begitu manja terhadapnya.

Devan tertawa "Ini mau seharian pelukan kayak gini Sayang?"

Vania ikutan terkekeh. Kemudian menggeleng. "Bentar aja. Nia lagi pengen meluk kamu yang lama."

"Yaelah kayak gak ada besok aja." Ledek Devan.

Setelah pelukan tersebut, Vania beranjak meninggalkan Devan.

"Sayang."

Vania menoleh.

"SEMANGAAAATTTT!!!!!" Ucap Devan dengan begitu keras.

Vania tersenyum. "IYAAAA SAYAAAANGGGGG!" Ini kali pertama Vania memanggilnya Sayang.  Belum lagi Vania mengucapnya sambil berteriak.

"NANTI AKU JEMPUT JAM 3 YAAAAA!!!"

"IYAAAAAAAAAA SAYAAAAANGGGG!"

"I LOVE YOU VANIAAAAAA"

"I LOVE YOU TO DEVAAAANNNN!"

Kontan percakapan yang tak biasa mereka berdua membuat orang-orang yang ada di sekitarnya memusatkan pandangannya kepada mereka berdua.

Devan sama sekali tidak merasa malu melakukan hal tersebut. Ia benar-benar merasa bahagia sekarang. Setelah banyaknya badai yang menerpa, hari ini pelangi seolah datang. Menandakan bahwa hari cerah akan tiba.

Sebuah panggilan masuk. Itu dari Geo, ya Devan memerintahkan Geo  membeli sebuah buket untuk Vania. Devan ingin menghadiahkah hal tersebut pada Vania. Itung-itung sebagai ungkapan semangat.

"Hallo Yo, ada gak?"

"Ada Bos. Ini lagi OTW juga!"

Sayup-sayup terdengar suara Ajit. "Yo gua pengen ngomong ama Dedev."

Devan menghela napas. "Kenapa si Kutu Kebo lu ajak Yo?"

Di seberang sana, Ajit merampas ponsel itu secara paksa.

"Sange cuka halimah, Sange cuka halimah, Sange cuka sange Cuka, sange cuka Halimah Dedev." Ajit nyanyi lagi Happy Birthday versi Korea belahan Bojong Gede.

"Anjir! Lu salah lirik Ajit!" Fakhri mendadak emosi.

"Lah emang? Tapi gua dengernya gitu Ri."

"Makanya kalo lebaran jangan beli Baju. Beli sodokan kuping."

"Bodoamat. Intinya Selamat ulang tahun Dedev yang ke 18 tahun. Ya ampun udah Tua aja lu ya Dev. Semoga semakin panjang anunya dan semakin lebat anunya."

Devan yang tadi emosi, mendadak tertawa geli. Ia tidak menyangka kalau ke tiga sahabatnya itu punya perhatian yang luar biasa. Bahkan jujur, Devan sama sekali tidak ingat kalau dirinya hari ini berulang tahun.

.....

Semakin sore, tetesan gerimis itu kini berubah menjadi hujan. Devan sangat menyukai aroma tanah saat hujan turun. Syukurlah ia membawa payung hari ini, ia tidak mau Vania sakit karena kehujanan.

Devan menatap buket bunga di hadapannya. Ia merogoh sakunya, di sana terdapat sebuah kotak yang berisikan kalung silver berliontin huruf V, yang berhiaskan beberapa rubby keunguan.

Perhatian lelaki itu kini beralih pada perempuan yang sedang melambai-lambaikan tangan dari kejauhan. Lelaki itu mendadak tersenyum melihatnya. Tanpa membuang waktu, ia keluar dari mobil tersebut.

Devan setengah berlari membawakan payung transparan untuk Vania. Hujan seakan-akan sesuai dengan momen ini. Ia tidak sabar untuk mendengar bagaimana Vania melewati ujian pada hari ini dan sekadar memberinya pelukan sebagai penyemangat tambahan.

Merespon hal itu, Vania dengan cepat berlari, tidak peduli dengan kondisi lantai yang licin akibat tetesan air hujan.

Vania benar-benar bahagia sekarang. Ia tidak sabar untuk memeluk Devan. Tidak peduli dengan apa yang orang lain akan katakan. Yang pasti Vaniaa sangat ingin melakukan itu.

Sambil tersenyum, Vania terus berlari. Ia mempercepat langkah kakinya.

Tapi, tidak sampai 5 detik. Semua perhatian langsung tertuju pada suara dentuman keras yang membentur lantai. Tubuh mungil Vania terguling, mengikuti arah tangga dengan darah yang mendadak mendominasi keramik yang berwarna putih tersebut.

Devan tersentak. Kakinya mendadak lemas hampir tak bisa tubuhnya. Hujan yang tadi tidak terlalu deras mendadak berubah menjadi hujan deras dengan kilat yang sesekali menyambar bumi.

Ia membuang buket dan payung tersebut ke segala arah. Devan segera merangkul tubuh Vania. Ia benar-benar panik saat darah tidak henti-hentinya mengalir dari kepala Vania.

Sayup-sayup Vania mendengar ucapan Devan yang memanggil namanya dan meminta pertolongan pada orang sekitar. Penglihatannya mendadak menjadi gelap. Ia hanya mampu melihat siluet wajah Devan yang menangis, dan terus memanggil namanya.

Persekian detik sebelum tubuhnya tidak merasakan apa-apa lagi, Vania tersenyum sambil mengucapkan

"Terimakasih buat segalanya."

Nulisnya gak kuat.

Publish : 12 Oktober 2021

Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang