Mata Devan melotot sempurna saat melihat sebuah sepeda motor dengan kecepatan tinggi mengarah ke arah Vania.
"VANIAAAA AWASSSSS!"
BRUGGHHHHHHHHHHHHHHT
Tubuh Vania terjatuh ke arah jalan. Beruntung Devan sempat menarik tubuh mungil Vania, Sepersekian detik sebelum motor tersebut menabrak tubuhnya.
"A...Aw." pekik Vania memegangi Kaki kirinya yang terkilir.
Si empunya motor turun. Dan segera menghampiri ke arah Vania dan Devan.
"Kalian gak apa-apa? Gue minta maaf banget ya."
Devan menggeleng pelan. "Gua gak apa-apa. Tapi, tolong bantu gua buat bawa istri gua ke rumah sakit."
Lelaki blasteran itu mengangguk. "O...oke."
...
"Gimana Dok keadaan istri saya?"
"Kaki istri kamu cuma terkilir biasa. Nanti juga bakalan sembuh dengan sendirinya."
"Makasih Dok,"
"Sama-sama."
Setelahnya Devan beranjak, menghampiri Vania yang tengah terbaring di ranjang dengan salah satu kakinya diperban.
"Gimana? Masih sakit?"
Vania hanya diam. Ia membuang muka ke sembarang arah.
"Sayang, jangan gitu ih. Masih sakit atau udah mendingan."
Hening. Lagi-lagi Vania tidak meresponnya.
Devan menghela napas. "Kalau aku ada salah. Aku minta maaf Yang. Jangan diemin aku kayak gini."
"Kamu boleh marah-semarah-marahnya kamu. Tapi, jangan sampai bahas tentang perceraian. Aku gak suka itu."
Vania masih diam.
"Yang?"
Ceklekkkk... Pintu ruangan itu tebuka. Menampilkan seorang pria Blasteran German-Indonesia yang tak lain adalah lelaki yang tadi hampir menabrak Vania dengan sepeda motornya.
"O...oh, gu...gue minta maaf ganggu kalian."
Devan tersenyum. "Gak kok."
"Sekali lagi gua minta maaf buat semua ini ya. Gua tadi buru-buru, buat masalah administrasi rumah sakit udah gua bayar semua."
"Oh, satu lagi. Apakah lo tau alamat kosan Putri Cempaka?" Lanjut Bryan. Ya, nama lelaki itu adalah Bryan. Lebih tepatnya Bryan Rodrigo Axel.
Kedua alis Devan saling bertaut. "Lo ada perlu apa ke sana?"
Bryan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aduh, gimana ya gua ngejelasinnya. Intinya calon istri gua kabur. Gua dapat informasi terakhir kalau dia ada di sana. Dan calon istri gua lagi hamil anak gua."
Mata Devan melotot. Begitupun Vania. Diam-diam Vania menguping dan berusaha menyimak percakapan antara Devan dan Bryan.
"Namanya Bella? Bella Putri Maharani?" Tanya Devan.
Seulas senyuman terbit dari bibir Bryan. "Lo tau?" Lelaki Bule itu terlihat antusias.
"Iya, gue tau. Tapi, dia gak ada di kosan itu. Tapi, dia ada di rumah sakit ini."
"Lo serius?"
Devan mengangguk. "Ikut gue."
....
Arfan memijat pelipisnya. Entahlah hari ini begitu melelahkan baginya. Banyak sekali dokumen-dokumen kegiatan siswa yang harus ia lengkapi, belum lagi beberapa tugas sekolah yang tidak tanggung-tanggung sulitnya.
Lelaki bertubuh jangkung itu merebahkan tubuhnya di sebuah sofa. Tangannya beranjak memegang remot dan mengarahkannya pada benda persegi besar di depannya.
Pilihan Arfan jatuh pada acara FTV yang sedang menampilkan seorang perempuan tengah menangis, sambil berbicara sendiri.
Seandainya aku dicintai seseorang. Aku janji gak bakal menyia-nyiakan dia. Karena aku tahu bagaimana rasanya cinta tak terbalaskan.
Dahi Arfan berkerut mendengarnya. Entah mengapa pikiran langsung tertuju pada Netta.
Ada rasa bersalah dan menyesal akan kejadian beberapa hari yang lalu, Arfan sadar kelakuannya benar-benar bodoh membentak seorang perempuan, bahkan berkata kasar kepadanya.
"Apa gue minta maaf aja ke Netta ya?" Tanya Arfan pada dirinya sendiri.
"Tapi, apa dia bakalan maafin gue?"
Arfan mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Kenapa gue jadi mikirin dia sih!" Arfan sama sekali tidak tahu apa yang sedang ada dipikirannya kali ini.
Ponselnya bergetar. Menampilkan nomor yang tidak bernama. Takut penting, Arfan segera mengangkatnya.
"Hallo?"
"Hallo Kak Arfan, ini Putri. Anggota PMR,"
"Iya kenapa Put?"
"Ini, Kak Netta kan lagi di rumah sakit. Jadi Kak Netta gak bisa nyelesain data-data PMR. Jadi, tadi Putri yang ngerjain. Nanti Putri kirim aja ya ke email osis."
"Baik, nanti kabarin aja kalau kamu udah ngirim, biar saya cek."
"Oke Kak, makasih ya. Maaf kalau ganggu-"
"Eh tunggu dulu Put, saya mau tanya."
"Iya Kak, tanya apa?"
"Netta sakit?"
"Enggak Kak, Kak Netta gak sakit. Tapi, Ibunya yang sakit. Karena Netta cuma tinggal sama Ibunya, jadi mau gak mau Kak Netta harus jagain Ibunya yang lagi sakit."
"Memangnya dia gak punya adik atau Kakak gitu? Atau kemana Ayahnya?"
"Kak Netta anak tunggal, mmm...setahu Putri Kak Netta itu anak broken-home. Ayahnya udah lama cerai sama Ibunya Netta. Setahu Putri, Ayahnya Netta suka mukul Ibunya Netta, dan sering ngegentak dan ngomong kasar ke Ibunya Netta. Jadi, Ibunya Netta milih buat cerai. Gitu Kak."
Arfan terenyuh. Apa yang telah ia lakukan? Arfan yakin, apa yang kemarin ia lakukan kepada Netta itu benar-benar menyakiti Netta. Bukan hanya itu, bisa jadi bentakannya kepada Netta adalah salah satu pisau yang menyanyat kembali luka lama yang Netta derita.
"A...ada lagi Kak?"
Arfan tersentak. "Oh tidak. Ya sudah nanti kamu kirim email osis yang biasa. Makasih ya atas informasinya."
"Iya sama-sama Kak."
Sumpah demi apapun, Arfan benar-benar menjadi tidak enak hati dengan Netta.
Hallo gimana nih, masih kangen sama Arfan?
Publish : 29 Jul 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Devan [END]
Teen Fiction15+ Devan Baskara Mahendra adalah Badboy kelas kakap di SMA Garuda yang terpaksa harus menikah dengan Agatha Vania Kirana yang tak lain adalah perempuan yang sangat membencinya. Apakah yang akan terjadi? Start : 27 Januari 2021 Finish : 22 Januari 2...