5. MwD | Hari Pernikahan.

8.4K 349 0
                                    

Tak terasa besok adalah hari pernikahan mereka berdua. Devan memutuskan untuk menginap sementara di Bunda Hanum. Memang, semenjak SMA Devan tinggal sendiri di apartemen pribadinya.

Alasannya klise, dia hanya tidak mau merepotkan kedua orangtuanya. Dan alasan utama lainnya. adalah dia ingin hidup sendiri dengan keprivasiannya. Ia adalah tipe anak yang tidak mau hidup dengan banyak aturan.

Selembar kertas bertuliskan Nama Agatha Vania Kirana binti Tristan Hermansyah tak luput dari pegangannya. Sudah hampir sejam ia menghalapalnya, tapi tetap masih ada keraguan dalam hatinya.

Devan beranjak menuju cermin yang ada di pojok kamar itu. Menatap pantulan dirinya di depan cermin sambil menghapal kata-kata sakral itu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Bella Putri-" Devan terbelalak. Mengapa harus nama itu yang terucap.

"Saya terima nikah dan kawinnya Agatha Bella Kiran-"

"Argggggggggghhhhht!" Devan mengacak-acak rambutnya kesal.

"Van, kamu kenapa?" Tanya Hanum di balik pintu kamar Devan. Ia khawatir dengan apa yang terjadi pada anak laki-lakinya.

Devan membuka pintu kamarnya.

"Kamu kenapa?" Hanum mengulang pertanyaan yang sama.

"Eng-Enggak Bun. Ta-tadi Kaki Devan kepentok Meja belajar." Devan beralibi.

"Oh, hati-hati makanya. Ya udah turun, kita makan malam dulu."

Devan mengangguk. Syukurlah Bunda tidak curiga dengan kebohongannya.

🐼🐼🐼

Di kamar,

Vania tengah termenung. Besok adalah hari sakralnya. Tapi, tetap saja gadis bertubuh mungil itu masih ragu dengan semuanya.

Pintu kamarnya terbuka. Spontan Vania menoleh ke arah tersebut. Di sana terlihat lelaki berusia 20 tahunan, itu adalah Reza kakak lelakinya.

Dengan cepat Vania berlari ke arah Reza, dan memeluknya dengan erat.

Beberapa tetes air mata Vania jatuh membasahi baju yang dikenakan oleh Reza.

"Lho, kamu kenapa nangis?" Tanya Reza. Sejujurnya ia tahu apa yang sedang dirasakan Vania.

"Ni...Nia hiks...hiks... Belum si...siap Bang."

Bang Reza mengelus puncak kepala Vania.

"Nia, dengerin Abang ya. Nikah itu proses, dan semua proses butuh waktu. Abang yakin, Nia bisa melewati ini semua."

"Ta...tapi, Nia ta...takut gak bisa jadi istri yang baik, hiks...hiks."

Bang Reza menatap wajah Vania.

"Kamu anak yang baik Nia. Kamu pasti bisa jadi istri yang baik."

"Ta...tapi Devan..."

"Sussssssssh, semua orang itu baik Nia. Termasuk Devan. Cuma kamu yang belum tau dimana sisi baik dia." Reza memberi jeda,

"Udah jangan nangis lagi, kalau Mamah sama Papah tau mereka bakalan ikut sedih."

Vania menyeka airmatanya. Dan kembali memeluk Reza dengan erat.

"Makasih ya Bang, udah mau jadi Abang yang baik buat Nia."

"Iya, janji ya sama Abang. Kamu bakal jadi istri yang baik."

Vania mengangguk. "Iya Bang, Vania janji."

🐞🐞🐞

Waktu yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Vania turun ke tempat dimana ijab kabul akan dilaksanakan. Ia terlihat begitu cantik sekarang. Riasan dan gaun yang ia gunakan nampak begitu serasi. Belum lagi, senyuman dan gingsul yang ia miliki.

Ah, hal itu membuat Devan menelan salivanya.

Hanum dan Anya mengarahkan Vania untuk duduk di samping Devan. Vania hanya diam fokus pada satu titik. Ia sama sekali tidak menoleh ke arah Devan.

"Apakah sudah siap?" Tanya Pak Penghulu. Devan dan Vania mengangguk.

Vania memperhatikan saat-saat ketika Devan menjabat tangan Ayahnya.

"Saya nikahkan dan kawinkan Engkau, Devan Baskara Mahendra bin Aditya Sudiarjo dengan Putri saya Agatha Vania Kirana dengan mas kawin cincin emas 5 gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai."

Devan menghela napas. "Saya terima nikah dan kawinnya Agatha Vania Kirana dengan mas kawin tersebut. Tunai!"

"Bagaimana para saksi?" Tanya Pak Penghulu.

"Sah!"

"Sah!

"Sah!"

"Alhamdulillah." Ucap beberapa orang bersamaan.

Hati Vania mendadak mencelos begitu saja. Mulai sekarang ia bukan lagi tanggung jawab dari Ayahnya, melainkan tanggung jawab Devan sepenuhnya.

Vania memberanikan diri menatap Devan yang menyodorkan sebuah cincin kepadanya dan memasangkannya ke jari manis Vania. Begitupun sebaliknya, Vania memakaikan cincin ke jari manis Devan.

Devan mendekatkan wajahnya ke arah Vania. Menyadari hal tersebut, Vania hanya bisa diam dan menahan napas saat bibir Devan mendarat di keningnya.

"Mulai sekarang, kalian resmi jadi suami istri." Ucap Pak Penghulu.

Setelah semua rangkaian acara selesai, Devanpun berbisik pada Vania.

"Gue tunggu lo di kamar!" Bisiknya.

Mendengar hal tersebut, Vania hanya bisa meneguk salivanya. Ya Tuhan, apa yang akan lelaki itu lakukan padanya?

Pikiran Vania terus-menerus membayangkan hal-hal yang tidak-tidak. Akankah Devan meminta haknya malam ini juga?

Ah, Part ini singkat banget ya. Kira² apa ya yang aka dilakukan Devan pada Vania?

BTW makasih udah mau mampir, jangan lupa kasih bintang ya.

Publish : 31 Januari 2021

Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang