DVNM | Canggung

5.7K 185 2
                                    

"Gimana tadi? Lancarkan?" Tanya Vania pada gerombolan adik kelasnya yang baru saja menyelesaikan lombanya.

"Alhamdulillah lancar kok Kak Nia." Ujar salah satu dari mereka.

"Ya udah kalian istirahat dulu ya di barak." Seru Netta.

Mereka pun menganggukan kepalanya. Dan berjalan menuju tempat tersebut.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Vania.

Devan;

"Yang, aku pulang duluan ya. Soalnya ada perlu sama anak-anak Royal buat ke luar kota. Nanti, biar Pak Andi yang jemput kamu ya."

Me; "Ya udah kamu hati-hati ya Van,"

Devan; "Ya Sayang. Kamu juga hati-hati ya."

Me; "Ngokeh."

Devan ; "Ngokeh?"

Me; "Maksudnya Oke Suamiku."

Devan; "Oh, Ngokeh juga deh."

Vania senyum-senyum sendiri.

Vania lagi-lagi kesemsem sendiri. Kakinya melangkah menuju barak, dimana Netta dan yang lain berada. Matanya masih fokus pada roomchat percakapannya dengan Devan.

Saking fokusnya, sampai-sampai ia tak sengaja menabrak punggung seseorang dengan cukup keras.

Bruggghhhhhh! Tubuh Vania terhoyong.

Kontan, lelaki itu refleks menahan tubuh Vania agar tidak terjatuh.

"A...Arfan?" Secepat kilat, Vania melepaskan tangan Arfan yang menahannya.

"Sorry, Gue refleks tadi."

"Eng...Enggak apa-apa kok. Ini salah Nia, tadi Nia gak liat-liat jalannya." Vania benar-benar canggung dengan Arfan sekarang.

"Iya Gak apa-apa."

"Ya udah ya, Ni...Nia ma...mau ke Barak dulu." Vania tidak menatap ke arah Arfan, ia justru terus berjalan meninggalkan lelaki itu.

Arfan menghela napas. Ia paham dengan apa yang Vania rasakan sekarang. Tapi, kalau terus-terusan merasa canggung seperti ini, Arfan yakin hubungan pertemanannya dengan Vania akan terganggu.

"VANIA!" Seru Arfan. Vania pun menghentikan langkah kakinya. Ia deg-degan sekarang.

Perempuan itu berbalik badan, dan berusaha bersikap biasa-biasa saja.

"I...Iya Fan?"

Lelaki itu meraih sesuatu di tasnya, kemudian menyodorkannya kepada Vania. Itu adalah minuman isotonik.

Vania tersenyum getir, kemudian menerimanya.

"Ma...makasih ya Fan,"

"Satu lagi," Baru saja Vania ingin berbalik badan, melanjutkan langkahnya menuju barak. Tiba-tiba Arfan memanggilnya kembali.

Vania menghela napasnya. "Iya,"

Arfan tersenyum. "Lo gak perlu bersikap seperti ini Van,"

"Gue tau ini semua emang gak mudah."

"Lo canggung, gue juga canggung."

"Gue harap lo bisa kayak dulu."

"Ya, minimal banget lo gak canggung kayak gini."

"Lagian, masalah ini cuma gue, lo, Devan, sama Netta yang tau. Jadi, gue harap kita bisa baik-baik aja."

Arfan menghela napas panjang. "Gue harap kita bisa ngelupain masalah itu. Dan, bersikap normal seperti biasa."

Vania mengangguk perlahan. "Iya Fan, Nia minta maaf ya. Kalau tingkah laku Nia belakangan ini bikin kamu enggak nyaman. Dan, Nia mohon banget sama kamu Fan. Tolong, rahasiain pernikahan Nia sama Devan. Ya, seenggaknya sampai UN selesai."

Lelaki itu megangguk. "Tenang aja, gue bakal rahasiain itu semua kok."

Vania tersenyum. "Makasih ya Fan,"

"Yoi. Santai aja." Arfan ikut tersenyum. Senyuman itu ternyata palsu, hati Arfan padahal hancur remuk saat itu. Ia paham, kini Vania sudah menemukan hidupnya bersama Devan. Dan, bahkan ia harus menyerah di sebuah awal dari perjuangannya.

Tanpa mereka berdua sadari, seorang perempuan tengah menatap lekat ke arahnya. Ada rasa sakit pada hatinya saat ia melihat Arfan dan Vania seakrab ini.

"Lo harus tahan ini semua Netta." Isi hati perempuan itu.

Actually ini part tergaje sih.

Publish : 02 April 2021

Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang