MwD | Kenyataan Pahit

4.7K 189 13
                                    

"Jadi, ini semua rencana kalian berdua Fan?"

Arfan dan Bella kontan terkejut dengan kehadiran Netta yang benar-benar menunjukan kemarahan.

Bella terkekeh. "Iya dong. Gue mau Devan, dan Arfan juga mau temen lo itu. Jadi, kenapa kita gak kerjasama?"

Plakkkkk!

Satu tamparan kembali mendarat di pipi Arfan.

"Tega lo Fan. Lo sadar gak sih apa yang lo lakuin itu ngehancurin hidup orang lain!" Airmata Netta sudah tidak terbendung.

Melihat drama di depannya Bella hanya geleng-geleng kepala. Kemudian melenggang meninggalkan mereka berdua.

"JANGAN PERGI LO!" Sentak Arfan, berusaha mengejar Bella. Tapi, dengan cepat Netta menahannya.

"Lo juga jangan pergi BANGSAT!" cecar Netta pada Arfan.

"TERUS MAU LO APA HAH? GUA CUMA PUNYA URUSAN SAMA NIA. KENAPA LO MALAH IKUT CAMPUR?"

Jleb. Netta benar-benar tidak menyangka kalau beginilah sikap Arfan yang sebenarnya.

Kepalang emosi, Netta hendak menampar pipi Arfan lagi. Tapi, dengan keras Arfan justru mencekal tangannya.

"LO BUKAN SIAPA-SIAPA! JADI, BERHENTI BUAT IKUT CAMPUR URUSAN GUA!"

Netta kembali tersentak. Ternyata dugaannya selama ini salah. Arfan bukan laki-laki sebaik yang ia bayangkan.

"Ternyata gue salah nilai lo selama ini."

"GUA GAK PERNAH NYURUH LO BUAT NILAI GUA BAIK! YA! INI GUA! INI SIFAT GUA YANG ASLI!"

"APA? LO KAGET? LO YANG MAKSA BUAT GUA NUNJUKIN SIFAT ASLI GUA KE LO!" Arfan menunjuk kasar ke arah wajah Netta.

"JADI APAPUN ITU, GUA GAK SUDI URUSAN GUA LO IKUT CAMPURIN!"

"INI BELOM SEBERAPA! GUA BISA LEBIH BRUTAL DARI PADA INI! KALAU LO MASIH SIBUK URUSIN HIDUP GUA SAMA NIA!"

Apa yang ditunjukan Arfan saat ini benar-benar tidak terduga. Bisa-bisanya Netta menyukai seseorang yang ternyata sebrutal dan seburuk ini.

Sedetik kemudian Netta memaksakan sebuah senyuman terbit dari sudut bibirnya.

"Gua bersyukur bisa liat diri lo yang asli kayak gini. Ternyata Arfan yang gua kira baik selama ini ternyata cuma sebatas cowok bejad yang gak punya otak!"

Arfan semakin tajam menatap manik mata Netta.

"KALO GUA BEJAD KENAPA HAH?"

Netta menyeka airmatanya. Berusaha benar-benat tegar, walau kenyataannya benar-benar hancur.

"GUA GAK MINTA LO NANGIS BANGSAT! JAWAB! KALAU GUA BEJAD KENAPA? KENAPA!"

Lagi-lagi, di balik hatinya yang hancur. Sebisa mungkin Netta menunjukan senyuman bernada lirih miliknya.

Netta menghela napas. "Makasih. Sekali lagi makasih. Lo udah nunjukin diri lo yang asli di hadapan gue Fan. Seenggaknya gua punya alasan buat berhenti mengharapkan lo."

Deg! Arfan masih tidak mengerti apa maksud kalimat yang barusan keluar dari bibir Netta.

Dengan secepat kilat, Arfan menahan lengan Netta. "Maksud lo apa!"

"Gua yakin lo gak budeg Fan!"

"LO SUKA SAMA GUA!"

Netta hanya diam.

"JAWAB NETTA! LO SUKA SAMA GUA?"

Plakkkkkkkkk!

Kembali. Satu tamparan berhasil mendarat di pipi kanan Arfan.

"Iya! Tapi itu dulu! Mulai detik ini sampai seterusnya gua gak bakalan suka sama lo!"

Netta berlari menjauh. Membiarkan hatinya hancur dan sakit ketika menerima kenyataan bahwa Arfan hanyalah lelaki bangsat yang berlindung di balik topeng alimnya.

Entahlah hatinya mendadak kaku. Tidak berasa. Ia paling benci pada lelaki yang kasar pada perempuan. Tapi, satu sisi lain lelaki itu adalah orang yang ia sukai. Ralat! Maksudnya ia cintai.

Kini, batin Netta bergejolak. Ia harus membenci seorang lelaki yang benar-benar ia cintai.

....

Devan berlari masuk ke dalam halaman sekolah. Ia sama sekali tidak memperdulikan pandangan murid-murid yang mereka lemparkan padanya.

Sesampainya di depan ruangan BK, tubuhnya mendadak melemas saat melihat Vania menunduk dengan mata yang sembab.

Lagi, Devan merasa gagal menjadi suami yang baik bagi Vania saat melihat istrinya sehancur ini.

"Jawab dengan jujur, apakah benar tentang rumor kalian itu?"

Vania mengangguk pelan. "Tapi, Nia tidak hamil Bu."

Ibu Diana yang menangani kasus ini hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Kalian tahukan, peraturan sekolah ini. Dilarang bagi semua murid untuk menikah atau hamil ketika mengenyam pendidikan di dalam sekolah ini."

Vania dan Devan mengangguk. Mereka tahu bahkan hapal betul dengan peraturan tersebut.

"Tapi, Bu kami menikah beberapa bulan yang lalu. Kami bahkan belum pernah melakukan hal-hal di luar batas wajar."

Devan terdiam beberapa saat. "Kalau lah memang pelanggaran ini tidak bisa ditoleransi,"

Lelaki itu melirik ke arah Vania.

"Biarkan saya yang di drop out. Jangan Vania."

Vania terhenyak. Tidak menyangka Devan sampai seperti ini.

"Tapi, Van-" belum usai Vania berbicara. Dengan cepat Devan menyambar.

"Bu, Saya mohon. Biarkan saya saja yang di drop out. Asalkan Vania tetap melanjutkan sekolah. Saya sadar, saya memang anak yang brutal dan tidak benar. Tapi, apakah Ibu setega itu dengan Nia? Dia anak baik Bu. Nia juga sering mengharumkan Garuda lewat banyak prestasi. Jadi, saya mohon sekali Bu. Jangan keluarkan Vania. Biar saya saja."

Devan menunduk, sambil mengatupkan kedua tangannya. Memohon, belas kasihan dari Bu Diana.

"Tapi, maaf.  Dengan berat hati Ibu putuskan untuk men-drop out kalian berdua dari SMA Garuda."

Gimana dong?😭

Publish : 29 Mei 2021






Married with Devan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang